MENINGKATKAN
KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI
AKTIVITAS MENGGAMBAR
PADA PAUD MENTARI
Disusun memenuhi
tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu :
ISWADI, M.Pd
Oleh
ISWATUN
NURIYAH ( 20158400079 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini yang
berjudul “ “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Aktivitas
Menggambar Pada PAUD MENTARI “. Semoga penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi kita semua dalam mencari ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini
penulis menyadari bahwa tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan saran
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan jazakumullahkhoironkatsira
dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Iswadi, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Metodologi Penelitian, dan
2. Rekan-rekan seperjuangan PG PAUD Kelas B
3. Ibu kepala Sekolah dan para Dewan
Guru PAUD MATAHARI yang telah memberi
kemudahan
dan motivasi kepada penulis dalam upaya penyelesaian penelitian ini. dan juga
kepada
4.
Semua pihak yang
telah mendoakan, memotivasi, dan membantu hingga penulisan penelitian ini sselesai.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan penelitian ini tidak luput dari kesalahan. Namun, penulis berharap
keterbatasan ini tidak mengurangi maksud yang ingin penulis sampaikan
dalam penelitian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca, sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Demikian penelitian ini
penulis susun, guna menyelesaikan tugas metodologi penelitian . Semoga
penelitian ini dapat member manfaat terhadap kreativitas anak usia dini di
Indonesia. Semoga Allah selalu meridhoi. Amin
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………..……..i
DAFTARISI…………………………………...……………....................ii
BAB
I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang………………………………….……...................3
- Identifikasi Masalah ……………………………...………............6
- Batasan Masalah …………………………………….....................7
- Rumusan Masalah .………………………………….....................7
- Manfaat Penelitian ………………………………….....................7
BAB
II. KAJIAN PUSTAKA
- Deskripsi Teori............................................................................... 8
1.
Kreativitas............................................................................................... 8
- Pengertian Kreativitas.................................................................... .8
- Karakteristik Kreativitas Anak Usia Dini...................................... .9
- Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini...................................11
- Faktor Penghambat dan Pendukung Kreativitas…………………14
2.
Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini.................................................17
- Pengertian Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini.......................17
- Ciri-ciri Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini...........................19
- Tahapan Aktivitas Anak Usia Dini..................................... ...........20
- Hasil Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini…………………....22
- Berfikir Tindakan ...........................................................................24
- Hipotesis Tindakan.........................................................................26
BAB
III. METODE PENELITIAN
- Tujuan Penelitian……………………......…………………….......27
- Setting Penelitiaan…………. ………………………....................28
- Tempat Penelitian…………………………………………29
- Waktu Penelitian………………………………………….30
- Metode Penelitian………………………………………………...28
- Langkah-langkah Penelitian…….. .............…………………...….28
- Sumber Data……………………………………………………....33
- Teknik Pengumpulan Data ………………………………….........33
- Teknik Analisis Data ……………………………………………..34
1.
Reduksi Data
2.
Deskripsi Data
3.
Verifikasi
- Keabsahan Data
- Kriteria Keberhasilan Penelitian………………….………………..36
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses
pembinaan tumbuh kembang anak dari lahir hingga enam tahun secara menyeluruh
yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi
perkembangan jasmani,
rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikiran, emosional, dan sosial yang tepat agar anak tumbuh
dan berkembang secara optimal. Anak
usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan
dikatakan sebagai lompatan perkembangan.
Usia
dini juga dikatakan sebagai masa kreatif
yang
diyakini bahwa kreativitas yang ditunjukkan anak merupakan bentuk kreativitas yang original
dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali. Usia tersebut juga
merupakan fase kehidupan yang unik dengan
karakteristik
khas, baik secara fisik, psikis, sosial, dan moral. Karakteristik ini ditandai dengan kemampuan
belajar anak yang luar biasa, yakni keinginan anak untuk belajar aktif dan
eksploratif.
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1,
angka 14 menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun. Hal ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Diperjelas lagi dengan adanya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak merupakan
salah satu komponen lembaga pendidikan yang berfungsi membantu
perkembangan potensi, bakat, dan minat yang dimiliki seorang anak. Perkembangan
potensi tersebut dapat diciptakan dengan suasana penuh kasih sayang, aman, dan
menyenangkan bagi anak termasuk ketika anak melakukan aktivitas
menggambar. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Menggambar menjadi
salah satu cara untuk mengembangkan bakat dan minat yang dapat dilukiskan
atau disampaikan oleh anak usia dini dalam bentuk coretan atau goresan. Melalui
menggambar ini anak diberi kesempatan dan
kebebasan
seluas-luasnya untuk menyampaikan gagasan, ide, keinginan maupun cita-citanya kelak melalui
gambar atau coretan mereka.
Utami Munandar menyatakan bahwa
berkaitan dengan kreativitas
melalui produksi menggambar berdasarkan TCT-DP (Test for Creative Thinking-Drawing Production)
menunjukkan bahwa anak Indonesia mencapai
skor
kreativitas paling rendah dibanding negara lain, diantaranya: Filipina, India, dan Afrika Selatan. Keadaan
tersebut disebabkan karena kurangnya pengembangan
kreativitas sejak usia dini. Oleh karena itu, kreativitas perlu diperhatikan dan dikembangkan
sejak usia dini.
Pada
kenyataannya berdasarkan beberapa nara sumber baik dari pengawas maupun para guru Taman
Kanak-kanak yang tergabung dalam organisasi IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak
Indonesia) menunjukkan bahwa pada umumnya kreativitas tidak lagi dianggap
penting. Tuntutan
orang tua serta syarat dalam memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) menjadi dalih untuk anak
pandai membaca dan berhitung tanpa melihat kemampuan anak yang seharusnya.
Guru hanya menekankan metode pembelajaran
yang mengasah kecerdasan otak kiri saja yaitu membaca dan berhitung. Hal ini senada
dengan yang disampaikan oleh salah satu guru dari TK yang ada di tempat penelitian
menyatakan takut kehilangan kepercayaan masyarakat jika tidak meluluskan anak
yang dapat membaca dan menulis, serta salah seorang wali murid TK
tersebut senang memasukkan anaknya karena ada les membaca dan menulis.
Saat
peneliti melakukan observasi pada anak-anak kelompok A PAUD MENTARI, kreativitas anak-anak
masih rendah bila dibandingkan dengan
yang
seharusnya. Anak kelompok A adalah usia 4-5 tahun yang pada umumnya senang bertanya, senang
mencoba hal-hal baru. Namun pada kelas tersebut anakanak kurang berani bertanya dan
takut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Di samping itu anak juga
takut setiap diajak untuk bermain yang baru. Setiap membuat mainan atau
mengerjakan sesuatu, anak selalu menunggu contoh dari guru. Mereka mau
mencontoh tetapi tidak mau membuat sendiri yang berbeda. Bila ditanya mengapa
tidak mau membuat sendiri, mereka menjawab tidak bisa. Peneliti melihat anak-anak
tersebut sebenarnya bisa dan kreatif.
