Welcome to my bloq... ^-^ Samika ^-^ STKIP KUSUMA NEGARA^_^

Selasa, 26 Desember 2017

Meningkatkan kratifitas anak usia dini melalui aktivitas meggambar (peneltian PTK)



MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI
AKTIVITAS MENGGAMBAR PADA PAUD MENTARI



Disusun memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu :

ISWADI, M.Pd



 
KUSUMA.jpeg










 Oleh




ISWATUN NURIYAH      ( 20158400079 )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN  KUSUMA NEGARA JAKARTA

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “ “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Menggambar Pada PAUD MENTARI “. Semoga penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi kita semua dalam mencari ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan jazakumullahkhoironkatsira dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1.    Bapak Iswadi, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian, dan
2.    Rekan-rekan seperjuangan PG PAUD Kelas B
3.    Ibu kepala Sekolah dan para Dewan Guru PAUD MATAHARI yang telah memberi
kemudahan dan motivasi kepada penulis dalam upaya penyelesaian penelitian ini. dan juga kepada
4.    Semua pihak yang telah mendoakan, memotivasi, dan membantu hingga penulisan penelitian ini sselesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak luput dari kesalahan. Namun, penulis berharap keterbatasan ini tidak mengurangi maksud yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Demikian penelitian ini penulis susun, guna menyelesaikan tugas metodologi penelitian . Semoga penelitian ini dapat member manfaat terhadap kreativitas anak usia dini di Indonesia. Semoga Allah selalu meridhoi. Amin


Jakarta,    Oktober 2017


Penulis


DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………..……..i
DAFTARISI…………………………………...……………....................ii
BAB I. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang………………………………….……...................3
  2. Identifikasi Masalah ……………………………...………............6
  3. Batasan Masalah …………………………………….....................7
  4. Rumusan Masalah .………………………………….....................7
  5. Manfaat Penelitian ………………………………….....................7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
  1. Deskripsi Teori............................................................................... 8
1. Kreativitas............................................................................................... 8
  1. Pengertian Kreativitas.................................................................... .8
  2. Karakteristik Kreativitas Anak Usia Dini...................................... .9
  3. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini...................................11
  4. Faktor Penghambat dan Pendukung Kreativitas………………14
2. Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini.................................................17
  1. Pengertian Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini.......................17
  2. Ciri-ciri Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini...........................19
  3. Tahapan Aktivitas Anak Usia Dini..................................... ...........20
  4. Hasil Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini………………....22
  1. Berfikir Tindakan ...........................................................................24
  2. Hipotesis Tindakan.........................................................................26
BAB III. METODE PENELITIAN
  1. Tujuan Penelitian……………………......…………………….......27
  2. Setting Penelitiaan…………. ………………………....................28
    1. Tempat Penelitian…………………………………………29
    2. Waktu Penelitian………………………………………….30
  1. Metode Penelitian………………………………………………...28
  2. Langkah-langkah Penelitian…….. .............…………………...….28
  3. Sumber Data……………………………………………………....33
  4. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….........33
  5. Teknik Analisis Data ……………………………………………..34
1.    Reduksi Data
2.    Deskripsi Data
3.    Verifikasi
  1. Keabsahan Data
  2. Kriteria Keberhasilan Penelitian………………….………………..36


























BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak dari lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikiran, emosional, dan sosial yang tepat agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Usia dini juga dikatakan sebagai masa kreatif yang diyakini bahwa kreativitas yang ditunjukkan anak merupakan bentuk kreativitas yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali. Usia tersebut juga merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial, dan moral. Karakteristik ini ditandai dengan kemampuan belajar anak yang luar biasa, yakni keinginan anak untuk belajar aktif dan eksploratif.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1, angka 14 menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya  pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Hal ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Diperjelas lagi dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak merupakan salah satu komponen lembaga pendidikan yang berfungsi membantu perkembangan potensi, bakat, dan minat yang dimiliki seorang anak. Perkembangan potensi tersebut dapat diciptakan dengan suasana penuh kasih sayang, aman, dan menyenangkan bagi anak termasuk ketika anak melakukan aktivitas menggambar. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Menggambar menjadi salah satu cara untuk mengembangkan bakat dan minat yang dapat dilukiskan atau disampaikan oleh anak usia dini dalam bentuk coretan atau goresan. Melalui menggambar ini anak diberi kesempatan dan kebebasan seluas-luasnya untuk menyampaikan gagasan, ide, keinginan maupun cita-citanya kelak melalui gambar atau coretan mereka.
Utami Munandar menyatakan bahwa berkaitan dengan kreativitas melalui produksi menggambar berdasarkan TCT-DP (Test for Creative Thinking-Drawing Production) menunjukkan bahwa anak Indonesia mencapai skor kreativitas paling rendah dibanding negara lain, diantaranya: Filipina, India, dan Afrika Selatan. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya pengembangan kreativitas sejak usia dini. Oleh karena itu, kreativitas perlu diperhatikan dan dikembangkan sejak usia dini.

