Proposal Penelitian PAUD
Oleh Donnna Devita
UJIAN
AKHIR SEMESTER (UAS)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
” Metodologi Penelitian ”
Dosen Pengampu :
Iswadi, M. Pd.
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BERBAHASA LISAN ANAK USIA
5-6 TAHUN MELALUI BERCERITA MENGUNAKAN BUKU CERITA BERGAMBAR DI PAUD MELATI 08 KARTA PUSAT
Oleh:
DONNA DEVITA
NPM. 20158400098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2017
PROPOSAL
PTK PAUD PENGEMBANGAN BAHASA
Nama
Peneliti
: Donna Devita
NPM
: 20158400098
Unit
Kerja
: PAUD MELATI 08
Judul
Penelitian : UPAYA MENINGKATKAN
KREATIVITAS BERBAHASA LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI BERCERITA MENGGUNAKAN BUKU
CERITA BERGAMBAR DI PAUD MELATI 08 MENTENG JAKARTA PUSAT
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak karena
merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6 tahun
memiliki masa perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga masa ini
disebut golden age (masa emas). Masa ini merupakan masa dasar pertama
dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak
sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan
kecerdasan anak yaitu kreativitas berbahasa lisan anak.
Kreativitas
berbahasa anak meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan,
berbicara, menulis, dan membaca, hal ini berkaitan dengan pendapat Ali Nugraha
dan Yeni Rachmawati (2006:7.12)
Kreativitas
berbahasa, terutama berbicara (berbahasa lisan) diperlukan sebagai dasar bagi
anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun
dengan teman seusianya serta orang lebih dewasa dari segi umurnya. Kreativitas
bahasa lisan merupakan perkembangan yang sangat penting bagi anak usia dini,
karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi, tetapi
merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan atau
mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan.
Tujuan
berbahasa lisan adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk
dan meyakinkan seseorang. Secara umum kreativitas bahasa lisan anak usia
5-6 tahun sudah dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan
4-5 urutan kata, menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat
rumah secara sederhana dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang
keterangan/informasi secara sederhana.
Berdasarkan
pengamatan penulis, tingkat kreativitas berbahasa lisan atau daya serap anak PAUD Melati 08 Menteng sangat bervariasi.
Artinya ada anak yang mampu berbahasa lisan dan ada yang sedang serta ada yang
sulit untuk berbahasa lisan. Padahal inti berbahasa lisan mengeluarkan ide,
gagasan, atau pendapat kepada orang lain. Oleh sebab itu seorang guru TK/PAUD harus berusaha dengan berbagai cara
untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak. Peningkatan kualitas
pendidikan di PAUD,
ditentukan beberapa faktor penentu keberhasilan, yaitu melalui Bercerita
Menggunakan Buku Cerita Bergambar Upaya Meningkatkan Kreativitas Berbahasa
Lisan Anak.
Bercerita
dengan media buku cerita bergambar
merupakan cara yang sangat menarik bagi anak karena anak dapat menceritakan
atau mengucapkan isi cerita ini
menggunakan gambar-gambar yang terdapat didalam buku cerita. Ini sangat
memotivasi anak untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam cerita tersebut..
Bercerita dengan media buku bergambar adalah sebuah aktivitas yang paling
diminati anak. Anak mampu mengamati gambar dan menceritakan seolah-olah anak
mampu membaca tulisan di dalam buku cerita tersebut. Dalam kegiatan ini anak
diharuskan untuk menceritakan apa yang terdapat didalam buku cerita bergambar
tersebut sehingga dapat melatih kreativitas berbahasa lisan anak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas
B Atty di PAUD Melati 08 Menteng Jakarta Pusat menunjukkan bahwa sebagian besar
anak masih rendah kreativitas berbahasanya, terutama bahasa lisannya hal ini
terlihat anak belum mampu menyebutkan kembali 4-5 kata.