Namun,
hanya perlu diberi kesempatan dan ditingkatkan. Apalagi saat peneliti melakukan observasi pada
kegiatan menggambar bersama guru lukis, anak-anak terlihat tidak senang dan
enggan untuk melakukan aktivitas menggambar. Hal ini disebabkan karena anak tidak
mendapat kebebasan dalam menggambar dan harus menggambar dengan cara meniru
contoh dari guru lukis. Akibatnya mereka
kurang
mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitas khususnya melalui coretan dalam bentuk
gambar dan sebagian besar anak mengeluh
kesulitan saat harus meniru persis
contoh gambar dari guru lukis. Memberi contoh dalam melukis memang perlu, namun
pada saat anak melakukan aktivitas menggambar di kelompok A pada PAUD MENTARI
belum ada motivasi dari guru lukis kepada anak untuk mengungkapkan ide maupun
gagasannya sendiri dalam bentuk gambar. Kebebasan dalam menggambar juga belum
diterapkan, karena
anak selalu mengikuti goresan maupun bentuk yang dicontohkan oleh guru lukis. Selain itu, anak masih
selalu dibimbing dalam memilih warna, dengan cara anak secara bersama-sama
disuruh memegang dan mengambil pastel sesuai dengan petunjuk guru, lalu
mewarnai sesuai perintah dan contoh guru. Apabila anak menggambar atau mewarnai
tidak sesuai/berbeda dengan contoh akan
mendapat
teguran dari guru. Anak menjadi takut salah dan takut mencoba ketika guru meminta anak untuk
mengerjakan sesuatu yang baru pada kegiatan selain menggambar.
Berdasarkan paparan di atas peneliti memilih
aktivitas menggambar karena seperti yang dikatakan oleh Hajar Pamadhi (2008)
bahwa aktivitas menggambar merupakan kegiatan naluriah atau alami bagi anak,
karena hampir setiap hari anak melakukan ini untuk bercerita dengan orang lain.
Aktivitas menggambar
adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental
maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Mencorat-coret adalah langkah menuju
kegiatan menulis seperti juga mengoceh
untuk menuju bicara. Kegiatan atau aktivitas menggambar bagi anak adalah media
berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asyik, dan
menyenangkan anak dan hasil dari kegiatan tersebut disebut gambar.
Berdasarkan uraian diatas, aktivitas menggambar
diharapkan dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dan menjadi tempat bagi anak untuk menuangkan ide/gagasan serta
dapat meningkatkan kreativitas anak. Maka penulis melakukan penelitian tentang
“Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Aktivitas Menggambar pada Anak
Kelompok A PAUD MENTARI”.
B.
Identifikasi masalah
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat
beberapa permasalahan diantaranya
adalah
- Anak belum mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitas melalui aktivitas menggambar karena harus meniru contoh guru lukis.
- Anak selalu enggan melakukan aktivitas menggambar karena masih merasa kesulitan meniru contoh dari guru lukis.
- Anak kurang termotivasi untuk menuangkan ide/gagasannya melalui coretan atau gambar karena terbiasa meniru contoh.
- Rendahnya kreativitas anak karena terbiasa meniru contoh guru lukis.
C.
Batasan masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah
yang
akan diangkat oleh peneliti dibatasi pada rendahnya kreativitas pada anak kelompok A di PAUD MENTARI.
D.
Rumusan masalah
Berdasarkan
batasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana meningkatkan
kreativitas Anak Usia Dini melalui
aktivitas menggambar pada
Anak kelompok A di PAUD MENTARI?
E. Manfaat penelitian
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1.
Manfaat teoritis
Memberikan
khasanah baru bagi pendidikan anak usia dini.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi siswa
1)
Mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan
2)
Meningkatkan kreativitas anak baik verbal maupun non verbal.
b.
Bagi guru
1)
Meningkatkan pengetahuan dalam memperbaiki proses pembelajaran.
2) Mendapatkan kepekaan dalam
menemukan permasalahan pembelajaran serta
dapat menentukan tindakan dan memecahkan masalah tersebut.
3)
Menambah wawasan bagi guru PAUD.
c.
Bagi kepala sekolah
Menjadi
masukan yang positif bagi kepala sekolah, guna pembinaan bagi guru-guru lain untuk
bersama-sama ikut serta meningkatkan kreativitas anak usia dini.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Deskripsi Teori
1.
Kreativitas
a.
Pengertian kreativitas
Kreativitas mengandung beberapa definisi.
Lawrence menyatakan kreativitas
merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat
dimengerti, sehingga hasil pikiran anak yang baru merupakan bentuk kreativitas
dari individu anak. Yuliani Nurani Sujiono meyakini bahwa kreativitas yang ditunjukkan
anak merupakan bentuk kreativitas
yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali.
Secara khusus, kreativitas berkarya senirupa
diartikan sebagai kemampuan menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan
memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang
divisualkan ke dalam komposisi suatu karya senirupa dengan didukung kemampuan
terampil yang dimilikinya (Dirjen Dikti, 2005: 11). Biasanya orang mengartikan
kreativitas sebagai daya cipta yaitu sebagai
kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Kreativitas sesungguhnya tidak perlu
hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari
hal-hal yang sudah ada sebelumnya yaitu berdasarkan informasi, data atau pengalaman
yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya (Utami Munandar, 1999: 47).
Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki makin besar kemungkinan seseorang
memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan
tersebut
untuk bersibuk diri secara kreatif.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide serta mempunyai maksud dan
tujuan yang ditentukan. Kreativitas dalam bidang seni diartikan sebagai
berkarya yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan karya seni sebagai hasil
kreativitasnya. Kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan
empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
b.
Karakteristik kreativitas anak
Memahami keberadaan anak dalam pengembangan
kreativitas perlu diperhatikan.
Kreativitas dalam penelitian ini dikembangkan melalui aktivitas menggambar. Karakteristik
kreativitas anak yang dilakukan melalui aktivitas menggambar merupakan ungkapan
kreatif senirupa anak-anak. Untuk memahami kreativitas anak perlu
diperhatikan karakteristik tindakan anak secara umum yang menunjukkan kreativitas. ( Paul
Torrance dari Universitas Georgia (Suratno, 2005: 11) menyebutkan karakteristik
tindakan anak yang menunjukkan kreativitas )
adalah
sebagai berikut; 1) Belajar kreatif, 2) Rentang perhatian panjang, 3) Mampu
mengorganisasikan yang menakjubkan, 4) Dapat kembali kepada sesuatu yang sudah
dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda, 5) Belajar banyak melalui fantasi
dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya, 6) Menikmati
permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alami. Peningkatan
kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang
dapat dilakukan oleh anak. Tugas guru, orang tua, dan orang-orang yang dekat
dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu
muncul sebagai kekuatan yang sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak.
( Ciri-ciri Kreativitas Anak
menurut pendapat Utami Munandar )
(2009: 71) meliputi:
1)
Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
2)
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3)
Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4)
Bebas dalam menyatakan pendapat
5)
Mempunyai rasa keindahan yang dalam
6)
Menonjol dalam salah satu bidang seni
7)
Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang
8)
Mempunyai rasa humor yang luas
9)
Mempunyai daya imajinasi
10)
Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Ciri-ciri kreativitas anak dapat diketahui
melalui pengamatan terhadap perilaku
anak yang berbeda dengan anak pada umumnya. Perbedaan perilaku anak tersebut
biasanya membuat orangtua cemas dan bagi orangtua yang belum memahami tentang
ciri-ciri anak kreatif biasanya menganggap sebagai anak nakal. Bakat dalam
bentuk kreativitas akan tumbuh dan berkembang jika didukung dengan fasilitas dan
kesempatan yang memungkinkan. Orang tua dan guru harus menyadari keragaman
bakat dan kreativitas anak. Cara mendidik dan mengasuh anak harus
disesuaikan dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak, sehingga tidak ada
penekanan atau paksaan dalam mendidik anak. Penerapan pendekatan 4 P
(Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk) dalam mengembangkan kreativitas
menurut Utami Munandar (2009: 89) dapat
mempengaruhi
perilaku anak dalam menampilkan ciri-ciri pribadi kreatif.