Pada kenyataannya berdasarkan beberapa nara sumber baik dari pengawas maupun para guru Taman Kanak-kanak yang tergabung dalam organisasi IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia) menunjukkan bahwa pada umumnya kreativitas tidak lagi dianggap penting. Tuntutan orang tua serta syarat dalam memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) menjadi dalih untuk anak pandai membaca dan berhitung tanpa melihat kemampuan anak yang seharusnya. Guru hanya menekankan metode pembelajaran yang mengasah kecerdasan otak kiri saja yaitu membaca dan berhitung. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh salah satu guru dari TK yang ada di tempat penelitian menyatakan takut kehilangan kepercayaan masyarakat jika tidak meluluskan anak yang dapat membaca dan menulis, serta salah seorang wali murid TK tersebut senang memasukkan anaknya karena ada les membaca dan menulis.
Saat peneliti melakukan observasi pada anak-anak kelompok A PAUD MENTARI, kreativitas anak-anak masih rendah bila dibandingkan dengan yang seharusnya. Anak kelompok A adalah usia 4-5 tahun yang pada umumnya senang bertanya, senang mencoba hal-hal baru. Namun pada kelas tersebut anakanak kurang berani bertanya dan takut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Di samping itu anak juga takut setiap diajak untuk bermain yang baru. Setiap membuat mainan atau mengerjakan sesuatu, anak selalu menunggu contoh dari guru. Mereka mau mencontoh tetapi tidak mau membuat sendiri yang berbeda. Bila ditanya mengapa tidak mau membuat sendiri, mereka menjawab tidak bisa. Peneliti melihat anak-anak tersebut sebenarnya bisa dan kreatif. Namun, hanya perlu diberi kesempatan dan ditingkatkan. Apalagi saat peneliti melakukan observasi pada kegiatan menggambar bersama guru lukis, anak-anak terlihat tidak senang dan enggan untuk melakukan aktivitas menggambar. Hal ini disebabkan karena anak tidak mendapat kebebasan dalam menggambar dan harus menggambar dengan cara meniru contoh dari guru lukis. Akibatnya mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitas khususnya melalui coretan dalam bentuk gambar dan sebagian besar anak mengeluh kesulitan saat harus meniru persis contoh gambar dari guru lukis. Memberi contoh dalam melukis memang perlu, namun pada saat anak melakukan aktivitas menggambar di kelompok A pada PAUD MENTARI belum ada motivasi dari guru lukis kepada anak untuk mengungkapkan ide maupun gagasannya sendiri dalam bentuk gambar. Kebebasan dalam menggambar juga belum diterapkan, karena anak selalu mengikuti goresan maupun bentuk yang dicontohkan oleh guru lukis. Selain itu, anak masih selalu dibimbing dalam memilih warna, dengan cara anak secara bersama-sama disuruh memegang dan mengambil pastel sesuai dengan petunjuk guru, lalu mewarnai sesuai perintah dan contoh guru. Apabila anak menggambar atau mewarnai tidak sesuai/berbeda dengan contoh akan mendapat teguran dari guru. Anak menjadi takut salah dan takut mencoba ketika guru meminta anak untuk mengerjakan sesuatu yang baru pada kegiatan selain menggambar.
Berdasarkan paparan di atas peneliti memilih aktivitas menggambar karena seperti yang dikatakan oleh Hajar Pamadhi (2008) bahwa aktivitas menggambar merupakan kegiatan naluriah atau alami bagi anak, karena hampir setiap hari anak melakukan ini untuk bercerita dengan orang lain. Aktivitas menggambar adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Mencorat-coret adalah langkah menuju kegiatan menulis seperti juga mengoceh untuk menuju bicara. Kegiatan atau aktivitas menggambar bagi anak adalah media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asyik, dan menyenangkan anak dan hasil dari kegiatan tersebut disebut gambar.
Berdasarkan uraian diatas, aktivitas menggambar diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menjadi tempat bagi anak untuk menuangkan ide/gagasan serta dapat meningkatkan kreativitas anak. Maka penulis melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Aktivitas Menggambar pada Anak Kelompok A PAUD MENTARI”.

B. Identifikasi masalah
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat beberapa permasalahan diantaranya adalah
    1. Anak belum mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitas melalui aktivitas menggambar karena harus meniru contoh guru lukis.
    2. Anak selalu enggan melakukan aktivitas menggambar karena masih merasa kesulitan meniru contoh dari guru lukis.
    3. Anak kurang termotivasi untuk menuangkan ide/gagasannya melalui coretan atau gambar karena terbiasa meniru contoh.
    4. Rendahnya kreativitas anak karena terbiasa meniru contoh guru lukis.

C. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah
yang akan diangkat oleh peneliti dibatasi pada rendahnya kreativitas pada anak kelompok A di PAUD MENTARI.

D. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini melalui aktivitas menggambar pada Anak kelompok A di PAUD MENTARI?

E. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Memberikan khasanah baru bagi pendidikan anak usia dini.

2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan
2) Meningkatkan kreativitas anak baik verbal maupun non verbal.
b. Bagi guru
1) Meningkatkan pengetahuan dalam memperbaiki proses pembelajaran.
2) Mendapatkan kepekaan dalam menemukan permasalahan pembelajaran serta dapat menentukan tindakan dan memecahkan masalah tersebut.
3) Menambah wawasan bagi guru PAUD.



c. Bagi kepala sekolah
Menjadi masukan yang positif bagi kepala sekolah, guna pembinaan bagi guru-guru lain untuk bersama-sama ikut serta meningkatkan kreativitas anak usia dini.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kreativitas
a. Pengertian kreativitas
Kreativitas mengandung beberapa definisi. Lawrence menyatakan kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti, sehingga hasil pikiran anak yang baru merupakan bentuk kreativitas dari individu anak. Yuliani Nurani Sujiono  meyakini bahwa kreativitas yang ditunjukkan anak merupakan bentuk kreativitas yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali.
Secara khusus, kreativitas berkarya senirupa diartikan sebagai kemampuan menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya senirupa dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya (Dirjen Dikti, 2005: 11). Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta yaitu sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Kreativitas sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya yaitu berdasarkan informasi, data atau pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya (Utami Munandar, 1999: 47). Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki makin besar kemungkinan seseorang memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri secara kreatif.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide serta mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Kreativitas dalam bidang seni diartikan sebagai berkarya yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan karya seni sebagai hasil kreativitasnya. Kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).

b. Karakteristik kreativitas anak
Memahami keberadaan anak dalam pengembangan kreativitas perlu diperhatikan. Kreativitas dalam penelitian ini dikembangkan melalui aktivitas menggambar. Karakteristik kreativitas anak yang dilakukan melalui aktivitas menggambar merupakan ungkapan kreatif senirupa anak-anak. Untuk memahami kreativitas anak perlu diperhatikan karakteristik tindakan anak secara umum yang menunjukkan kreativitas.  ( Paul Torrance dari Universitas Georgia (Suratno, 2005: 11) menyebutkan karakteristik tindakan anak yang menunjukkan kreativitas )
adalah sebagai berikut; 1) Belajar kreatif, 2) Rentang perhatian panjang, 3) Mampu mengorganisasikan yang menakjubkan, 4) Dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda, 5) Belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya, 6) Menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alami. Peningkatan kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan oleh anak. Tugas guru, orang tua, dan orang-orang yang dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan yang sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak.
 ( Ciri-ciri Kreativitas Anak menurut pendapat Utami Munandar ) (2009: 71) meliputi:
1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4) Bebas dalam menyatakan pendapat
5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam
6) Menonjol dalam salah satu bidang seni
7) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang
8) Mempunyai rasa humor yang luas
9) Mempunyai daya imajinasi
10) Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