Disamping itu anak belum dapat menyebutkan
benda-benda yang ada disekitarnya, anak belum bisa menunjukkan kreativitasnya
dalam menyanyi, memimpin doa, memimpin barisan, bercerita dan berbicara dengan
teman-temannya dan jika disuruh tampil di depan kelas, sangat minim sekali anak
yang berani menunjukkan kreativitas berbahasanya (bahasa lisan) di depan
teman-temannya.
Fenomena di atas dapat menyimpulkan
pertanyaan mengapa anak-anak belum mampu berbahasa lisan dengan baik. Dari
kondisi tersebut sudah selayaknya seorang guru PAUD untuk melakukan usaha
perbaikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah memilih salah satu
strategi
pembelajaran
yang tepat. Peneliti berencana menggunakan pembelajaran melalui Bercerita
dengan Buku Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan
Anak.
Dari uraian di atas peneliti merasa perlu
mengadakan penelitian tentang “Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
Usia 5-6 Tahun Melalui Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar di PAUD
Melati 08 Menteng Jakarta Pusat “.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah
antara lain :
- Anak belum dapat berkomunikasi, berbicara lancar secara lisan dalam membaca buku cerita bergambar
- Anak belum mampu menceritakan isi gambar yang ada di dalam buku cerita bergambar
- Anak belum maksimal mengekspresikan kreativitas berbahasa lisan saat membaca buku cerita bergambar.
C.
PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah agar lebih terarah maka Penelitian ini dibatasi dengan masalah meningkatkan
kreativitas berbahasa lisan anak 5-6 Tahun Melalui Bercerita Menggunakan Buku
Cerita Bergambar di PAUD Melati 08 Menteng Jakarta Pusat.
D.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut: Apakah
kreativitas berbahasa lisan anak 5-6 Tahun Melalui Buku Cerita Bergambar di
PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat dapat dilakukan?
E.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara teoritis maupun secara
praktis:
1. Secara
Teoritis
Hasil penelitian diharapkan
dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam
meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun Melalui Bercerita
Menggunakan Buku Cerita Bergambar di PAUD Melati 08 Menteng Jakarta Pusat.
2. Secara
Praktis
Melalui penelitian ini
diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru, serta sekolah antara lain:
ü Bagi
Anak
Bermanfaat
untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui Bercerita Menggunakan
Buku Cerita Bergambar.
ü Bagi
Guru
Bermanfaat sebagai pedoman bagi
guru PAUD Melati 08 Menteng Jakarta Pusat dalam meningkatkan kreativitas
berbahasa lisan untuk peserta didik.
ü Bagi
Sekolah
Bermanfaat
untuk meningkatkan prestasi PAUD Melati 08 Menteng Jakarta yang dapat dilihat
dari meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
- Pengertian Kreativitas Anak
Menurut
Anna Craft (2000:11) kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau
manifestasi kecerdikan dalam pencarian yang bernilai. Menurut Nurchasanah
(2006:6) Kreativitas berbahasa lisan anak usia prasekolah berbeda dengan orang
dewasa. Kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran bahasa
yang diungkapkan, maupun variasi, dan kebaruannya. Kreativitas mereka masih
dalam taraf yang sederhana. Kemauan mereka berbahasa, mengungkapkan gagasan,
dan perasaan secara lisan, sudah menunjukkan bahwa mereka kreatif.
Kreativitas
berbahasa lisan mereka dapat terlihat dari indikator-indikator berikut:
a)
kemauan bertanya
b)
kemauan menjawab pertanyaan
c)
kemauan bercerita
d)
kemauan menginformasikan sesuatu kepada orang
lain, teman, atau guru.
Kreativitas
anak disebut kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya) suatu gagasan (Utami Munandar, 1977:50). Kreativitas menurut Zainal
Abidin (2010:2) didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut
pandang masing-masing.
Perbedaan
dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan penekanan yang
berbeda-beda seperti berikut ini:
Ø Barron
mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi
dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
Ø Guilford
menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri
seorang kreatif.
Ø Utami
Munandar mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengolaborasi suatu gagasan.
Ø Rogers
mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam
suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik
yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
Ø Drevdal
mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan
gagasan-gagasan baru yang dapat beruwujud aktivitas imajinatif atau sintetis
yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari
pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi
sekarang.