Keempat
segi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;
1)
Segi pribadi, kreativitas
adalah hasil keunikan pribadi dalam berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan penggambaran
adanya berbagai ciri khusus dalam tiap individu. Cirinya antara lain berupa
rasa ingin tahu, mempunyai minat yang luas, berani mengambil resiko, mempunyai
prakarsa, kepercayaan diri, tekun, dan ulet dalam mengerjakan tugas yang
diminati dan diyakini.
2)
Segi pendorong, merupakan suatu
kondisi yang memotivasi seseorang pada perilaku kreatif. Pendorong kreativitas ini dapat berupa
hasrat yang kuat pada diri individu dan dapat pula berupa penghargaan dari orang
lain (orangtua, guru), serta tersedianya sarana dan prasarana penunjang sikap
kreatif.
3) Segi proses, kreativitas adalah hasil dari tahapan pengalaman seseorang
dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kreativitas ditinjau dari segi
proses yaitu sebagai suatu kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi
baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada dalam pikiran.
4)
Segi produk, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau menghasilkan produk-produk
baru atau kombinasi dari hal sebelumnya yang sudah ada. Produk tersebut
dapat berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, maupun teknologi baru yang
memungkinkan manusia dapat meningkatkan
kualitas
hidupnya.
Karakteristik kreativitas anak dalam penelitian
ini adalah kreativitas yang menunjukkan
kelancaran anak dalam memproduksi gambar. Kreativitas anak yang menunjukkan keluwesan anak
dalam menceritakan hasil gambarnya. Kreativitas anak yang menunjukkan keaslian
gambar anak, dan kreativitas anak yang dilihat dari elaborasi atau penjelasan
anak mengenai pengembangan ide anak dari hasil gambar yang telah dibuatnya.
c.
Pengembangan Kreativitas Anak
Pengembangan kreativitas senirupa anak TK
adalah suatu daya atau kemampuan
untuk mencipta (Depdiknas, 2005: 38). Menurut Utami Munandar (1999: 45-46) kreativitas penting untuk dipupuk
dan dikembangkan melalui pendidikan
sejak usia dini dengan alasan karena orang dapat mewujudkan dirinya. Seorang ahli, Maslow (Utami
Munandar, 1999: 46), menyebutkan bahwa
kreativitas
merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Selain
itu, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah. Alasan yang berikutnya kreativitas
dapat memberikan kepuasan terhadap individu serta dengan kreativitas
memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Pengembangan kreativitas bagi anak dianggap
begitu penting, maka pada tanggal
11 Maret 1984 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) telah membuka pusat-pusat Pengembangan
Kreativitas Anak. Di sana terdapat beberapa anjungan (rumah-rumah tradisional)
sehingga menjadi wadah bagi anak-anak untuk bersibuk diri secara kreatif.
Tempat ini dapat terwujud atas kerjasama antara Yayasan Pengembangan
Kreativitas, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta, dan Taman Mini Indonesia Indah
(Utami Munandar, 1999).
Kegiatan yang dapat dilakukan
pada anjungan tersebut ialah kegiatan melukis, elektronika, daur ulang, dan olah kata. Maksud kegiatan
melukis pada Yayasan Pengembangan Kreativitas adalah seperti yang biasa
dilakukan pada sekolah maupun sanggar-sanggar seni rupa. Maksud “daur ulang” pada
yayasan di TMII ialah membuat bermacammacam obyek dengan barang-barang bekas
yang sudah tidak dipakai (seperti: kotak, botol, karton, plastik, dan sebagainya).
Semuanya dibuat dengan menggabungkan
bermacam-macam warna, bentuk, ukuran yang berbeda dibuat sesuai dengan keinginan dan
kemampuan anak atau mengikuti daya imajinasi anak. “Olah kata” yang
dimaksud di sana sesuai dengan tujuan Pusat- pusat Pengembangan Kreativitas Anak,
yakni merangsang, memupuk, dan meningkatkan
bakat kreatif anak (Utami Munandar, 1999). Pengembangan kreativitas
sangatlah penting dalam sistem pendidikan, maka para wakil rakyat
berupaya melalui Ketetapan MPR-RI No. 11/MPR/ 1983 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara sebagai berikut: “Sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang yang memerlukan
jenis-jenis keahlian dan ketrampilan serta dapat sekaligus meningkatkan
produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja”.
Berkaitan dengan sistem pendidikan di atas,
pendidikan di Taman Kanak kanak memberikan pelayanan dalam
membantu anak mempersiapkan kemampuannya
untuk
menghadapi kehidupan selanjutnya. Pengembangan kreativitas anak usia dini menjadi salah satu
kemampuan yang perlu dikembangkan secara optimal. Bagi anak usia dini, bermain adalah awal dari timbulnya
kreativitas. Apapun kegiatannya hendaknya dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan, sehingga dalam pengembangan kreativitas tidak ada paksaan. Aktivitas
menggambar memberi kebebasan kepada anak untuk mengungkapkan ide dan
gagasannya.“Apa salah anak memberi warna oranye pada gunung dan memberi warna
merah pada langit?”, selama ini anak dipaksa untuk mengikuti kemauan orangtua
atau guru. Dalam menggambar gunung pun tidak jarang terjadi stereotip untuk
mendidik anak, yaitu dua gunung saling berdempet, lalu matahari merekah dari sela-sela
gunung, di depan gunung ada sawah, menyusul jalan yang melingkar-lingkar. Oleh
karena itu, guru atau orangtua
hendaknya memberi kebebasan dan kesempatan kepada anak untuk menggambar atau memberi warna
pada gambar sesuai imajinasi anak. Memberi kebebasan berarti memberi
kesempatan kepada anak untuk menuangkan seluruh kemampuan dan pengetahuan yang
telah dimiliki. Pengembangan
kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu daya atau kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki anak pada kelompok A PAUD
MENTARI untuk menunjukkan keberanian, dalam membuat
gambar atau coretan, berani
mengeluarkan ide atau gagasan dari hasil gambar yang telah dibuatnya. Pengembangan kreativitas dalam
penelitian ini diupayakan melalui pemberian kebebasan kepada anak dalam
menggambar dan pemilihan media maupun alat yang digunakan untuk
menggambar
.
d.
Faktor Penghambat dan Pendukung Kreativitas
1).
Faktor Penghambat
Imam
Musbikin (2007) menyatakan ada delapan penghambat kreativitas anak diantaranya sebagai
berikut:
a) Tidak ada dorongan bereksplorasi, yakni tidak adanya rangsangan dan
kurangnya pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu anak dapat
menghambat kreativitas anak. Jawaban dari pertanyaan anak dengan jawaban irasional
seperti “sudah dari sananya“ membuat anak tidak bereksplorasi. Keadaan akan
berbeda jika orang tua atau guru memberi alternatif jawaban : “Wah, ibu juga belum
tahu. Yuk kita cari jawabannya dibuku ”. Karena salah satu kondisi yang dapat
meningkatkan kreativitas adalah adanya dorongan dari orang tua atau guru untuk
kreatif.
b)
Jadwal yang terlalu ketat, karena penjadwalan kegiatan yang terlalu padat
membuat anak kehilangan salah satu unsur
dalam pengembangan kreativitas karena anak tidak dapat mengeskplorasi dengan kemampuannya. Anak harus disediakan waktu bermain-main dengan
gagasan dan konsep-konsep serta mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
Peran orangtua adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi
sesuai kemampuannya melalui bermain bukan membuat jadwal yang padat bagi anak.
c)
Terlalu menekankan kebersamaan keluarga.