Ciri-ciri kreativitas anak dapat diketahui melalui pengamatan terhadap perilaku anak yang berbeda dengan anak pada umumnya. Perbedaan perilaku anak tersebut biasanya membuat orangtua cemas dan bagi orangtua yang belum memahami tentang ciri-ciri anak kreatif biasanya menganggap sebagai anak nakal. Bakat dalam bentuk kreativitas akan tumbuh dan berkembang jika didukung dengan fasilitas dan kesempatan yang memungkinkan. Orang tua dan guru harus menyadari keragaman bakat dan kreativitas anak. Cara mendidik dan mengasuh anak harus disesuaikan dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak, sehingga tidak ada penekanan atau paksaan dalam mendidik anak. Penerapan pendekatan 4 P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk) dalam mengembangkan kreativitas menurut Utami Munandar (2009: 89) dapat mempengaruhi perilaku anak dalam menampilkan ciri-ciri pribadi kreatif.
Keempat segi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;
1) Segi pribadi, kreativitas adalah hasil keunikan pribadi dalam berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan penggambaran adanya berbagai ciri khusus dalam tiap individu. Cirinya antara lain berupa rasa ingin tahu, mempunyai minat yang luas, berani mengambil resiko, mempunyai prakarsa, kepercayaan diri, tekun, dan ulet dalam mengerjakan tugas yang diminati dan diyakini.
2) Segi pendorong, merupakan suatu kondisi yang memotivasi seseorang pada perilaku kreatif. Pendorong kreativitas ini dapat berupa hasrat yang kuat pada diri individu dan dapat pula berupa penghargaan dari orang lain (orangtua, guru), serta tersedianya sarana dan prasarana penunjang sikap kreatif.
 3) Segi proses, kreativitas adalah hasil dari tahapan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kreativitas ditinjau dari segi proses yaitu sebagai suatu kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada dalam pikiran.
4) Segi produk, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau menghasilkan produk-produk baru atau kombinasi dari hal sebelumnya yang sudah ada. Produk tersebut dapat berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, maupun teknologi baru yang memungkinkan manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Karakteristik kreativitas anak dalam penelitian ini adalah kreativitas yang menunjukkan kelancaran anak dalam memproduksi gambar. Kreativitas anak yang menunjukkan keluwesan anak dalam menceritakan hasil gambarnya. Kreativitas anak yang menunjukkan keaslian gambar anak, dan kreativitas anak yang dilihat dari elaborasi atau penjelasan anak mengenai pengembangan ide anak dari hasil gambar yang telah dibuatnya.

c. Pengembangan Kreativitas Anak
Pengembangan kreativitas senirupa anak TK adalah suatu daya atau kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 2005: 38). Menurut Utami Munandar (1999: 45-46) kreativitas penting untuk dipupuk dan dikembangkan melalui pendidikan sejak usia dini dengan alasan karena orang dapat mewujudkan dirinya. Seorang ahli, Maslow (Utami Munandar, 1999: 46), menyebutkan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Selain itu, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Alasan yang berikutnya kreativitas dapat memberikan kepuasan terhadap individu serta dengan kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Pengembangan kreativitas bagi anak dianggap begitu penting, maka pada tanggal 11 Maret 1984 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) telah membuka pusat-pusat Pengembangan Kreativitas Anak. Di sana terdapat beberapa anjungan (rumah-rumah tradisional) sehingga menjadi wadah bagi anak-anak untuk bersibuk diri secara kreatif. Tempat ini dapat terwujud atas kerjasama antara Yayasan Pengembangan Kreativitas, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta, dan Taman Mini Indonesia Indah (Utami Munandar, 1999). Kegiatan yang dapat dilakukan pada anjungan tersebut ialah kegiatan melukis, elektronika, daur ulang, dan olah kata. Maksud kegiatan melukis pada Yayasan Pengembangan Kreativitas adalah seperti yang biasa dilakukan pada sekolah maupun sanggar-sanggar seni rupa. Maksud “daur ulang” pada yayasan di TMII ialah membuat bermacammacam obyek dengan barang-barang bekas yang sudah tidak dipakai (seperti: kotak, botol, karton, plastik, dan sebagainya). Semuanya dibuat dengan menggabungkan bermacam-macam warna, bentuk, ukuran yang berbeda dibuat sesuai dengan keinginan dan kemampuan anak atau mengikuti daya imajinasi anak. “Olah kata” yang dimaksud di sana sesuai dengan tujuan Pusat- pusat Pengembangan Kreativitas Anak, yakni merangsang, memupuk, dan meningkatkan bakat kreatif anak (Utami Munandar, 1999). Pengembangan kreativitas sangatlah penting dalam sistem pendidikan, maka para wakil rakyat berupaya melalui Ketetapan MPR-RI No. 11/MPR/ 1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai berikut: “Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan ketrampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja”.
Berkaitan dengan sistem pendidikan di atas, pendidikan di Taman Kanak kanak memberikan pelayanan dalam membantu anak mempersiapkan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan selanjutnya. Pengembangan kreativitas anak usia dini menjadi salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan secara optimal. Bagi anak usia dini, bermain adalah awal dari timbulnya kreativitas. Apapun kegiatannya hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga dalam pengembangan kreativitas tidak ada paksaan. Aktivitas menggambar memberi kebebasan kepada anak untuk mengungkapkan ide dan gagasannya.“Apa salah anak memberi warna oranye pada gunung dan memberi warna merah pada langit?”, selama ini anak dipaksa untuk mengikuti kemauan orangtua atau guru. Dalam menggambar gunung pun tidak jarang terjadi stereotip untuk mendidik anak, yaitu dua gunung saling berdempet, lalu matahari merekah dari sela-sela gunung, di depan gunung ada sawah, menyusul jalan yang melingkar-lingkar. Oleh karena itu, guru atau orangtua hendaknya memberi kebebasan dan kesempatan kepada anak untuk menggambar atau memberi warna pada gambar sesuai imajinasi anak. Memberi kebebasan berarti memberi kesempatan kepada anak untuk menuangkan seluruh kemampuan dan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengembangan kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu daya atau kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak pada kelompok A PAUD MENTARI untuk menunjukkan keberanian, dalam membuat gambar atau coretan, berani mengeluarkan ide atau gagasan dari hasil gambar yang telah dibuatnya. Pengembangan kreativitas dalam penelitian ini diupayakan melalui pemberian kebebasan kepada anak dalam menggambar dan pemilihan media maupun alat yang digunakan untuk menggambar
.