Dari
definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu
yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya.
- Ciri-ciri Kreativitas Anak
Menurut
Paul Torrance dalam Kodarni (2011:24) mengemukakan ciri-ciri tindakan kreatif
anak prasekolah:
1.
Anak prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana anak belajar untuk
memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan.
2.
Anak prasekolah yang kreatif memiliki rentang
perhatian yang panjang terhadap hal membutuhkan usaha kreatif. Anak yang
kreatif tidak mudah bosan terhadap sesuatu yang baru, seperti mainan, biasanya
ketertarikannya lebih dari 60 menit bahkan lama.
3.
Anak yang kreatif memiliki sesuatu yang
menakjubkan, seperti kegiatan memimpin, mengorganisasi teman-temannya.
4.
Anak prasekolah kreatif belajar banyak
melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.
5.
Anak kreatif menikmati permainan dengan
kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alamiah.
Menurut
Munandar (Alex Sobur, 2009: 187) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut:
1.
Dorongan ingin tahu besar
2.
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3.
Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap
suatu masalah
4.
Bebas dalam menyatakan pendapat
5.
Mempunyai rasa keindahan
6.
Menonjol dalam salah satu bidang seni
7.
Mempunyai pendapat sendiri dan dapat
mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
8.
Rasa humor tinggi, memiliki daya imajinasi
baik
9.
Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam
ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan
cara-cara orisinalitas, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain).
10. Dapat
bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru
11. Kemampuan
mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
Utami
Munandar (2002: 3) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai
berikut:
a.
Senang mencari pengalaman baru
b.
Memiliki keasyikan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sulit
c.
Memiliki inisiatif
d.
Memiliki ketekunan yang tinggi
e.
Cenderung kritis terhadap orang lain
f.
Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
g.
Selalu ingin tahu
h.
Peka atau perasa
i.
Enerjik dan ulet
j.
Menyukai tugas-tugas yang majemuk
k.
Percaya kepada diri sendiri
l.
Mempunyai rasa humor
m.
Memiliki rasa keindahan
n.
Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi
Proses
kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah
mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu
sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang
ditampilkan oleh individu.
- Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kreativitas Anak
Menurut
Martini (2006:66) aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas adalah sebagai
berikut:
1.
Aspek Kemampuan Kognitif (Berpikir)
Kemampuan
kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh
terhadap munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang dapat
mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu
kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
2.
Aspek Intuisi dan Imajinasi
Kreativitas
berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh sebab itu, intuitif dan
imajinatif merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.
3.
Aspek Penginderaan
Kreativitas
dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan, yaitu kemampuan menggunakan
pancaindera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan ini menyebabkan seseorang
dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan oleh orang
lain.
4.
Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan
emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan
dalam menghadapi ketidakpastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan
kreativitas.
Menurut
Clark dalam Zainal Abidin (2010:3) yang mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas yaitu;
Faktor yang mendukung perkembangan
kreativitas adalah sebagai berikut:
a)
Situasi yang menghadirkan ketidak lengkapan
serta keterbukaan.
b)
Situasi yang memungkinkan dan mendorong
timbulnya banyak pertanyaan.
c)
Situasi yang dapat mendorong dalam rangka
menghasilkan sesuatu.
d)
Situasi yang mendorong tanggung jawab dan
kemandirian.
e)
Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk
menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat,
menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan.
f)
Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk
pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan
pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi
masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari
umumnnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
g)
Posisi kelahiran (berdasarkan tes
kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang
lahir kemudian).
h)
Perhatian dari orang tua terhadap minat
anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan motivasi diri.
- Kreativitas Berbahasa Lisan
Menurut
Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa ditunjukkan
dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi
dengan berbicara, menulis dan membaca.
Sisca
Puspitasari (2006:11) mengatakan sering kali kita menemukananak-anak taman
kanak-kanak berbicara. Mereka sering berbicara tentang apa yang terjadi baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain. Mereka sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam
pikiran mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog
dengan yang lain.