Adakalanya
anak membutuhkan waktu untuk menyendiri, karena dengan kesendiriannya anak belajar mengembangkan imajinasinya
sebagai bekal untuk menumbuhkan
kreativitasnya.Mandiri untuk anak sangat diperlukan. Memberi kepercayaan akan menjadikan
anak percaya diri. Mandiri
dan percaya diri adalah dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.
d)
Tidak boleh berkhayal, karena dengan berkhayal anak belajar mengembangkan kreativitas melalui
imajinasinya. Orang tua hanya perlu mengarahkan dan memfasilitasi anak untuk
mengembangkan imajinasi mereka. Anak membutuhkan waktu dan kesempatan
menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya.
e)
Orang tua konservatif, yaitu orang tua yang biasanya tidak berani menyimpang
dari pola sosial lama. Orang tua
model ini biasanya cepat khawatir dengan proses kreativitas anak yang berada diluar garis kebiasaanya.
Kondisi orang tua yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah yang selalu
mendorong dan membimbing anak untuk menggunakan lingkungan rumah maupun sekolah
sebagai sarana eksperimentasi dan eksplorasi. Bukan
orang tua yang merasa takut jika anak-anaknya menghancurkan barang-barang yang
ada di dalam rumahnya. Karena itu, tidak sesuai dengan kebiasaannya. Padahal
dari situ anak mencoba belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan dari situ
pulalah kreativitas anak dapat dimunculkan.
f) Over protektif, karena perlindungan
yang berlebihan pada anak akan
menghilangkan kesempatan mereka bereksplorasi dengan cara baru atau berbeda. Kreativitas anak akan
terhalang oleh aturan dan ketakutan orang tua yang sebetulnya belum tentu benar
dan bahkan dapat mematikan kreasi anak untuk bereskplorasi.
g)
Disiplin otoriter, karena disiplin otoriter mengarah pada anak tidak boleh menyimpang dari
perilaku yang digariskan orang tua. Akibatnya, kreativitas anak menjadi
terhalang oleh aturan-aturan yang belum tentu benar. Mendidik anak secara demokratis dan permisif
di rumah dan di sekolah dapat meningkatkan kreativitas. Mendidik otoriter
berarti memadamkannya.
h) Penyediaan alat permainan yang terstuktur.
Alat permainan yang terlalu terstuktur menghilangkan kesempatan anak melakukan
bermain secara kreatif, karena anaktidak bisa mengembangkan imajinasinya.
Alat permainan yang memberi kesempatan
bereksplorasi
akan lebih baik digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak. Oleh karena itu, orang tua
atau guru harus dapat memilih alat permainan yang tepat.
Beberapa penghambat tersebut di atas hendaknya
diperhatikan oleh guru maupun
orang tua agar tidak mematikan kreativitas anak. Harapannya dengan memahami faktor penghambat
kreativitas tersebut para guru TK dapat
meminimalisir
kesalahan dalam memberikan pelayanan pada anak didik.
2).
Faktor Pendukung
Hurlock
(1978) menyatakan bahwa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah:
a)
Waktu, anak kreatif membutuhkan waktu untuk
menuangkan
ide/gagasan atau konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau original. Anak-anak TK
jika sudah mencoba sesuatu mereka tidak mau atau sulit untuk pindah pada
kegiatan yang lain.
b)
Kesempatan menyendiri, anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk
mengembangkan imajinasinya. Adakalanya anak tidak mau membaur dengan
teman-temannya karena sedang melakukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
c)
Dorongan, terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang
dewasa, mereka memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif, bebas dari
ejekan. Anak kreatif biasanya
dianggap tidak sama dengan teman lain dan mungkin berbuat sesuatu yang aneh menurut orang dewasa
dan membuat orangtua khawatir.
d)
Sarana,
untuk
merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi perlu disediakan sarana bermain.
Kondisi
yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak antara
lain
dengan menyediakan waktu, memberi kesempatan anak untuk menyendiri, pemberian dorongan atau
motivasi serta penyediaan sarana. Sarana yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah melalui aktivitas menggambar sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan
orangtua atau guru dalam membantu kreativitas anak usia dini. Pendapat lain
menyatakan bahwa kondisi yang dapat mendukung
dan
meningkatkan kreativitas anak, yaitu:
1) sarana
belajar dan bermain disediakan
untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi,
2) lingkungan
sekolah yang teratur, bersih, dan indah secara lansung akan mendorong kreativitas,
3) Kemenarikan
guru dalam mendidik dan memberikan motivasi,
4) peran
masyarakat dan orangtua untuk mendukung kegiatan TK yaitu dengan menyediakan media/bahan
praktek senirupa bagi putra-putrinya
5) Para guru TK dapat mempersiapkan segala sesuatu agar tidak
melakukan kesalahan dalam mendidik serta memberi kesempatan dan kebebasan
kepada anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
2.
Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
a.
Pengertian Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Menggambar
adalah proses membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda tajam seperti
pensil atau pena pada bidang datar misalnya permukaan papan tulis, kertas,
atau dinding . Menurut Hajar Pamadhi aktivitas menggambar merupakan kegiatan
naluriah atau
alami bagi anak, karena hampir setiap hari anak melakukan ini untuk bercerita dengan orang lain.
Aktivitas menggambar adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan
warna. Dikatakan pula bahwa menggambar adalah proses
mengungkapkan ide, angan-angan, perasaan,
pengalaman
dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu.
Aktivitas
menggambar adalah suatu kegiatan seni lukis yang merupakan bahasa visual dan
merupakan salah satu media komunikasi.
Artinya
bahwa anak dapat berkomunikasi melalui gambar yang ia buat sendiri.
Pembelajaran di TK aktivitas menggambar yang
digunakan antara lain: jenis menggambar
bebas, menggambar imajinatif, dan mewarnai gambar. Kegiatan atau aktivitas
menggambar bagi anak adalah media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat
menciptakan suasana aktif, asyik, dan menyenangkan anak dan hasil dari kegiatan
tersebut disebut gambar. Melalui aktivitas menggambar anak dapat mencurahkan
segala isi hatinya dalam bentuk gambar, sehingga apa yang ia inginkan, apa yang
ia senangi, bahkan apa yang tidak disenangi dapat disalurkan dalam bentuk
gambar. Menurut Cyinthia Cathin (Trish Kuffner, 2006: 9) mengatakan bahwa mencoret-coret adalah langkah
menuju kegiatan menulis seperti juga mengoceh untuk menuju bicara. Dikatakan
pula bahwa anak prasekolah meneruskan
eksperimen
dengan sebab akibat serta menggunakan ketrampilan motorik halus dan koordinasi tangan dan mata
yang sudah berkembang untuk menghasilkan
gambar
yang sudah dikenali. Jika
dilihat dari kacamata orang dewasa atau ditinjau dari pendekatan makna seni, menggambar
dibedakan dengan melukis. Saiful Haq menjelaskan bahwa gambar dipandang sebagai
suatu penguraian penjelasan yang dinyatakan
dalam goresan-goresan. Sedangkan melukis diartikan sebagai ungkapan pikiran dan perasaan
melalui unsur yang lebih kompleks termasuk warna, tekstur, volume dengan
kaidah-kaidah tertentu. Dikatakan pula bahwa menggambar dan mewarnai dari
nol merupakan istilah baru didunia lukis atau gambar pada anak. Istilah ini
memiliki dua makna, yakni menggambar dan
mewarnai
yang dimulai dari ketidaktahuan tentang kegiatan tersebut. Makna yang kedua dapat diartikan bahwa
kegiatan menggambar dan mewarnai diawali dengan bentuk bulat/lingkaran atau
nol. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas menggambar
anak usia dini merupakan ungkapan hati untuk menyatakan keinginan,
perasaan, pikiran dalam bentuk goresan atau gambar. Aktivitas menggambar dalam
penelitian ini adalah suatu kegiatan menggambar
yang dilakukan melalui menggambar di atas tanah dengan lidi dan ranting yang dilakukan di luar
kelas (di kebun sekolah), menggambar di atas kertas manila, dan menggambar
dengan jari tangan di atas kertas HVS.
b.