d. Faktor Penghambat dan Pendukung Kreativitas
1). Faktor Penghambat
Imam Musbikin (2007) menyatakan ada delapan penghambat kreativitas anak diantaranya sebagai berikut:
 a) Tidak ada dorongan bereksplorasi, yakni tidak adanya rangsangan dan kurangnya pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu anak dapat menghambat kreativitas anak. Jawaban dari pertanyaan anak dengan jawaban irasional seperti “sudah dari sananya“ membuat anak tidak bereksplorasi. Keadaan akan berbeda jika orang tua atau guru memberi alternatif jawaban : “Wah, ibu juga belum tahu. Yuk kita cari jawabannya dibuku ”. Karena salah satu kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas adalah adanya dorongan dari orang tua atau guru untuk kreatif.
b) Jadwal yang terlalu ketat, karena penjadwalan kegiatan yang terlalu padat membuat anak kehilangan salah satu unsur dalam pengembangan kreativitas karena anak tidak dapat mengeskplorasi dengan kemampuannya. Anak harus disediakan waktu bermain-main dengan gagasan dan konsep-konsep serta mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. Peran orangtua adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi sesuai kemampuannya melalui bermain bukan membuat jadwal yang padat bagi anak.
c) Terlalu menekankan kebersamaan keluarga. Adakalanya anak membutuhkan waktu untuk menyendiri, karena dengan kesendiriannya anak belajar mengembangkan imajinasinya sebagai bekal untuk menumbuhkan kreativitasnya.Mandiri untuk anak sangat diperlukan. Memberi kepercayaan akan menjadikan anak percaya diri. Mandiri dan percaya diri adalah dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.
d) Tidak boleh berkhayal, karena dengan berkhayal anak belajar mengembangkan kreativitas melalui imajinasinya. Orang tua hanya perlu mengarahkan dan memfasilitasi anak untuk mengembangkan imajinasi mereka. Anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya.
e) Orang tua konservatif, yaitu orang tua yang biasanya tidak berani menyimpang dari pola sosial lama. Orang tua model ini biasanya cepat khawatir dengan proses kreativitas anak yang berada diluar garis kebiasaanya. Kondisi orang tua yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah yang selalu mendorong dan membimbing anak untuk menggunakan lingkungan rumah maupun sekolah sebagai sarana eksperimentasi dan eksplorasi. Bukan orang tua yang merasa takut jika anak-anaknya menghancurkan barang-barang yang ada di dalam rumahnya. Karena itu, tidak sesuai dengan kebiasaannya. Padahal dari situ anak mencoba belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan dari situ pulalah kreativitas anak dapat dimunculkan.
 f) Over protektif, karena perlindungan yang berlebihan pada anak akan menghilangkan kesempatan mereka bereksplorasi dengan cara baru atau berbeda. Kreativitas anak akan terhalang oleh aturan dan ketakutan orang tua yang sebetulnya belum tentu benar dan bahkan dapat mematikan kreasi anak untuk bereskplorasi.
g) Disiplin otoriter, karena disiplin otoriter mengarah pada anak tidak boleh menyimpang dari perilaku yang digariskan orang tua. Akibatnya, kreativitas anak menjadi terhalang oleh aturan-aturan yang belum tentu benar. Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah dapat meningkatkan kreativitas. Mendidik otoriter berarti memadamkannya.
 h) Penyediaan alat permainan yang terstuktur. Alat permainan yang terlalu terstuktur menghilangkan kesempatan anak melakukan bermain secara kreatif, karena anaktidak bisa mengembangkan imajinasinya. Alat permainan yang memberi kesempatan bereksplorasi akan lebih baik digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak. Oleh karena itu, orang tua atau guru harus dapat memilih alat permainan yang tepat.
Beberapa penghambat tersebut di atas hendaknya diperhatikan oleh guru maupun orang tua agar tidak mematikan kreativitas anak. Harapannya dengan memahami faktor penghambat kreativitas tersebut para guru TK dapat meminimalisir kesalahan dalam memberikan pelayanan pada anak didik.

2). Faktor Pendukung
Hurlock (1978) menyatakan bahwa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah:
a) Waktu, anak kreatif membutuhkan waktu untuk
menuangkan ide/gagasan atau konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau original. Anak-anak TK jika sudah mencoba sesuatu mereka tidak mau atau sulit untuk pindah pada kegiatan yang lain.
b) Kesempatan menyendiri, anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya. Adakalanya anak tidak mau membaur dengan teman-temannya karena sedang melakukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
c) Dorongan, terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang dewasa, mereka memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif, bebas dari ejekan. Anak kreatif biasanya dianggap tidak sama dengan teman lain dan mungkin berbuat sesuatu yang aneh menurut orang dewasa dan membuat orangtua khawatir.
d) Sarana,
untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi perlu disediakan sarana bermain.
Kondisi yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak antara
lain dengan menyediakan waktu, memberi kesempatan anak untuk menyendiri, pemberian dorongan atau motivasi serta penyediaan sarana. Sarana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melalui aktivitas menggambar sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan orangtua atau guru dalam membantu kreativitas anak usia dini. Pendapat lain menyatakan bahwa kondisi yang dapat mendukung
dan meningkatkan kreativitas anak, yaitu:
1)    sarana belajar dan bermain disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi,
2)    lingkungan sekolah yang teratur, bersih, dan indah secara lansung akan mendorong kreativitas,
3)    Kemenarikan guru dalam mendidik dan memberikan motivasi,
4)    peran masyarakat dan orangtua untuk mendukung kegiatan TK yaitu dengan menyediakan media/bahan praktek senirupa bagi putra-putrinya
5)    Para guru TK dapat mempersiapkan segala sesuatu agar tidak melakukan kesalahan dalam mendidik serta memberi kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan kreativitasnya.

2. Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
a. Pengertian Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Menggambar adalah proses membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda tajam seperti pensil atau pena pada bidang datar misalnya permukaan papan tulis, kertas, atau dinding . Menurut Hajar Pamadhi  aktivitas menggambar merupakan kegiatan naluriah atau alami bagi anak, karena hampir setiap hari anak melakukan ini untuk bercerita dengan orang lain. Aktivitas menggambar adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Dikatakan pula bahwa menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan-angan, perasaan, pengalaman dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu.
Aktivitas menggambar adalah suatu kegiatan seni lukis yang merupakan bahasa visual dan merupakan salah satu media komunikasi. Artinya bahwa anak dapat berkomunikasi melalui gambar yang ia buat sendiri.
Pembelajaran di TK aktivitas menggambar yang digunakan antara lain: jenis menggambar bebas, menggambar imajinatif, dan mewarnai gambar. Kegiatan atau aktivitas menggambar bagi anak adalah media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asyik, dan menyenangkan anak dan hasil dari kegiatan tersebut disebut gambar. Melalui aktivitas menggambar anak dapat mencurahkan segala isi hatinya dalam bentuk gambar, sehingga apa yang ia inginkan, apa yang ia senangi, bahkan apa yang tidak disenangi dapat disalurkan dalam bentuk gambar. Menurut Cyinthia Cathin (Trish Kuffner, 2006: 9) mengatakan bahwa mencoret-coret adalah langkah menuju kegiatan menulis seperti juga mengoceh untuk menuju bicara. Dikatakan pula bahwa anak prasekolah meneruskan eksperimen dengan sebab akibat serta menggunakan ketrampilan motorik halus dan koordinasi tangan dan mata yang sudah berkembang untuk menghasilkan gambar yang sudah dikenali. Jika dilihat dari kacamata orang dewasa atau ditinjau dari pendekatan makna seni, menggambar dibedakan dengan melukis. Saiful Haq menjelaskan bahwa gambar dipandang sebagai suatu penguraian penjelasan yang dinyatakan dalam goresan-goresan. Sedangkan melukis diartikan sebagai ungkapan pikiran dan perasaan melalui unsur yang lebih kompleks termasuk warna, tekstur, volume dengan kaidah-kaidah tertentu. Dikatakan pula bahwa menggambar dan mewarnai dari nol merupakan istilah baru didunia lukis atau gambar pada anak. Istilah ini memiliki dua makna, yakni menggambar dan mewarnai yang dimulai dari ketidaktahuan tentang kegiatan tersebut. Makna yang kedua dapat diartikan bahwa kegiatan menggambar dan mewarnai diawali dengan bentuk bulat/lingkaran atau nol. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas menggambar anak usia dini merupakan ungkapan hati untuk menyatakan keinginan, perasaan, pikiran dalam bentuk goresan atau gambar. Aktivitas menggambar dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan menggambar yang dilakukan melalui menggambar di atas tanah dengan lidi dan ranting yang dilakukan di luar kelas (di kebun sekolah), menggambar di atas kertas manila, dan menggambar dengan jari tangan di atas kertas HVS.