Salah
satu jalan bagi mereka untuk menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan.
Sebagian anak mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata dan
menunjukkannya dengan perbuatan, terkadang mereka lebih mudah mengekspresikan
perasaan bonekanya sendiri daripada perasaan mereka sendiri.
Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian
ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu
pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan,
lukisan, dan mimik muka.
Sedangkan
fungsi utama bahasa pada anak yaitu 1) meniru ucapan orang dewasa, 2)
membayangkan situasi (terutama dialog), 3) mengatur permainan. Tiga fungsi
kegiatan berbahasa lisan ini dapat dilakukan di taman kanak-kanak melalui
kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, berbagi
pengalaman, sosiodrama maupun mengarang cerita dan sajak. Dengan kegiatan
tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa lisan anak dapat
terkembangkan lebih optimal.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas berbahasa lisan anak dapat
diketahui dengan indikator 1) keterampilan berkomunikasi secara efektif, 2)
mendengarkan, 3) berkomunikasi dengan berbicara, 4) menulis dan 5) membaca.
- Konsep Berbahasa Anak
Menurut
Asrori (2007:141) Perkembangan bahasa individu, terutama bahasa lisan merupakan
kemampuan khas manusia yang paling kompleks. Perkembangan bahasa lisan lebih
cepat dari perkembangan aspek lainya, meskipun sebagaian anak ada yang
perkembangan motoriknya lebih cepat dibandingkan perkembangan bahasanya. Ahli
piskologi menyatakan bahwa perkembangan bahasa lisan merupakan kemampuan
individu menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal dan etika pengucapan dalam
kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umum kronologisnya.
Karakteristik
kemampuan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun anatara lain (Imam ,2010:163.)
a)
Dapat menguasai kosa kata 4-5 suku kata,
meyerupai bunyi suara tertentu.
b)
Dapat berkomunikasi/berbicara secara lisan,
menyebutkan nama diri, jenis kelamin serta alamat rumah secara sederhana.
c)
Dapat mengatakan bermacam-macam kata benda
yang berada di lingkungan sekitar.
d)
Dapat menceritakan isi gambar atau isi cerita
sederhana menghubungkan gambar/benda dengan kata.
e)
Dapat mengurutkan tulisan sederhana dengan
mengenal bentuk-bentuk simbol yang melambangkan.
Depdiknas
(2007:15) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak untuk
berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan/kesanggupan anak
menyusun kosa kata menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur dapat
dilatih agar mereka biasa berinteraksi dengan yang lainnya, serta anak dapat
memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal secara sederhana.
Vygotsky
dalam Rita Kurnia (2009:47) menjelaskan tiga tahap perkembangan berbahasa lisan
anak yang berhubungan erat terhadap perkembangan berpikir anak yaitu:
1.
Tahap eksternal, hal ini terjadi karena anak
berbicara, sumber berpikir anak berasal dari luar diri anak. Artinya sumber
pikiran anak berasal dari orang dewasa yang memberikan informasi/pengarahan.
2.
Tahap internal, dimana proses pemikiran anak
telah mengalami penghayatan sepenuhnya, kemampuan berbahasa lisan anak secara
lisan berurutan dengan benar, dapat menceritakan kembali cerita sederhana yang
mudah dipahami, mengucapkan lebih dari tiga kalimat serta mengenal tulisan
sederhana.
3.
Tahap egosentris, dimana anak berbicara
sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi
prasyarat.
- Bercerita
1.
Pengertian Bercerita
Bercerita
merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi
ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk lebih memahami
arti bercerita yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bercerita merupakan
pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka macam bentuk.
Kehidupan sehari-hari kegiatan bercerita begitu mudah dipahami .
2.
Manfaat Bercerita
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan menyatakan bahwa bercerita bagi
anak mempunyai arti yang sangat penting karena melaui bercerita anak dapat
menyalurkan segala keinginan dan kepuasan kreativitas serta imajinasinya.
Melalui bercerita anak dapat mengungkapkan apa saja yang dilihat, dirasakan,dan
dialami, mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin, menambah
perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan .
Berikut ini akan diuraikan
satu persatu manfaat bercerita bagi anak usia dini:
a)
Bercerita Memicu Kreativitas
Hasil
penelitian mendukung dugaan bahwa bercerita dan kreatifitas saling berkaitan
karena baik bercerita maupun kreativitas rnengandalkan kemampuan anak
menggunakan simbol-simbol (Spodek & Sarcho, 1988). Kreativitas dapat
dipandang sebagai suatu aspek dari pemecahan masalah yang mempunyai arti dalam
bercerita. Saat anak menggunakan daya khayalnya dalam bercerita, dengan menggunakan
buku bergambar.
b)
Bercerita Bermanfaat Mencerdaskan Otak
Salah
satu contoh cerita yang dapat mencerdaskan otak adalah bercerita tentang
pengalaman anak saat pergi kesuatu tempat yang bermakna, seperti ke kebun
binatang, ke pantai, ke kebun dll. Anak dengan bebas mengungkapkan segenap
pengetahuannya tentang binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang
berkaitan dengan kegiatan tersebut. Anak dapat menirukan suara binatang, serta
berperan menjadi seekor binatang .
c)
Bercerita Bermanfaat untuk Melatih Empati
Empati
adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain, dapat juga dikatakan
pengenalan jiwa orang lain, dengan kata lain empati adalah keadaan mental yang
membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan
atau pikiran dan sikap yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati
merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak karena
dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain. Dengan mengembangkan
empati, anak akan pandai menempatkan dirinya dan perasaannya pada diri dan
perasaan orang lain dan akan mengembangkan tenggang rasa. Melalui bercerita
terpimpin sikap empati yang dapat dikembangkan di PAUD.
d)
Bercerita Bermanfaat Mengasah Panca lndera
Banyak
jenis cerita anak PAUD yang menunjang perkembangan kepekaan panca indera
seperti “cerita makanan kesukaanku” gambar-gambar di buku untuk latihan indera
penglihatan, mengenal bentuk, warna, dan jenis-jenis makanan.
3.
Pengembangan Kognitif Anak Usia PAUD
Kemampuan
kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bercerita kemampuan mengenal,
mengingat, berfikir konvergen, divergen, memberi penilaian. Media yang
dibutuhkan bagaimana terdapat dalam “Pedoman penggunaan alat peraga PAUD, yaitu
buku cerita bergambar
4.
Pengembangan Bahasa Lisan Anak Usia PAUD
Kemampuan
berbahasa lisan yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bercerita bertujuan
untuk melatih keberanian dan rasa percaya diri anak saat bercerita di hadapan
orang-orang sekitarnya.
Kemampuan berbahasa lisan yang dapat
dikembangkan melaui kegiatan bercerita bertujuan untuk:
ü Menguasai
bahasa resetif: memahami urutan peristiwa pada cerita tersebut
ü Menguasai
bahasa ekspresif yang meliputi: menguasai kata-kata baru dan menggunakan pola
bicara orang dewasa.
ü Berkormunikasi
secara verbal dengan orang lain: berbicara sendiri atau berbicara kepada orang
lain.
ü Keasyikan
menggunakan bahasa secara lisan.
ü Pengembangan
Sosial Anak Usia PAUD
Kemampuan sosial yang dapat dikembangkan
melaui kegiatan bercerita yang bertujuan untuk membina hubungan dengan anak
lain dan belajar mengekspresikan alur cerita yang mampu menarik perhatian orang
lain sesuai dengan harapan anak. Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk
kegiatan ini adalah buku cerita buku bergambar.
5. Pengembangan
Emosi Anak Usia PAUD
Pengembangan emosi anak PAUD adalah:
ü Kemampuan
memahami perasaan
ü Kemampuan
memahami suatu peristiwa
ü Menyenangi
diri sendiri
Sedangkan bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk mengembangkan keterampilan emosi ini antara lain: bermain
drama, cerita dan buku-buku yang menggambarkan perwatakan dan situasi dalam
rentangan perasaan yang sangat luas.
B.