Ciri-ciri Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Memahami keberadaan anak dalam pendidikan seni
termasuk aktivitas menggambar
perlu kita pahami masa perkembangan, kebutuhan perkembangan jasmani/rohani anak. Ciri-ciri
aktivitas menggambar anak ditampilkan dalam bentuk: karya bebas, unik,
kreatif, goresan spontanitas, dan ekspresif. Hal ini sejalan dengan tipologi (gaya
gambar), periodisasi (masa) perkembangan
menggambar
dan kesan ruang gambar yang dibuatnya. Dalam bahasa seni rupa ciri-ciri aktivitas menggambar anak usia dini dikenal
dengan karakteristik ungkapan kreatif seni rupa anak yaitu tipologi gambar anak
yang terdiri dari:
1) Tipe
Visual yaitu anak yang mempunyai ketajaman menghayati sesuatu melalui indera
penglihatannya, sehingga karya gambar cenderung didasarkan pada kesamaan bentuk
yang dilihat atau dihayatinya. Jika anak melihat sesuatu dari arah belakang maka ia akan
menggambar sesuai apa yang ia lihat.
2)
Tipe Haptic (non visual),
yaitu anak yang mempunyai kepekaan atau ketajaman perasaan atau mata hatinya,
sehingga gambar yang dibuat kadang tidak berbentuk sesuai apa yang mereka katakan
dan cenderung didasarkan atas ekspresi atau reaksi emosionalnya bukan
berdasarkan hasil penglihatan indera matanya .
Sedangkan
menurut Herbert Read dilihat dari gaya
karya gambar anak dapat dibedakan antara lain:
(1) organic, cirinya menggambarkan kesan obyek
nyata secara dinamis,
(2) lyrical/liris yaitu menampilkan obyek-obyek secara
realistis, terkesan statis dengan pewarnaan tidak menyolok,
(3)
impresionistik, yaitu menampilkan kesan suasana tertentu,
(4) rytmical pattern, yaitu
menampilkan kesan pola ritmis,
(5) structural
form, yaitu bercirikan
kesan bentuk yang bersusun dan berulang-ulang,
(6)
dekoratif, yaitu menampilkan
motif/pola hiasan,
(7) ekspresionistik,
menampilkan kesan ungkapan
individual secara bebas dan spontan. Memahami
keberadaan tipologi karya anak-anak hendaknya dapat dijadikan pertimbangan dan
pengalaman bagi guru untuk memberikan bimbingan dalam kegiatan atau aktivitas
menggambar di Taman Kanak-kanak, sehingga tidak ada lagi paksaan atau tekanan
pada anak dalam menggambar, namun sebaliknya anak akan merasa senang dan bebas
menuangkan ide dan anganangannya sehingga memberi peluang lebih besar untuk
mengembangkan kreativitas melalui aktivitas menggambar.
Menurut Saiful Haq (2009: 6) ciri-ciri umum
aktivitas menggambar anak TK berupa perspektif-atas, yaitu gambar yang dibuat
anak biasanya menggambarkan beberapa macam situasi atau keadaan dalam bentuk
bertingkat dari atas sampai bawah. Kedua, bertumpu pada garis datar, yakni
gambar yang bertumpu
pada garis datar untuk dibuat gambar tertentu. Ketiga, pembesaran bentuk tertentu, maksudnya
bahwa anak biasanya menggambar dirinya sendiri lebih besar dibanding benda
lain (misal: rumah, mobil) yang ia gambar. Keempat, Perspektif rebahan, gambar ini
bercirikan anak menggambar dalam bentuk
mendatar
atau rebahan. Kelima, tembus pandang, yaitu gambar anak yang menggambarkan sesuatu yang
seharusnya tidak tampak tetapi digambar oleh anak secara transparan atau tembus
pandang. Misalnya anak menggambar ayam dan telurnya kelihatan diperut
ayam. Keenam, Stereo type, yaitu gambar tentang dua gunung dan matahari bersinar
yang sudah jaman dulu digambar orangtua.
Ketujuh,
Syair-gambar, yakni gambar anak yang bercirikan suatu gambar yang diberi tulisan-tulisan sesuai
apa yang mereka ingin tuliskan. Tulisan di situ bukan merupakan syair yang runtut
sesuai gambar.
c.
Tahapan Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Berkaitan
dengan tahapan aktivitas menggambar anak yang dalam bahasa seni rupa disebut tipologi dan
gaya karya senirupa anak-anak. Menurut Victor Lowenfeld , tahapan atau periodesasi
aktivitas menggambar anak-anak
adalah :
(1)
masa goresan sekitar usia 2-4 tahun,
(2)
masa prabagan usia 4-7
tahun,
(3)
masa bagan umur 7-9,
(4)
masa permulaan realism umur 9-11
tahun,
(5)
masa realism semu umur 11-13 tahun.
Oleh karena itu, anak usia dini berada pada masa goresan dan
masa prabagan. Keterangan
mengenai tahapan anak yang berada pada masa goresan adalah ketika pertama kali anak-anak
mencoba menggoreskan alat tulis pada kertas bertujuan untuk meniru
perbuatan orang yang lebih tua dari mereka. Goresan ini belum membentuk suatu ungkapan
obyek, tetapi lebih merupakan ekspresi
spontan
yang berfungsi melatih koordinasi antara motorik halus, otot tangan dan lengan dengan gerak mata.
Bentuk goresan biasanya berupa garis-garis mendatar, tegak, dan melingkar-lingkar
dan belum bervariasi. Aktivitas menggambar seperti ini dilakukan oleh anak dalam
waktu yang tidak terlalu lama, dan kadang-kadang dilakukan sambil makan,
menyanyi atau aktivitas yang lain. Apabila pada saat aktivitas menggambar
berlangsung lalu anak ditanya tentang gambar yang ia buat, maka ia akan memberikan nama
sesuai dengan apa yang ia pikirkan saat itu. Lebel gambar ini sewaktu-waktu
dapat berubah sesuai dengan imajinasinya. Masa
prabagan sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa goresan yang selanjutnya
berkembang menjadi wujud ungkapan yang dapat dikaitkan dengan bentuk atau obyek
tertentu. Misalnya anak menggambar bagan manusia, ini wajar karena setiap hari
anak melihat manusia. Anak sudah dapat mewujudkan obyek gambarnya secara tetap
dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, dan sebagainya.