b. Ciri-ciri Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Memahami keberadaan anak dalam pendidikan seni termasuk aktivitas menggambar perlu kita pahami masa perkembangan, kebutuhan perkembangan jasmani/rohani anak. Ciri-ciri aktivitas menggambar anak ditampilkan dalam bentuk: karya bebas, unik, kreatif, goresan spontanitas, dan ekspresif. Hal ini sejalan dengan tipologi (gaya gambar), periodisasi (masa) perkembangan menggambar dan kesan ruang gambar yang dibuatnya. Dalam bahasa seni rupa ciri-ciri aktivitas menggambar anak usia dini dikenal dengan karakteristik ungkapan kreatif seni rupa anak yaitu tipologi gambar anak yang terdiri dari:
1)    Tipe Visual yaitu anak yang mempunyai ketajaman menghayati sesuatu melalui indera penglihatannya, sehingga karya gambar cenderung didasarkan pada kesamaan bentuk yang dilihat atau dihayatinya. Jika anak melihat sesuatu dari arah belakang maka ia akan menggambar sesuai apa yang ia lihat.
2)    Tipe Haptic (non visual), yaitu anak yang mempunyai kepekaan atau ketajaman perasaan atau mata hatinya, sehingga gambar yang dibuat kadang tidak berbentuk sesuai apa yang mereka katakan dan cenderung didasarkan atas ekspresi atau reaksi emosionalnya bukan berdasarkan hasil penglihatan indera matanya .
Sedangkan menurut Herbert Read dilihat dari gaya karya gambar anak dapat dibedakan antara lain:
 (1) organic, cirinya menggambarkan kesan obyek nyata secara dinamis,
 (2) lyrical/liris yaitu menampilkan obyek-obyek secara realistis, terkesan statis dengan pewarnaan tidak menyolok,
(3) impresionistik, yaitu menampilkan kesan suasana tertentu,
(4) rytmical pattern, yaitu menampilkan kesan pola ritmis,
(5) structural form, yaitu bercirikan kesan bentuk yang bersusun dan berulang-ulang,
(6) dekoratif, yaitu menampilkan motif/pola hiasan,
(7) ekspresionistik, menampilkan kesan ungkapan individual secara bebas dan spontan. Memahami keberadaan tipologi karya anak-anak hendaknya dapat dijadikan pertimbangan dan pengalaman bagi guru untuk memberikan bimbingan dalam kegiatan atau aktivitas menggambar di Taman Kanak-kanak, sehingga tidak ada lagi paksaan atau tekanan pada anak dalam menggambar, namun sebaliknya anak akan merasa senang dan bebas menuangkan ide dan anganangannya sehingga memberi peluang lebih besar untuk mengembangkan kreativitas melalui aktivitas menggambar.
Menurut Saiful Haq (2009: 6) ciri-ciri umum aktivitas menggambar anak TK berupa perspektif-atas, yaitu gambar yang dibuat anak biasanya menggambarkan beberapa macam situasi atau keadaan dalam bentuk bertingkat dari atas sampai bawah. Kedua, bertumpu pada garis datar, yakni gambar yang bertumpu pada garis datar untuk dibuat gambar tertentu. Ketiga, pembesaran bentuk tertentu, maksudnya bahwa anak biasanya menggambar dirinya sendiri lebih besar dibanding benda lain (misal: rumah, mobil) yang ia gambar. Keempat, Perspektif rebahan, gambar ini bercirikan anak menggambar dalam bentuk mendatar atau rebahan. Kelima, tembus pandang, yaitu gambar anak yang menggambarkan sesuatu yang seharusnya tidak tampak tetapi digambar oleh anak secara transparan atau tembus pandang. Misalnya anak menggambar ayam dan telurnya kelihatan diperut ayam. Keenam, Stereo type, yaitu gambar tentang dua gunung dan matahari bersinar yang sudah jaman dulu digambar orangtua. Ketujuh, Syair-gambar, yakni gambar anak yang bercirikan suatu gambar yang diberi tulisan-tulisan sesuai apa yang mereka ingin tuliskan. Tulisan di situ bukan merupakan syair yang runtut sesuai gambar.

c. Tahapan Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Berkaitan dengan tahapan aktivitas menggambar anak yang dalam bahasa seni rupa disebut tipologi dan gaya karya senirupa anak-anak. Menurut Victor Lowenfeld , tahapan atau periodesasi aktivitas menggambar anak-anak adalah :
(1) masa goresan sekitar usia 2-4 tahun,
(2) masa prabagan usia 4-7 tahun,
(3) masa bagan umur 7-9,
(4) masa permulaan realism umur 9-11 tahun,
(5) masa realism semu umur 11-13 tahun.
Oleh karena itu, anak usia dini berada pada masa goresan dan masa prabagan. Keterangan mengenai tahapan anak yang berada pada masa goresan adalah ketika pertama kali anak-anak mencoba menggoreskan alat tulis pada kertas bertujuan untuk meniru perbuatan orang yang lebih tua dari mereka. Goresan ini belum membentuk suatu ungkapan obyek, tetapi lebih merupakan ekspresi spontan yang berfungsi melatih koordinasi antara motorik halus, otot tangan dan lengan dengan gerak mata. Bentuk goresan biasanya berupa garis-garis mendatar, tegak, dan melingkar-lingkar dan belum bervariasi. Aktivitas menggambar seperti ini dilakukan oleh anak dalam waktu yang tidak terlalu lama, dan kadang-kadang dilakukan sambil makan, menyanyi atau aktivitas yang lain. Apabila pada saat aktivitas menggambar berlangsung lalu anak ditanya tentang gambar yang ia buat, maka ia akan memberikan nama sesuai dengan apa yang ia pikirkan saat itu. Lebel gambar ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan imajinasinya. Masa prabagan sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa goresan yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan yang dapat dikaitkan dengan bentuk atau obyek tertentu. Misalnya anak menggambar bagan manusia, ini wajar karena setiap hari anak melihat manusia. Anak sudah dapat mewujudkan obyek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, dan sebagainya. Tahapan perkembangan aktivitas menggambar anak dapat dilihat dari perkembangan gambar/goresan anak, dalam buku Saiful Haq (2009) ada lima tahapan yaitu Scrible Stage, yaitu masa corengan pada usia 2-4 tahun diawali dengan memberi judul pada gambar namun anak tidak yakin dengan judul yang dibuatnya.Tahap berikutnya Pre- Schematic Stage, yaitu masa pra-bagan pada usia 4-7 tahun yang diawali dengan anak suka menggambar simbol figur. Tahap selanjutnya Schematic Stage, yaitu masa bagan pada usia 7-9 tahun yang diawali dengan anak menggambar bentuk yang lengkap dengan cerita dan sudah mulai ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Sejalan dengan itu berkaitan dengan tipologi dan gaya karya senirupa anak-anak, secara umum anak juga mengalami masa atau tahapan dalam menggambar. Pada masa peka itulah anakanak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif . Masa keemasan ekspresi kreatif yaitu masa sebelum anak dapat menerima pengaruh norma cipta yang berlaku pada orang dewasa. Orangtua atau guru dapat memanfaatkan masa keemasan tersebut untuk membantu anak dalam mendapatkan kesempatan berekspresi secara kreatif.
Tahapan atau periodesasi aktivitas menggambar dalam penelitian ini
adalah masa prabagan usia 4-7 tahun. Masa ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa goresan yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan yang dapat dikaitkan dengan bentuk atau obyek tertentu.