KERANGKA
BERPIKIR TINDAKAN
Telah dikemukakan
sebelumnya bahwa kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau
manifestasi kecerdasan dalam pencarian yang bernilai. Proses kreatif
berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi
secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu
sedang
berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang
ditampilkan oleh individu. Salah satu kreativitas yang perlu ditingkatkan
adalah kreativitas anak dalam berbahasa lisan. Menurut Ali Nugraha dan Yeni
Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa ditunjukkan dengan
keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan
berbicara, menulis dan membaca.
Kreativitas berbahasa lisan dapat
ditingkatkan melalui membaca buku cerita bergambar dan menceritakannya pada
orang lain. Bercerita menggunakan buku cerita bergambar adalah sebuah aktivitas
terobosan, dalam hal linguistik. Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini
meliputi 2 indikator, yaitu indikator yang berkaitan dengan permata tersembunyi
dan indikator kreativitas berbahasa lisan yang meliputi item berikut ini.
Indikator
Variabel Penelitian
Buku
Cerita Bergambar Hewan
|
Kreativitas
Berbahasa Lisan
|
–
Anak membaca gambar hewan yang terdapat di dalam buku cerita bergambar
|
–
Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya di
dalam buku cerita
|
–
Anak membedakan jenis-jenis hewan buas dan tidak buas
|
–
Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi buku
cerita
|
– Anak
menyebutkan makanan hewan
|
–
Anak menirukan suara binatang
|
C. HIPOTESIS
TINDAKAN
Setelah
melakukan observasi terhadap siswa-siswi PAUD MELATI 08 maka ditemukan hipotesis dalam penelitian
yaitu kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun dapat ditingkatkan melalui Bercerita
Menggunakan Buku Cerita Bergambar di PAUD Melati 08 Menteng Jakarta Pusat.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun
melalui permainan Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar di di PAUD Melati
08 Menteng Jakarta Pusat.
B. SETTING PENELITIAN
Setting penelitian ini
dilakukan oleh peneliti ditempat dan waktu sebagai berikut :
a.
Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dilakukan
di PAUD Melati 08 JL Kalipasir Gg Eretan RT 010/ RW 08 Menteng Jakarta Pusat.
b.
Waktu
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada pertengahan semester I, untuk meningkatkan
kemampuan bahasa sebagai persiapan memasuki pendidikan selanjutnya. Peneliti
akan melaksanakan penelitian kurang lebih selama 2 bulan pada bulan September-November 2017.
c.
Subjek
Penelitian
Dalam penelitian ini subjek adalah siswa-siswi PAUD
Melati 08 Menteng dengan jumlah anak 12 orang pada tahun ajaran 2016/2017 yang
terdiri dari 1kelas, adapun 1 kelas tersebut adalah kelompok B, berjumlah 12
anak.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, sebagaimana dikemukakan oleh Wardani (2002:14) menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga kemampuan anak dalam berbahasa lisan dapat
ditingkatkan.
Rochiati
(2005:24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil tindakan-tindakan yang telah ditetapkan.
D. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Penelitian ini
terdiri dari 3 siklus, adapun setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Tahapan-tahapan
yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) Perencanaan atau
persiapan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan interpretasi, 4)
Analisis data, refleksi. Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah PAUD Melati 08 Menteng. Jumlah anak sebanyak 12 orang anak.
Iswadi, M. Pd (2017:219)
penelitian merupakan alternative pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan
yang tidak hanya berbasis akademis, sehingga kerja guru seperti dinilai
berdasarkan kriteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi dan
sosiologi. Dalam rangka meningkatkan berbahasa lisan anak, dan diamati oleh
observer. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus.
SIKLUS
1 :
1.
Perencanaan
Rencana tindakan
kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau
perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan ini dimulai dengan
menetapkan kelas sebagai tempat penelitian. Menyiapkan perangkat pembelajaran
mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian, lembaran observasi guru dan anak,
tes kemampuan berbahasa lisan.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan melakukan mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia,
mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya dalam jaring tema,
mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui
tema dan sub tema, menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan
mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih. Pelaksanaan
pembelajaran dengan kreativitas berbahasa lisan dilaksanakan guru dengan cara:
ü Menyediakan
buku-buku cerita bergambar sesuai tema (Hewan)
ü Katakan
(jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah hewan yang ada di dalam
buku cerita. Kemudian katakan “Ada berapa banyak jenis hewan buas, Irgi,
bisakah kamu temukan semuanya?”.