Tahapan perkembangan aktivitas menggambar anak dapat dilihat dari perkembangan
gambar/goresan anak, dalam buku Saiful Haq (2009) ada lima tahapan yaitu Scrible
Stage, yaitu masa corengan pada usia 2-4 tahun diawali dengan memberi judul
pada gambar namun anak tidak yakin dengan judul yang dibuatnya.Tahap berikutnya
Pre- Schematic Stage, yaitu masa pra-bagan pada usia 4-7 tahun yang
diawali dengan anak suka menggambar simbol figur. Tahap selanjutnya Schematic
Stage, yaitu masa bagan pada usia 7-9 tahun yang diawali dengan anak
menggambar bentuk yang lengkap dengan cerita dan sudah mulai ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan. Sejalan
dengan itu berkaitan dengan tipologi dan gaya karya senirupa anak-anak, secara
umum anak juga mengalami masa atau tahapan dalam menggambar. Pada masa peka
itulah anakanak mengalami
masa keemasan ekspresi kreatif . Masa
keemasan
ekspresi kreatif yaitu masa sebelum anak dapat menerima pengaruh norma cipta yang berlaku pada
orang dewasa. Orangtua atau guru dapat
memanfaatkan
masa keemasan tersebut untuk membantu anak dalam mendapatkan kesempatan
berekspresi secara kreatif.
Tahapan atau periodesasi aktivitas menggambar
dalam penelitian ini
adalah
masa prabagan usia 4-7 tahun. Masa ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa goresan
yang selanjutnya berkembang menjadi wujud
ungkapan
yang dapat dikaitkan dengan bentuk atau obyek tertentu.
d.
Hasil Aktivitas Menggambar Anak Usia Dini
Untuk mengetahui hasil aktivitas menggambar
anak khususnya pada
umur
3-4 tahun dan 4-5 tahun atau pada masa prabagan sangat erat kaitannya dengan
tipologi atau gaya karya gambar anak-anak. Secara umum anak mengalami
periodisasi atau masa-masa perkembangan menggambar.
Bahkan
pada masa peka itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain
Kerchensteiner, Cyril Burt, Victor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami
masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Victor Lowenfeld anak usia 4-7 tahun
berada pada masa
pra bagan. Hasil aktivitas menggambar pada masa ini merupakan pengalaman anak dalam menarik
goresan-goresan garis mendatar, tegak, dan melingkar yang selanjutnya
berkembang menjadi wujud ungkapan yang dapat dikaitkan dengan bentuk atau
obyek tertentu. Misalnya bentuk manusia yang sederhana. Kehadiran gambar
manusia yang lebih sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana
anak selalu berada dilingkungan yang secara visual dapat melihat manusia. Hasil
aktivitas menggambar anak usia tersebut di atas secara tetap dengan ciri-ciri
tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, dan sebagainya. Goresan-goresan
yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk berimajinasi .
Saiful Haq (2009: 9) secara rinci
menunjukkan hasil aktivitas menggambar
anak
dua belas tahap. Hasil gambar
tahap satu gambar anak berupa coretan awal/coretan acak/coretan yang digabungkan seolah-olah
krayon/pastel/pensil yang digunakan tidak pernah lepas dari kertas. Hasil gambar
tahap kedua menghasilkan coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis atau
titik-titik) yang diulang-ulang, biasanya bentuk lonjong, dan tanda-tanda yang ada belum
berhubungan dengan apa yang digambar anak. Hasil gambar tahap tiga adalah
sudah adanya penambahan pada bentuk-bentuk lonjong dan sering ditambahkan
garis/titik-titik. Biasanya garis-garis menyebar dari bentuk lonjong dan
titik-titik di dalam bentuk lonjong. Hasil gambar tahap keempat adalah mulai muncul
kepala besar, titik-titik dan garis-garis di dalam lonjong menyerupai wajah, dan
masih mengambang di atas kertas. Hasil gambar tahap kelima adalah adanya
kepala besar dan gambar kaki, namun masih
mengambang
di atas kertas. Hasil gambar tahap enam adalah sudah adanya gambar kepala besar dengan
kaki dan bagian-bagian tubuh yang lain khususnya tangan. Gambar masih
mengambang seperti atas kertas. Muncul awal tulisan yaitu huruf mengambang seperti
garis-garis. Hasil gambar tahap ketujuh sudah muncul kepala besar dengan bentuk
batang sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya dan mengambang di atas
kertas. Hasil gambar tahap kedelapan adalah kepala besar dengan bentuk
batang tertutup sebagai badan, bentuk batang terisi sebagai badan atau bentuk
batang segi tiga sebagai badan dan anggota tubuh lainnya, gambar masih
mengambang diatas kertas. Hasil gambar tahap kesembilan adalah gambar rumah
sederhana yang menyerupai wajah, obyek-obyek sederhana lainnya (kupu-kupu atau
bunga-bunga). Gambar masih mengambang di atas kertas. Hasil gambar tahap
kesepuluh adalah bagian paling bawah kertas digunakan sebagai garis dasar
gambar obyek yang bisa dikenali ditempatkan disitu. Obyek ditempatkan
secara tepat dilangit, samping rumah dan seterusnya. Jika anak meletakan obyek
dilangit masih tetap berada ditahap ini (misalnya anak menggambar pesawat terbang
dengan awan dan langit biru). Hasil gambar tahap kesebelas adalah sebuah garis
dasar menopang rumah atau obyek-obyek lain. Hasil gambar tahap keduabelas
adalah garis dasar mulai muncul sebagai garis batas langit, anak mulai sadar
akan ruang dan meletakan obyek dengan tepat. Hasil aktivitas menggambar
dalam penelitian ini adalah gambar atau
coretan
bebas yang diarahkan dalam tema yang sedang dibahas (tema binatang dan tema tanaman dalam
penelitian ini). Hasil aktivitas menggambar di sini berupa gambar di atas tanah,
gambar di atas kertas manila, dan gambar di atas kertas HVS. Hasil tidak hanya
dilihat dari gambar yang dihasilkan, tetapi dilihat dari berapa jumlah gambar yang
dihasilkan dan berbeda dengan teman lain serta pengembangan ide anak melalui
cerita/penjelasan anak mengenai hasil gambarnya meskipun gambar tidak sama
dengan apa yang diceritakan anak.
B.
Kerangka Pikir
Kreativitas
penting untuk dipupuk dan ditingkatkan melalui pendidikan sejak usia dini dengan alasan
karena orang dapat mewujudkan dirinya. Kreativitas
merupakan
manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Selain
itu, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah. Alasan yang berikutnya kreativitas
dapat memberikan kepuasan terhadap individu serta dengan kreativitas
memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan hasil observasi
kreativitas anak kelompok A PAUD MENTARI
masih rendah, karena anak belum berani menuangkan idenya sendiri dalam setiap kegiatan
yang dilakukan. Contoh lain pada saat kegiatan motorik halus dengan
plastisin, anak-anak tidak berani membuat sesuatu yang berbeda dengan contoh ketika
membuat mainan dari plastisin, namun mereka sudah bisa meniru contoh dari
guru. Termasuk pada saat aktivitas menggambar anak juga masih takut
berekspresi melalui coretan atau gambar.