d. Hasil Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Untuk mengetahui hasil aktivitas menggambar anak khususnya pada
umur 3-4 tahun dan 4-5 tahun atau pada masa prabagan sangat erat kaitannya dengan tipologi atau gaya karya gambar anak-anak. Secara umum anak mengalami periodisasi atau masa-masa perkembangan menggambar.
Bahkan pada masa peka itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain Kerchensteiner, Cyril Burt, Victor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Victor Lowenfeld anak usia 4-7 tahun berada pada masa pra bagan. Hasil aktivitas menggambar pada masa ini merupakan pengalaman anak dalam menarik goresan-goresan garis mendatar, tegak, dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan yang dapat dikaitkan dengan bentuk atau obyek tertentu. Misalnya bentuk manusia yang sederhana. Kehadiran gambar manusia yang lebih sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu berada dilingkungan yang secara visual dapat melihat manusia. Hasil aktivitas menggambar anak usia tersebut di atas secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, dan sebagainya. Goresan-goresan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk berimajinasi . Saiful Haq (2009: 9) secara rinci menunjukkan hasil aktivitas menggambar anak dua belas tahap. Hasil gambar tahap satu gambar anak berupa coretan awal/coretan acak/coretan yang digabungkan seolah-olah krayon/pastel/pensil yang digunakan tidak pernah lepas dari kertas. Hasil gambar tahap kedua menghasilkan coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis atau titik-titik) yang diulang-ulang, biasanya bentuk lonjong, dan tanda-tanda yang ada belum berhubungan dengan apa yang digambar anak. Hasil gambar tahap tiga adalah sudah adanya penambahan pada bentuk-bentuk lonjong dan sering ditambahkan garis/titik-titik. Biasanya garis-garis menyebar dari bentuk lonjong dan titik-titik di dalam bentuk lonjong. Hasil gambar tahap keempat adalah mulai muncul kepala besar, titik-titik dan garis-garis di dalam lonjong menyerupai wajah, dan masih mengambang di atas kertas. Hasil gambar tahap kelima adalah adanya kepala besar dan gambar kaki, namun masih mengambang di atas kertas. Hasil gambar tahap enam adalah sudah adanya gambar kepala besar dengan kaki dan bagian-bagian tubuh yang lain khususnya tangan. Gambar masih mengambang seperti atas kertas. Muncul awal tulisan yaitu huruf mengambang seperti garis-garis. Hasil gambar tahap ketujuh sudah muncul kepala besar dengan bentuk batang sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya dan mengambang di atas kertas. Hasil gambar tahap kedelapan adalah kepala besar dengan bentuk batang tertutup sebagai badan, bentuk batang terisi sebagai badan atau bentuk batang segi tiga sebagai badan dan anggota tubuh lainnya, gambar masih mengambang diatas kertas. Hasil gambar tahap kesembilan adalah gambar rumah sederhana yang menyerupai wajah, obyek-obyek sederhana lainnya (kupu-kupu atau bunga-bunga). Gambar masih mengambang di atas kertas. Hasil gambar tahap kesepuluh adalah bagian paling bawah kertas digunakan sebagai garis dasar gambar obyek yang bisa dikenali ditempatkan disitu. Obyek ditempatkan secara tepat dilangit, samping rumah dan seterusnya. Jika anak meletakan obyek dilangit masih tetap berada ditahap ini (misalnya anak menggambar pesawat terbang dengan awan dan langit biru). Hasil gambar tahap kesebelas adalah sebuah garis dasar menopang rumah atau obyek-obyek lain. Hasil gambar tahap keduabelas adalah garis dasar mulai muncul sebagai garis batas langit, anak mulai sadar akan ruang dan meletakan obyek dengan tepat. Hasil aktivitas menggambar dalam penelitian ini adalah gambar atau coretan bebas yang diarahkan dalam tema yang sedang dibahas (tema binatang dan tema tanaman dalam penelitian ini). Hasil aktivitas menggambar di sini berupa gambar di atas tanah, gambar di atas kertas manila, dan gambar di atas kertas HVS. Hasil tidak hanya dilihat dari gambar yang dihasilkan, tetapi dilihat dari berapa jumlah gambar yang dihasilkan dan berbeda dengan teman lain serta pengembangan ide anak melalui cerita/penjelasan anak mengenai hasil gambarnya meskipun gambar tidak sama dengan apa yang diceritakan anak.

B. Kerangka Pikir
Kreativitas penting untuk dipupuk dan ditingkatkan melalui pendidikan sejak usia dini dengan alasan karena orang dapat mewujudkan dirinya. Kreativitas
merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Selain itu, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Alasan yang berikutnya kreativitas dapat memberikan kepuasan terhadap individu serta dengan kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan hasil observasi kreativitas anak kelompok A PAUD MENTARI masih rendah, karena anak belum berani menuangkan idenya sendiri dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Contoh lain pada saat kegiatan motorik halus dengan plastisin, anak-anak tidak berani membuat sesuatu yang berbeda dengan contoh ketika membuat mainan dari plastisin, namun mereka sudah bisa meniru contoh dari guru. Termasuk pada saat aktivitas menggambar anak juga masih takut berekspresi melalui coretan atau gambar. Dari hasil observasi tersebut peneliti memilih aktivitas menggambar dalam upaya meningkatkan kreativitas anak. Kreativitas dalam penelitian ditandai dengan adanya kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration). Kegiatan yang direncanakan dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menarik, menyenangkan, dan memotivasi munculnya kreativitas anak didik. Melalui aktivitas menggambar yang disertai dengan motivasi dan tersedianya lingkungan kondusif dapat membantu anak untuk berkreasi. Sebagai contoh kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan di luar ruangan, misalnya di kebun sekolah apabila guru akan menjelaskan tentang tanaman. Anak diajak melakukan aktivitas menggambar di kebun sekolah tersebut, agar anak dapat melihat tanaman secara langsung dan tidak merasa bosan di kelas. Jika anak dapat menggambar berbagai tanaman serta ada gambar selain tanaman yang masih ada kaitannya dengan tanaman misalnya: ulat, kerikil, tanah, pot, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan kelancaran/fluency anak dalam mengungkapkan ide. Dari segi keluwesan/flexibility dapat dilihat ketika masingmasing anak menggambar pohon yang sama namun hasilnya berbeda-beda karena anak menggambar sesuai apa yang dilihat dan sesuai imajinasi mereka. Dari segi
keaslian/originality dapat dilihat dari hasil gambar anak apakah muncul sesuatu yang asli kreasi anak dan berbeda dengan anak lain atau kemurnian gambar anak diketahui melalui cerita anak tentang hasil gambarnya bukan meniru gambar teman lain. Dari segi elaborasi/elaboration dapat dilihat melalui gambar anak tentang hal-hal yang menunjukkan sejauh mana anak dapat memerinci atau memperkaya ide-idenya, dapat ditunjukkan melalui hasil gambar yang detail sebagai hasil aktivitas menggambar anak atau melalui cerita anak yang detail meskipun hasil gambarnya hanya berupa goresan sederhana. Dari uraian di atas diharapkan melalui kegiatan aktivitas menggambar dapat meningkatkan motivasi, ketertarikan, dan peran aktif anak dalam belajar sehingga kreativitas anak juga turut meningkat.

C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah aktivitas menggambar yang dilakukan adalah menggambar bebas dengan krayon, dan menggambar dengan jari tangan di atas kertas HVS dapat meningkatkan kreativitas anak pada kelompok A PAUD MENTARI






















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Teacher’s Guide to Classroom Research). D. Hopkins  dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research , menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif pleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan. Penelitian ini juga dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, artinya peneliti tidak melakukan sendiri, namun berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru kelompok A PAUD MENTARI. Kolaborasi dilakukan dalam perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi, evaluasi, serta analisis hasil penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas melalui aktivitas menggambar.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas  melalui kegiatan kolase yaitu :
  1. Diharapkan agar anak mampu membuat gambar sesuai dengan imajinasi mereka  sehingga tercipta suatu karya seni yang serasi dan indah.
  2. Diharapkan kreativitas menggambar bebas dapat meningkatkan keterampilan anak dan mengembangkan daya imajinasinya agar  anak mampu berfikir kreatif.

B. Setting Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak / PAUD MENTARI yang beralamat di Jl.Kebagusan III No.1 Rt.04/05 Kebagusan Ps. Minggu Jakarta-Selatan

2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan, yakni bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2017 semester I tahun ajaran 2017/2018.

C. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif  dan pendekatan kuantitatif, karena penelitian kualitatif memfokuskan pada narasi  verbal, observasi dan catatan lapangan, dan pendekatan kuantitatif untuk  mendeteksi, mengukur serta mempersentasikan perkembangan kreativitas anak  dari waktu kewaktu dan untuk mengukur pencapaian perkembangan kreativitas  anak.
Metode penelitian merupakan cara dari setiap langkah yang ada sebagai proses  pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru serta untuk mengatasi  permasalahan kreativitas yang belum optimal pada anak kelompok A di PAUD MENTARI dengan menggunakan metode penelitian  Tindakan kelas (PTK).

D. Langkah – Langkah Penelitian
Sesuai  dengan  model  yang  digunakan,  penelitian  tindakan  ini  melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan siklus, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting).
1. Siklus I
a. Perencanaan
            Tahap perencanaan pada siklus satu diawali dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Yang dipersiapkan sebelum kegiatan berlangsung. Pada siklus satu dilaksanakan dua kali pertemuan dalam satu minggu.


b. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan dalam siklussatu dilaksanakan proses belajar mengajar dengan kegiatan keterampilan menggambar. Guru memberikan contoh kepada anak.
c. Observasi
            Tahapan observasi pada siklus satu dilaksanakan dengan menggunakan lembr observasi.
d. Refleksi
            Tahapan refleksi pada siklus satu merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah dilakukan. Kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus selanjutnya. Pada siklus satu anak masih belum menyelesaikan tugas latihan yang dicontohkan guru.

Siklus 2
a. Perencanaan
            Tahapan perencanaan pada siklus dua diawali langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian dan menyiakan sarana pendukung.
 b. Pelaksanaan
            Tahapan pelaksanaan pada siklus dua dilaksanakan proses belajar mengajar dengan aspek kegiatan menggambar. Guru menunjuk peragaan dan mencontohkan menggambar dalam kegiatan menggambar. Dalam pelaksanakan penelitian dibantu satu orang guru dan satu orang kepala sekolah.


c. Observasi
            Tahapan observasi pada siklus dua dilaksanan dengan menggunakan lembar observasi, tanya jawab kepada anak tentang hasil menggambar.
d. Refleksi
            Tahapan refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasaan, penyimpulan. Perhatian anak tercurah pad acara menggambar, anak dapat mengikuti dan bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Siklus 3
a. Perencanaan
            Tahapan perencanaan pada siklus tiga merupakan pendalaman materi yang telah diberikan pada tindakan siklus satu dan dua, pada siklus inni berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus dua, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembeljaraan Harian (RPPH).
b. Pelaksanaan
            Tahapan pelaksanaan pada siklus tiga difokuskan pada aspek ekspresi anak pada kesesuaian kegiatan menggambar. Tindakan siklus tiga merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran pada siklus satu dan dua.
c. Pengamatan
            Tahapan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Untuk mengetahui berhasil tidkanya dalam suatu proses belajar mengajar dilakukan tes praktek. Tes praktek dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan anak dalam hal menguasai cara melakukan menggambar dengan baik.
d. Refleksi
            Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran. Maukan dan teman sejawat ditulis dalam sebuah narasi.



E. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah anak kelompok A PAUD MENTARI tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah 20 anak berusia 4-5 tahun yang terdiri dari 17 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, karena dalam kelas ini kreativitas anak-anak masih rendah. Objek penelitian ini adalah kreativitas anak usia dini melalui aktivitas menggambar.
Sumber data juga diambil dari guru dan kolaborator yang membantu di tempat penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Observasi
Penelitian ini menggunakan teknik observasi. Observasi dilakukan untuk mengukur kreativitas anak yang berkaitan dengan kelancaran dalam memproduksi gambar atau berapa banyak gambar yang dihasilkan oleh anak dan keaslian hasil gambar anak secara individu dibandingkan dengan gambar anak lain. Observasi dilakukan pada saat aktivitas menggambar berlangsung pada anak TK usia 4-5 tahun dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan pada saat kegiatan/aktivitas menggambar tanpa mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru dibantu guru pendamping sebagai kolaborator.


2. Wawancara
Verivikasi dilakukan dengan  wawancara ini digunakan untuk mengukur flexibility atau kelancaran alasan anak dalam menjelaskan gambar yang dibuatnya dan untuk mengukur pengembangan ide/gagasan anak atau elaborasi. Wawancara dilakukan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan berkaitan dengan apa yang digambar atau dilakukan anak pada saat kegiatan menggambar. Wawancara bertujuan untuk mengetahui keluwesan alasan anak dan pengembangan idenya tentang gambar yang dibuatnya.

G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pemaparan data yang diperoleh dilapangan  kedalam bentuk yang lebih mudah untuk difahami, hal ini sejalan dengan  pendapat Nasution dalam Abidin (2011) analisis data adalah proses penyusunan  data agar dapat ditafsirkan.
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data  kualitatif adalah mendeskripsikan hasil pengamatan yang dilakukan saat kegiatan  berlangsung dengan menggunakan penilaian observasi dan catatan lapangan, hal  ini sejalan dengan pendapat Cresswell dalam Abidin (2011:140) yang  menyatakan bahwa:
 “penelitian kualitatif adalah jenis penelitian pedidikan yang digunakan  peneliti untuk menggambarkan secara luas, menjawab pertanyaan pertanyaan  secara umum, mengumpulkan data yang terdiri atas sebanyak-banyaknya kata/teks  dari partisipan, menganalisis temuan tertentu dalam konteks tema pendidikan, serta melakukan penelitian secara subjektif.”
Sedangkan untuk menganalisis perkembangan anak dari hasil observasi yang dilakukan selama penelitian berlangsung digunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pensekoran dari tiap kategori penilaian dalam pedoman observasi, serta mempersentasekan hasil dari perhitungan pengskoran.
Penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan melalui observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 263), analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan perubahan kearah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya. Asumsi yang mendasari penentuan rating scale (skala bertingkat) dalam penelitian ini adalah angka-angka yang diterapkan pada skala dengan jarak yang sama (Suharsimi Arikunto, 2009: 27), sehingga penilaian terdiri dari tiga kategori:
“Tinggi”, “Sedang”, “ Rendah”, sesuai dengan pengelompokan skor. Rentangan skor dibagi tiga sama besar (Suharsimi, Arikunto, 2002: 271).

Tabel 2. Rentang Skor Penilaian Kreativitas Anak
NO
SKOR RATA-RATA
KATEGORI
TOTAL SKOR
1
Skor 1
Rendah
1-4
2
Skor 2
Sedang
5-8
3
Skor 3
Tinggi
9-12

Kategori kreativitas “Tinggi” ” pada penelitian ini jika anak mampu membuat gambar yang berbeda lebih dari 5 macam (kelancaran), Jika anak mampu menjelaskan alasan tentang hasil gambarnya/menceritakan hasil gambarnya dengan lancar (keluwesan), Jika anak mampu menggambar sesuai apa yang dipikirkan dan berbeda dengan teman lain (5% dari yang diteliti sama dianggap masih asli), Jika anak mampu menjelaskan/menceritakan pengembangan ide/gagasannya secara detail meskipun gambarnya hanya berupa garis atau tidak sesuai cerita anak (elaborasi) . Kategori kreativitas “Sedang” pada penelitian ini jika anak dapat membuat 4 macam gambar yang berbeda (kelancaran), Jika anak mau menjelaskan alasan/menceritakan hasil gambarnya namun masih dibimbing guru(keluwesan), Jika anak bisa menggambar, namun masih ada beberapa gambar yang meniru teman (keaslian), Jika anak bisa menggambar, namun masih ada beberapa gambar yang meniru teman (elaborasi).
Kategori kreativitas “Rendah” pada penelitian ini Jika anak baru bisa menggambar 2 macam gambar yang berbeda (kelancaran), Jika anak menjawab pertanyaan guru hanya sesuai apa yang ditebak guru atau hanya menjawab dengan isyarat /anggukan kepala atau menggelengkan kepala (keluwesan), Jika anak menggambar sama persis dengan teman atau minta diberi contoh (keaslian), Jika anak mau menceritakan gambar yang dibuatnya tanpa menunjukkan adanya pengembangan ide dan masih dibimbing guru (elaborasi).

H. Keabsahan Data
            Data merupakan fakta atau bahan – bahan keterangan yang penting dalam penelitian. Penerapan dalam penelitian dalam prakteknya adalah bahwa untuk memenuhi nilai kebenaran .Penelitian yang berkaitan dengan kreatifitas AUD dalam menggambar.
                       
            Data di ambil dari kegiatan siswa selama proses penelitian , dari hasil wawancara dengan teman jejawat , semua data dikumpulkan kemudian peneliti memperpanjang waktu di dalam mencari data dilapangan , mengadakan wawancara tidak hanya satu kali melainkan di lakukan berulang kali , kemudian melakukan secara terus menerus.

I. Keteria Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kreativitas anak melalui aktivitas menggambar ditandai dengan kemampuan anak yang menunjukkan kelancaran/fluency, keluwesan/flexibility. keaslian/originality, dan elaborasi/elaboration. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 75% dari jumlah anak yang diteliti mendapat nilai dengan kriteria kreativitas tinggi yang ditunjukkan dengan pencapaian skor 9-12.

Tabel Instrumen Observasi Peningkatan Kreativitas melalui AktivitasMenggambar.
Variabel
Aspek
Indikator
Item yang diungkap
Metode
Obyek
Kreati
vitas
1.Fluency
Kelancaran
memproduksi
gambar

Berapa banyak
gambar yang
dihasilkan

Observa
si

Gambar Anak
2.Flexi
Bility

Keluwesan
alasan anak
dalam
menceritakan
gambarnya

Alasan anak
terhadap hasil
gambarnya

Wawancara
Alasan/penje
lasan anak
tentang
gambar yang
ia buat

3.Origina
lity

Keaslian gambar
Perbedaan hasil
gambar anak
dengan teman lain

Observa
si

Gambar anak
satu
dibandingkan
dengan
gambar anak
lain


4.Elabora
Tion

Penggalian
ide/gagasan

Penjelasan anak
tentang
pengembangan
gagasan/ide

Wawan
cara

pengembang
an ide dari
gambar yang
dibuat anak














DAFTAR PUSTAKA

Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak (jilid 2 edisi ke enam). Jakarta: Erlangga.
Imam Musbikin. (2007). Mendidik Anak Kreatif. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Mansur. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta: Putaka Pelajar.
Muharam E, Warti Sundaryati. (1992). Pendidikan Kesenian II Seni rupa. Jakarta:
Saiful Haq. (2009). Jurus-jurus Menggambar dan Mewarnai dari Nol. Mitra
Barokah Abadi Press. Yogyakarta.
Shinta Ratnawati. (2001). Mencetak Anak dan Kreatif. Jakarta. PT Kompas
Nusantara.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suratno. (1990). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.:
Departemen Pendidikan Nasional Trish Kuffner. (2006). Berkarya dan Berkreasi. Jakarta: PT Gramedia.
Utami Munandar. (2009). Pengembangan kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. Rineka Cipta.
(1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: PT Gramedia.
Yuliani, N. S. & Bambang S. (2005). Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.