ü Menyuruh
anak menceritakan sesuatu mengenai hewan yang telah ditemukannya
ü Mintalah
anak menunjukan hewan yang ditemukannya supaya dia dapat menghitung, dan
menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam buku cerita bergambar
tersebut.
3.
Pengamatan
Mengamati hasil atau
dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak. Tujuannya
untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu pelaksanaan observasi
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan melibatkan seorang guru
lain sebagai pengamat yang menggunakan lembaran observasi.
4.
Refleksi
Peneliti
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan
dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Untuk
merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi
masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran
yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan
cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait. Dari hasil
analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin
dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat
memandu usaha perbaikan pada siklus ke II. Setelah masalah dijabarkan, langkah
berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan
mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali
pengalaman sendiri.
Siklus 2 :
1.
Perencanaan
Tahapan
perencanaan pada siklus dua diawali dengan melakukan langkah-langkah
pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang
dipersiapkan sebelum kegiatan berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan dua
kali pertemuan dalam satu minggu.
2.
Pelaksanaan
Tahapan
pelaksanaan dalam siklus dua dilaksanakan proses membaca buku cerita bergambar.
3.
Tahapan observasi pada siklus dua
dilaksanakan dengan pengamatan langsung.
4.
Tahapan refleksi pada siklus dua
merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah dilakukan. Kegiatan
mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut
dalam perencanaan siklus selanjutnya. Pada siklus dua anak masih belum
memperlihatkan kemampuan bercerita dengan menggunakan bahasa lisan
Siklus
3 :
1. Tahapan
perencanaan pada siklus tiga diawali dengan langkah-langkah pembelajaran dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan
sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga
kali pertemuan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian dan menyiapkan
sarana pendukung.
2. Tahap
pelaksanaan pada siklus tiga dilaksanakan proses belajar mengajar dengan
kegiatan membaca buku cerita bergambar . Guru menunjukkan peragaan dan
mencontohkan. Dalam pelaksanaan penelitian dibantu satu orang guru dan satu
orang kepala sekolah.
3. Tahap
observasi pada siklus tiga dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi,
Tanya jawab kepada anak tentang cerita didalam buku bergambar tersebut.
4. Tahapan
refleksi pada siklus tiga merupakan kegiatan mengevaluasi, anlisis, penjelasan,
penyimpulan. Perhatian anak tercurah pada kegiatan membaca buku cerita
bergambar gambar, anak dapat mengikuti dan bisa menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran penelitian telah
berjalan sesuai yang diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup
untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang diharapkan.
E.
SUMBER
DATA
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
ü Siswa
kelompok B di PAUD Melati 08 Menteng
ü Guru
inti kelompok B di PAUD Melati 08
Menteng
ü Guru
pendamping kelompok B di PAUD
Melati 08 Menteng
F.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Adapun data dalam penelitian ini adalah data
tentang kreativitas berbahasa lisan yang diperoleh dari hasil pengamatan
(lembaran observasi). Kemudian, menurut Anas Sudijono (2004:43) untuk
menentukan keberhasilan aktivitas guru dan kreativitas berbahasa lisan anak
selama proses pembelajaran diolah dengan menggunakan rumus persentase, yaitu
sebagai berikut :
P = F/N x 100%
Keterangan:
F
= Frekuensi yang sedang dicari
persentasenya
N
= Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
p
= Angka persentase
100% = Bilangan Tetap
Dalam
menentukan kriteria, maka dilakukan pengelompokkan atas 4 kriteria penilaian
(Arikunto: 2002.246) sebagai berikut:
Ø 76%
– 100% tergolong baik
Ø 56%
– 75% tergolong cukup baik
Ø 40%
– 55% tergolong kurang baik
Ø 40%
kebawah tergolong tidak baik”.