Dari
hasil observasi tersebut peneliti memilih aktivitas menggambar dalam upaya meningkatkan
kreativitas anak. Kreativitas dalam penelitian ditandai dengan adanya kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
Kegiatan yang direncanakan dalam proses
pembelajaran
diharapkan dapat menarik, menyenangkan, dan memotivasi munculnya kreativitas anak
didik. Melalui aktivitas menggambar yang disertai dengan motivasi dan
tersedianya lingkungan kondusif dapat membantu anak untuk berkreasi. Sebagai
contoh kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan di luar ruangan, misalnya di kebun
sekolah apabila guru akan menjelaskan tentang tanaman. Anak diajak melakukan
aktivitas menggambar di kebun sekolah
tersebut,
agar anak dapat melihat tanaman secara langsung dan tidak merasa bosan di kelas. Jika anak dapat
menggambar berbagai tanaman serta ada gambar selain tanaman yang masih ada
kaitannya dengan tanaman misalnya: ulat, kerikil, tanah, pot, dan lain-lain. Hal ini
menunjukkan kelancaran/fluency anak dalam mengungkapkan ide. Dari segi
keluwesan/flexibility dapat dilihat ketika masingmasing anak menggambar pohon yang
sama namun hasilnya berbeda-beda karena
anak
menggambar sesuai apa yang dilihat dan sesuai imajinasi mereka. Dari segi
keaslian/originality
dapat dilihat dari hasil gambar anak apakah muncul sesuatu yang asli kreasi anak dan
berbeda dengan anak lain atau kemurnian gambar anak diketahui melalui cerita anak
tentang hasil gambarnya bukan meniru gambar teman lain. Dari segi
elaborasi/elaboration dapat dilihat melalui gambar anak tentang hal-hal yang
menunjukkan sejauh mana anak dapat memerinci atau memperkaya ide-idenya, dapat
ditunjukkan melalui hasil gambar yang detail sebagai hasil aktivitas
menggambar anak atau melalui cerita anak yang detail meskipun hasil gambarnya hanya
berupa goresan sederhana. Dari
uraian di atas diharapkan melalui kegiatan aktivitas menggambar dapat meningkatkan motivasi,
ketertarikan, dan peran aktif anak dalam belajar sehingga kreativitas anak juga
turut meningkat.
C.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan pada penelitian ini adalah aktivitas menggambar yang dilakukan adalah menggambar bebas dengan krayon, dan
menggambar dengan jari tangan di atas kertas HVS dapat meningkatkan kreativitas
anak pada kelompok A PAUD MENTARI”
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (Teacher’s Guide to Classroom Research).
D. Hopkins dalam bukunya
yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research , menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk
kajian yang bersifat reflektif pleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta
memperbaiki praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan. Penelitian ini juga dilakukan secara kolaboratif
dan partisipatif, artinya peneliti tidak melakukan sendiri, namun berkolaborasi
atau bekerjasama dengan guru kelompok A PAUD MENTARI. Kolaborasi dilakukan
dalam perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi,
evaluasi, serta analisis hasil penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kreativitas melalui aktivitas menggambar.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas
melalui kegiatan kolase yaitu :
- Diharapkan agar anak mampu membuat gambar sesuai dengan imajinasi mereka sehingga tercipta suatu karya seni yang serasi dan indah.
- Diharapkan kreativitas menggambar bebas dapat meningkatkan keterampilan anak dan mengembangkan daya imajinasinya agar anak mampu berfikir kreatif.
B. Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak / PAUD MENTARI yang
beralamat di Jl.Kebagusan III No.1 Rt.04/05
Kebagusan Ps. Minggu Jakarta-Selatan
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan, yakni bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2017
semester I tahun ajaran 2017/2018.
C. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif, karena penelitian kualitatif memfokuskan pada narasi verbal, observasi dan catatan lapangan, dan pendekatan
kuantitatif untuk mendeteksi, mengukur
serta mempersentasikan perkembangan kreativitas anak dari waktu kewaktu dan untuk mengukur
pencapaian perkembangan kreativitas anak.
Metode penelitian merupakan cara
dari setiap langkah yang ada sebagai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru
serta untuk mengatasi permasalahan
kreativitas yang belum optimal pada anak kelompok A di PAUD MENTARI dengan menggunakan
metode penelitian Tindakan kelas (PTK).
D. Langkah – Langkah Penelitian
Sesuai dengan model yang digunakan,
penelitian tindakan ini melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan siklus, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap
pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting).
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
Tahap
perencanaan pada siklus satu diawali dengan melakukan langkah-langkah
pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Yang
dipersiapkan sebelum kegiatan berlangsung. Pada siklus satu dilaksanakan dua
kali pertemuan dalam satu minggu.
b.
Pelaksanaan
Tahapan
pelaksanaan dalam siklussatu dilaksanakan proses belajar mengajar dengan
kegiatan keterampilan menggambar. Guru memberikan contoh kepada anak.
c. Observasi
Tahapan observasi pada
siklus satu dilaksanakan dengan menggunakan lembr observasi.
d. Refleksi
Tahapan refleksi pada siklus
satu merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah dilakukan. Kegiatan
mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut
dalam perencanaan siklus selanjutnya. Pada siklus satu anak masih belum
menyelesaikan tugas latihan yang dicontohkan guru.
Siklus 2
a. Perencanaan
Tahapan perencanaan pada
siklus dua diawali langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian dan menyiakan sarana pendukung.
b. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan pada
siklus dua dilaksanakan proses belajar mengajar dengan aspek kegiatan
menggambar. Guru menunjuk peragaan dan mencontohkan menggambar dalam kegiatan
menggambar. Dalam pelaksanakan penelitian dibantu satu orang guru dan satu
orang kepala sekolah.
c. Observasi
Tahapan observasi pada siklus dua dilaksanan dengan
menggunakan lembar observasi, tanya jawab kepada anak tentang hasil menggambar.
d. Refleksi
Tahapan refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan
mengevaluasi, analisis, penjelasaan, penyimpulan. Perhatian anak tercurah pad
acara menggambar, anak dapat mengikuti dan bisa menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
Siklus 3
a. Perencanaan
Tahapan perencanaan pada
siklus tiga merupakan pendalaman materi yang telah diberikan pada tindakan
siklus satu dan dua, pada siklus inni berisi tentang penggambaran masalah yang
terjadi pada siklus dua, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembeljaraan Harian (RPPH).
b. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan pada siklus tiga difokuskan pada
aspek ekspresi anak pada kesesuaian kegiatan menggambar. Tindakan siklus tiga
merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran pada siklus satu dan dua.
c. Pengamatan
Tahapan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Untuk mengetahui berhasil tidkanya dalam suatu proses belajar
mengajar dilakukan tes praktek. Tes praktek dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan anak dalam hal menguasai cara melakukan menggambar dengan
baik.
d. Refleksi
Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran. Maukan dan teman
sejawat ditulis dalam sebuah narasi.
E. Sumber Data
Sumber
data penelitian ini adalah anak kelompok A PAUD MENTARI tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah 20 anak berusia
4-5 tahun yang terdiri dari 17 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, karena dalam kelas
ini kreativitas anak-anak masih rendah. Objek penelitian ini adalah kreativitas
anak usia dini
melalui aktivitas
menggambar.
Sumber data juga diambil dari guru
dan kolaborator yang membantu di tempat penelitian
F.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah upaya yang
dilakukan untuk memperoleh
data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Observasi
Penelitian ini menggunakan teknik observasi. Observasi
dilakukan untuk mengukur
kreativitas anak yang berkaitan dengan kelancaran dalam memproduksi gambar atau berapa banyak
gambar yang dihasilkan oleh anak dan keaslian hasil gambar anak secara individu
dibandingkan dengan gambar anak lain. Observasi dilakukan pada saat aktivitas
menggambar berlangsung pada anak TK usia 4-5 tahun dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan pada saat kegiatan/aktivitas menggambar tanpa
mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan
oleh guru dibantu guru pendamping sebagai kolaborator.
2.
Wawancara
Verivikasi dilakukan dengan wawancara ini digunakan untuk mengukur flexibility
atau kelancaran
alasan anak dalam menjelaskan gambar yang dibuatnya dan untuk mengukur pengembangan ide/gagasan
anak atau elaborasi. Wawancara dilakukan
oleh
guru dengan cara mengajukan pertanyaan berkaitan dengan apa yang digambar atau dilakukan anak
pada saat kegiatan menggambar. Wawancara
bertujuan
untuk mengetahui keluwesan alasan anak dan pengembangan idenya tentang gambar yang dibuatnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses
pemaparan data yang diperoleh dilapangan kedalam bentuk yang lebih mudah untuk
difahami, hal ini sejalan dengan pendapat
Nasution dalam Abidin (2011) analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif adalah
mendeskripsikan hasil pengamatan yang dilakukan saat kegiatan berlangsung dengan menggunakan penilaian
observasi dan catatan lapangan, hal ini
sejalan dengan pendapat Cresswell dalam Abidin (2011:140) yang menyatakan bahwa:
“penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian pedidikan yang digunakan peneliti untuk menggambarkan secara luas,
menjawab pertanyaan pertanyaan secara
umum, mengumpulkan data yang terdiri atas sebanyak-banyaknya kata/teks dari partisipan, menganalisis temuan tertentu
dalam konteks tema pendidikan, serta melakukan penelitian secara subjektif.”
Sedangkan untuk menganalisis
perkembangan anak dari hasil observasi yang dilakukan selama penelitian
berlangsung digunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pensekoran dari
tiap kategori penilaian dalam pedoman observasi, serta mempersentasekan hasil
dari perhitungan pengskoran.
Penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis
sejak tindakan pembelajaran dilakukan
dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu data yang
dikumpulkan melalui observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 263), analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan perubahan kearah yang lebih baik
jika dibandingkan keadaan sebelumnya. Asumsi yang mendasari penentuan rating
scale (skala bertingkat) dalam penelitian
ini adalah angka-angka yang diterapkan pada skala dengan jarak yang sama (Suharsimi Arikunto,
2009: 27), sehingga penilaian terdiri dari tiga kategori:
“Tinggi”,
“Sedang”, “ Rendah”, sesuai dengan pengelompokan skor. Rentangan skor dibagi tiga sama besar
(Suharsimi, Arikunto, 2002: 271).
Tabel
2. Rentang Skor Penilaian Kreativitas Anak
NO
|
SKOR RATA-RATA
|
KATEGORI
|
TOTAL SKOR
|
1
|
Skor 1
|
Rendah
|
1-4
|
2
|
Skor 2
|
Sedang
|
5-8
|
3
|
Skor 3
|
Tinggi
|
9-12
|
Kategori
kreativitas “Tinggi” ” pada penelitian ini jika anak mampu membuat gambar yang
berbeda lebih dari 5 macam (kelancaran), Jika anak mampu menjelaskan alasan
tentang hasil gambarnya/menceritakan hasil gambarnya dengan lancar (keluwesan),
Jika anak mampu menggambar sesuai apa yang dipikirkan dan berbeda dengan teman
lain (5% dari yang diteliti sama dianggap masih asli), Jika anak mampu
menjelaskan/menceritakan pengembangan ide/gagasannya secara detail meskipun
gambarnya hanya berupa garis atau tidak sesuai cerita anak (elaborasi) . Kategori
kreativitas “Sedang” pada penelitian ini jika anak dapat membuat 4 macam gambar
yang berbeda (kelancaran), Jika anak mau menjelaskan alasan/menceritakan hasil
gambarnya namun masih dibimbing guru(keluwesan), Jika anak bisa menggambar,
namun masih ada beberapa gambar yang meniru teman (keaslian), Jika anak bisa
menggambar, namun masih ada beberapa gambar yang meniru teman (elaborasi).
Kategori kreativitas “Rendah” pada penelitian
ini Jika anak baru bisa menggambar 2 macam gambar yang berbeda (kelancaran),
Jika anak menjawab pertanyaan guru hanya sesuai apa yang ditebak guru atau
hanya menjawab dengan isyarat /anggukan kepala atau menggelengkan kepala
(keluwesan), Jika anak menggambar sama persis dengan teman atau minta diberi
contoh (keaslian), Jika anak mau menceritakan gambar yang dibuatnya tanpa
menunjukkan adanya pengembangan ide dan masih dibimbing guru (elaborasi).
H. Keabsahan Data
Data
merupakan fakta atau bahan – bahan keterangan yang penting dalam penelitian.
Penerapan dalam penelitian dalam prakteknya adalah bahwa untuk memenuhi nilai
kebenaran .Penelitian yang berkaitan dengan kreatifitas AUD dalam menggambar.
Data
di ambil dari kegiatan siswa selama proses penelitian , dari hasil wawancara
dengan teman jejawat , semua data dikumpulkan kemudian peneliti memperpanjang
waktu di dalam mencari data dilapangan , mengadakan wawancara tidak hanya satu
kali melainkan di lakukan berulang kali , kemudian melakukan secara terus
menerus.
I. Keteria Keberhasilan Penelitian
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kreativitas anak melalui
aktivitas menggambar ditandai dengan kemampuan anak yang menunjukkan kelancaran/fluency,
keluwesan/flexibility. keaslian/originality, dan elaborasi/elaboration.
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 75% dari jumlah anak
yang diteliti mendapat nilai dengan kriteria kreativitas tinggi yang
ditunjukkan dengan pencapaian skor 9-12.
Tabel Instrumen Observasi Peningkatan
Kreativitas melalui AktivitasMenggambar.
Variabel
|
Aspek
|
Indikator
|
Item yang diungkap
|
Metode
|
Obyek
|
Kreati
vitas
|
1.Fluency
|
Kelancaran
memproduksi
gambar
|
Berapa
banyak
gambar
yang
dihasilkan
|
Observa
si
|
Gambar Anak
|
2.Flexi
Bility
|
Keluwesan
alasan
anak
dalam
menceritakan
gambarnya
|
Alasan
anak
terhadap
hasil
gambarnya
|
Wawancara
|
Alasan/penje
lasan
anak
tentang
gambar
yang
ia
buat
|
|
3.Origina
lity
|
Keaslian
gambar
|
Perbedaan
hasil
gambar
anak
dengan
teman lain
|
Observa
si
|
Gambar
anak
satu
dibandingkan
dengan
gambar
anak
lain
|
|
|
4.Elabora
Tion
|
Penggalian
ide/gagasan
|
Penjelasan
anak
tentang
pengembangan
gagasan/ide
|
Wawan
cara
|
pengembang
an
ide dari
gambar
yang
dibuat
anak
|
DAFTAR
PUSTAKA
Hajar
Pamadhi dan Evan Sukardi. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock,
Elizabeth B. (1978).
Perkembangan Anak (jilid 2 edisi ke enam). Jakarta: Erlangga.
Imam
Musbikin. (2007). Mendidik Anak Kreatif. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Mansur.
(2007). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta: Putaka Pelajar.
Muharam
E, Warti Sundaryati. (1992). Pendidikan Kesenian II Seni rupa. Jakarta:
Saiful
Haq. (2009). Jurus-jurus Menggambar dan Mewarnai dari Nol. Mitra
Barokah
Abadi Press. Yogyakarta.
Shinta
Ratnawati. (2001). Mencetak Anak dan Kreatif. Jakarta. PT Kompas
Nusantara.
Sugiyono.
(2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
(2009).
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi
Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suratno.
(1990). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.:
Departemen
Pendidikan Nasional Trish
Kuffner. (2006). Berkarya dan Berkreasi. Jakarta: PT Gramedia.
Utami
Munandar. (2009). Pengembangan kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. Rineka Cipta.
(1992).
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta:
PT Gramedia.
Yuliani,
N. S. & Bambang S. (2005). Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra
Pendidikan Indonesia.