ü Verifikasi
Data
Pada
tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan atau verifikasi. Penarikan
kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan awal dapat bersifat sementara dan masih dapat berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang dapat mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi bila pada kesimpulan awal telah ditemukan bukti-bukti
yang valid, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kategori Penilaian Kreativitas Berbahasa
Lisan Anak
Aspek yang dinilai
|
BB
|
MB
|
BSH
|
BSB
|
–
Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar hewan yang dilihatnyanya
dalam buku cerita
–
Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi cerita
bergambar
–
Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam menalar cerita
–
Anak kritis terhadap pendapat orang lain tentang isi cerita
–
Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar hewan yang terdapat di dalam buku
cerita
|
Kemudian
untuk menilai cerita anak dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
Kategori
Penilaian Aktivitas Anak dalam
Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar
Aspek yang dinilai
|
BB
|
MB
|
BSH
|
BSB
|
–
Anak membaca buku dan bercerita dengan
melihat gambar yang ada pada buku cerita
–
Anak menyebutkan jenis-jenis hewan
–
Anak dapat membedakan jenis-jenis
hewan buas dan jinak
–
Anak menirukan suara hewan
–
Anak menalar isi cerita
–
Anak menikmati membaca buku cerita bergambar
|
Keterangan:
- BB = Belum berkembang, diberi skor 1 apabila anak tidak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
- MB = Mulai berkembang, diberi skor 2 apabila anak kurang kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
- BSH = Berkembang sesuai harapan, diberi skor 3 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
- BSB = Berkembang sangat baik, diberi skor 4 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik sekali dengan simbol bintang
G.
TEKNIK
ANALISA DATA
Teknik dan kriteria analisis yang digunakan untuk
menganalisa data, antara lain :
- Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang
yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara secara
teliti dan rinci. Data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan
kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam mereduksi data-data kemampuan bicara
dengan wawancara dan observasi adalah dengan mencari indikator-indikator bahasa
yang muncul pada setiap peristiwa. Dalam tahap ini data dari wawancara dan
observasi yang telah disusun sebelumnya akan diseleksi data-data mana yang
perlu dipilih dan dibuang. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
- Deskripsi data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data
tentang kemampuan berbahasa lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif
yang bersifat kuantitatif. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan anak selama
proses pembelajaran, dan data peningkatan kemampuan berbahasa lisan pada anak,
selanjutnya penelitian terhadap kreativitas berbahasa lisan anak menggunakan
ketentuan penilaian menurut Pedoman Penilaian Taman Kanak-kanak dengan
menggunakan simbol bintang sebagaimana telah dijelaskan di atas.
H.
Keabsahan Data
Pengecekan
keabsahan data dilakukan antara lain dengan :
- Pengamat menggunakan tehnik-tehnik perpanjangan kehadiran peneliti lapangan, observasi partisipan.
- Diskusi dengan guru kelas.
I. Kriteria
Keberhasilan Penelitian
Indikator
keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi perubahan yaitu,
berupa peningkatan kemampuan yang diperoleh oleh anak. Perubahan anak didik
dalam berbicara saat menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali cerita guru. Kemampuan anak dalam berbicara meningkat
melalui metode bercerita dengan media buku cerita bergambar. Peningkatan
kemampuan bicara dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap
aspek kemampuan yang dikembangkan yaitu apabila 80% dari jumlah anak
memperlihatkan indikator dalam persentase baik.
Daftar Pustaka
-
Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak Edisi Kedua, Jakarta :
Erlangga, 1995.
-
Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008.
-
Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas
Terbuka, 2014.
-
Santrock, John W., Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup,
Jakarta : Erlangga, 1995.
-
Siti Aisyah, dkk., Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,
Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-
Tadzkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk
Anak Usia Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.
-
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta
: Indeks, 2009.
-
Mudjito,
A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta :
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
-
Iswadi, M. Pd, Metodologi
Penelitian, Jakarta : Natural Aceh, 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar