PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN
PERAN ORANG TUA DALAM PROSES PENGEMBANGAN LITERASI DINI
PADA ANAK USIA DINI DI PAUD KASIH IBU
Disusun
guna memenuhi tugas matakuliah :
METODOLOGI PENELITIAN
Dosen
Pengampu : Iswadi, M.Pd
Di
Susun Oleh
Nama : Rahma
Yuli Yanti
NPM : 20158400100
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2017
Kata
Pengantar
Alhamdulillah
segala puji hanya untuk Allah atas segala hidayah, inayah dan kenikmatan-Nya
sehingga kami masih diberi kesempatan untuk melakukan penelitian mengenai peran
orang tua dalam proses mengembangkan literasi dini pada anak usia dini di Paud
Kasih Ibu.
Kami
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penelitian ini. Tidak lupa pula kami mengucapkan ribuan
terima kasih kepada dosen pengampu kami, Bapak Iswadi, M.Pd yang telah
mengajarkan kami tentang pembuatan proposal penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan proposal pnelitian ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan penulisan ini.
Demikianlah
proposal penelitian ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah metodologi
penelitian. Semoga proposal ini dapat
bermanfaaat bagi semua pihak dan penulis pada khususnya.
Jakarta,
Nopember 2017
Penulis
Daftar
Isi
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Bab
I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus
Penelitian
C. Rumusan
Masalah
D. Kegunaan
Penelitian
Bab II :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual Fokus
B. Hasil
Penelitian Yang Relevan
Bab III :
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan
Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Latar Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Data dan Sumber Data
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Pemeriksaan Keabsahan Data (Triangulasi)
H. Teknik Analisis Data
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Froebel (dalam
Martini Jamaris 2006: 2) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah
pembinaan secara sadar yang dilakukan orang dewasa kepada anak usia 0-8 tahun
sebagai dasar atau fondasi terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini
diberikan sejak anak dilahirkan. Dengan demikian keluargalah yang sangat berperan
dalam pendidikan anak usia dini. Hal ini juga dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini yang menyatakan bahwa
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan
anak yang optimal membutuhkan peran orang tua dan orang dewasa serta akses
layanan PAUD yang bermutu.
Pendidikan
anak usia dini bertujuan untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan lebih
lanjut, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan di Sekolah Dasar. Di Sekolah
Dasar, anak diharap sudah mampu membaca dan menulis karena pembelajaran yang
diberikan sudah menggunakan kata-kata yang cukup panjang. Dengan demikian
persiapan kemampuan membaca dan menulis sudah sangat diperhatikan oleh para pelaku
pendidikan anak usia dini sebelum anak masuk ke bangku sekolah dasar agar anak
tidak kesulitan mengikuti pembelajaran.
Peneliti
berpendapat bahwa kemampuan bahasa yang harus dicapai anak di usia Dini untuk
memasuki bangku Sekolah Dasar bukanlah kemampuan membaca tulisan dan menulis
huruf atau angka tetapi kesiapan mereka untuk membaca dan menulis. Kesiapan ini
sangat dibutuhkan oleh anak-anak sebelum memasuki jenjang Sekolah Dasar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kuder dan Hasit (dalam Anisa Rohmati Farihatin,
2013: 1) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk
dimiliki setiap orang dan merupakan kemampuan awal untuk proses belajar anak
selanjutnya serta memiliki peranan penting dalam kehidupan seorang anak
terutama untuk kesuksesan akademisnya adalah kemampuan literasi.
Menurut NICHD (National Institutes of
Children and Human Development) literasi dini adalah kemampuan membaca dan
menulis sebelum anak benar-benar mampu membaca dan menulis. Literasi dini
sebenarnya bukan diartikan mengajarkan membaca, tapi membangun fondasi untuk
membaca agar dikemudian hari apabila anak sudah waktunya belajar membaca mereka
lebih siap. Literasi dini memberikan alternatif baru guna membantu anak-anak
belajar berbicara, membaca, dan menulis namun tidak mengarahkan serta menyuruh
mereka membaca dan menulis, sebab hal ini tidak sesuai dengan tahapan
perkembangan usia mereka. Instruksi formal yang dilakukan oleh orang tua dan
guru untuk meminta anak-anak membaca diusia yang tidak siap dalam perkembangannya,
ini sangat kontra produktif artinya akan berpotensi mengganggu anak-anak dalam
proses membaca, dan lebih buruk mengakibatkan gagal dalam proses membaca
dikemudian hari. Literasi dini menekankan segala sesuatu yang dilakukan anak
berlangsung secara alamiah, seperti halnya menikmati buku tanpa dipaksa oleh
orang tua dan guru, namun sayangnya buku sebagai media yang lazim digunakan
untuk mengukur tingkat minat baca dan bagian dari program Literasi dini,
dikenalkan kepada anak-anak dengan cara yang tidak menarik. Buku buku yang
dikenalkan pada anak-anak adalah buku yang tebal, tidak bergambar dan hurufnya
kecil. Ketika anak mulai membaca komik atau cerita bergambar, orang tua dan
guru melarang keras dan memberikan ancaman pada anak bahwa ketika membaca komik
atau cerita bergambar, anak-anak akan menjadi bodoh dan malas belajar.
Hasil
penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa perkembangan literasi awal dilakukan
di lingkungan keluarga. LeFerve dan Senechal (1999: 3) menyatakan bahwa
lingkungan rumah adalah sumber kemungkinan pengalaman yang dapat meningkatkan
perkembangan bahasa lisan dan keterampilan keaksaraan awal. Anisa Rohmati
Farihatin (2013: 2) menyatakan bahwa kegiatan membaca bersama memainkan peranan
penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga
dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Penelitian lain menyimpulkan bahwa
membaca bersama orang tua dapat menyumbang perkembangan tata bahasa, kohesi,
dan kompleksitas bahasa anak (Monique dkk, 2008: 39-40). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa orang tua memegang peranan penting dalam perkembangan
literasi dini anak
Peran orang tua yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan kemampuan literasi dini anak antara lain dengan kegiatan membaca
buku cerita bersama-sama, sering mengajak anak bercakap-cakap, sering bercerita
kepada anak, bernyanyi bersama anak, dan
masih banyak lagi. Anak yang belajar membaca sejak dini biasanya adalah mereka
yang orang tuanya sering membacakan mereka ketika mereka masih kecil (Papalia
dalam Anisa Rohmati Farihatin, 2013: 9)
kemampuan
literasi dini anak di Paud Kasih Ibu sangat berbeda satu sama lain, ada
beberapa anak yang sudah peka terhadap huruf dan ada beberapa anak yang belum
peka terhadap huruf. Dalam hal bercerita
dan memahami cerita, tidak semua anak
mampu melakukannya dengan baik. Anak-anak di Paud Kasih Ibu pun belum semuanya mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru
terkait cerita yang sudah dibacakan atau diceritakan. Di Paud Kasih Ibu, orang
tuanya dalam hal ini ibunya ada yang bekerja sebagai karyawan kantor, ada yang
berdagang dan ada juga yang bekerja sebagai pramuniaga serta ada juga yang
menjadi ibu rumah tangga saja. Berdasar
hal tersebut maka peneliti bermaksud mengetahui tentang seberapa besar PERAN
ORANG TUA DALAM PROSES MENGEMBANGKAN LITERASI DINI anak kelompok b di PAUD
KASIH IBU.
A. Fokus Penelitian
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis memfokuskan penelitian pada
a. Peran
orang tua dalam proses pengembangan literasi dini di Paud Kash Ibu
b. Kepekaan
anak dalam menulis dan mengenal huruf
c. Kemampuan
anak untuk memahami cerita dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
cerita yang dibacakan gurunya.
B. Rumusan
Masalah
Menurut
uraian latar belakang dan fokus penelitian maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana
peran orang tua dalam proses pengembangan literasi dini di Paud Kasih Ibu ?
b. Sejauh
mana kepekaan anak anak Paud Kasih dalam menulis dan mengenal huruf ?
c. Bagaimana
Kemampuan anak-anak di Paud Kasih Ibu dalam memahami cerita dan menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan cerita yang dibacakan guru?
C. Kegunaan Penelitian
1. Secara
Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Paud khususnya
tentang peran orang tua dalam proses mengembangkan literasi dini pada Anak Usia
Dini.
2. Secara
Praktis
a. Bagi
orang tua semoga dapat lebih berperan dalam mengembangkan literasi dini
b. Bagi
guru, semoga dapat menjadi bahan acuan dalam mengembangkan literasi dini dalam
mendidik anak-anak di Paud Kasih ibu
c. Bagi
sekolah semoga dapat dijadikan acuan dalam memberikan pembelajaran membaca dan
menulis
d. Bagi
pembaca, penelitian ini semoga berguna dalam mendidik anak usia dini dalam
pengenalan membaca dan menulis
e. Bagi
peneliti, sebagai bentuk pengalaman sekaligus menambah wawasan dalam mendidik
Anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis
BAB II
Tinjauan
Pustaka
A. Deskripsi
Konseptual Fokus dan Sub Fokus
Penelitian
PENGENALAN LITERASI
ANAK USIA DINI
A. Konsep Literasi
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya Literacy berasal dari bahasa Latinlittera (huruf) yang
pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi
yang menyertainya. Kendatipun demikian, literasi utamanya berhubungan dengan
bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan. Lebih lanjut Literasi merupakan kemampuan yang terkait dengan kemampuan membaca,
menulis, menyimak dan berbicara. Sependapat yang disampaikan oleh Laurie &
Whitehead (2004) mengemukakan bahwa literasi anak merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan, membaca, menulis, menyimak dan berbica
Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis, atau
melek aksara (Resmini, 2013). Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti
yang sangat luas. Literasi dapat berarti melek teknologi, politik, berpikiran
kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Widayati (2011) mendefinisikan
literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi
tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga mendatangkan
manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru dapat dikatakan literat jika
ia sudah dapat memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu
berdasarkan pemahaman bacaannya.
Menurut hemat Justice dan Kaderavek (2002)
mengatakan bahwa periode literasi anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam
tahun. Pada periode tersebut anak-anak memperoleh pengetahuan tentang membaca
dan menulis tidak melalui pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana
dengan mengamati dan berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan
literasi. Pengajaran formal tidak selalu diperlukan untuk mengembangkan
literasi emergen. Dengan mengamati orang yang melakukan aktivitas literasi dan
berpartisipasi dengan aktivitas tersebut maka anak akan memperoleh kemampuan
yang merupakan prasyarat penting untuk mengembangkan membaca konvensional.
Berkenaan dengan ini Kern (2000)
mendefinisikan istilah literasi secara komprehensif sebagai berikut:
Literacy is the use of socially-, and historically-,
and culturally-situated practices of creating and interpreting meaning through
texts. It entails at least a tacit awareness of the relationships between
textual conventions and their context of use and, ideally, the ability to
reflect critically on those relationships. Because it is purpose-sensitive,
literacy is dynamic - not static - and variable across and within discourse
communities and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on
knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres, and on
cultural knowledge.
Menurut Nutbrown & Claugh (2015) mengemukakan bahwa pengenalan literasi
bagi anak anak mulai dikembangakan terlebih di Inggris sejak tahun 1980-an
karena para guru dan peneliti melihat jika pentingnya mengenalkan atau
membelajarkan literasi membaca dan menulis bagi anak usia dini. Senada yang
disampaikan oleh Chomsky (Subyantoro, 2012) pemerolehan literasi anak pada
dasarnya ia akan menginternalisasikan sistem kaidah yang berhubungan
dengan bunyi dan makna secara khusus dan anak memperoleh kemampuan lietrasi
dengan cara yang sangat menakjubkan.
Lebih lanjut Montessori dan Maturationis (Moriison, 2013) mengemukakan
bahwa, penguasaan bahasa adalah pembawaan lahir pada semua anak tanpa memandang
budaya dan agamnya. Artinya bahwa sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun anak
usia dini sudah mempunyai kemampuan dalam literasi, meskipun tidak belajar
secara khusus tetapi anak belajar bahasa memlalui interaksi dengan lingkungan
dimana anak tinggal.
Anak memiliki Pengalaman literasi sebelum mereka pergi ke sekolah dan apa
yang mereka ketahui tentang keaksaraan sangat penting bagi perkembangan mereka.
Anak belajar aksaraan pertama kali didapat dari rumah mereka masing-masing
melalui interaksi dengan orang tua dan dengan cara yang menyenangkan tanpa
adanya intimidasi (Makin L, & Whitehead M, 2004). Gambaran
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang kondusif menstimulasi kemampuan
literasi anak mengenai kemampuan mambaca dan menulis Nutbrown &
Claugh (2015). Kemampuan literasi awal anak adalah suatu proses kemampuan yang
dimulai pada saat lahir dan terus berkembang selama masa hidup. Anak-anak
mempelajari literasi dengan cara yang sangat menakjubkan. Menurut Montessori
(Morrison, 2013) mengemukakan bahwa, penguasaan bahasa adalah pembawaan lahir
pada semua anak tanpa memandang budaya dan agamnya.
Dari uraian dan
pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa literasi anak usia dini adalah
kemampuan yang dimiliki oleh anak terkait dengan kemampuan membaca dan menulis.
Pengenalan literasi anak usia dini adalah suatu proses aktivitas yang
memperkenalkan kemampuan membaca, menulis pada anak usia dini; tanpa adanya
unsur intimidasi bagi anak untuk mengetahui secara sempurna seperti orang
dewasa tetapi membelajarkan lietrasi tersebut sesuai dengan usia atau fase-fase
perkembangannya. Pengenalan literasi awal pada anak usia dini dilakukan dengan
cara yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa jenuh, untuk membelajarkan
sesuatu hal yang bermakna bagi eksistensinya.
B. Prinsip Pembelajaran
Literasi Pada AUD
Menurut Kern (2000) Terdapat tujuh prinsip
pendidikan literasi diantarannya yaitu: Pertama;
Literasi melibatkan interpretasi; Penulis/pembicara dan pembaca/pendengar
berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni: penulis/pembicara
menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan
lain-lain), dan pembaca/pendengar kemudian mengiterpretasikan interpretasi
penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.
Kedua; Literasi melibatkan
kolaborasi; Terdapat kerjasama antara dua pihak yakni penulis/pembicara dan
pembaca/pendengar. Kerjasama yang dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu
pemahaman bersama. Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus
ditulis/dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman
mereka terhadap pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan
motivasi, pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis
bermakna.
Ketiga; Literasi melibatkan konvensi;
Orang-orang membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh
konvensi/kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui
penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan individual. Konvensi disini
mencakup aturan-aturan bahasa baik lisan maupun tertulis.
Keempat; Literasi melibatkan pengetahuan
kultural; Membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam
sistem- sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu.
Sehingga orang- orang yang berada di luar suatu sistem budaya itu
rentan/beresiko salah/keliru dipahami oleh orang-orang yang berada dalam sistem
budaya tersebut.
Kelima; Literasi melibatkan pemecahan masalah;
Karena kata-kata selalu melekat pada konteks linguistik dan situasi yang
melingkupinya, maka tindak menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu
melibatkan upaya membayangkan hubungan-hubungan di antara kata-kata, frase- frase,
kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya
membayangkan, memikirkan, mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan
masalah.
Keenam; Literasi melibatkan refleksi dan
refleksi diri; Pembaca/pendengar dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan
hubungan- hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka
berada dalam situasi komunikasi mereka memikirkan apa yang telah mereka
katakan, bagaimana mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut.
Ketujuh; Literasi melibatkan penggunaan bahasa;
Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melainkan
mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam
konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah wacana/diskursus
C. Kemampuan membaca dan
menulis anak usia dini
1. Kekmampuan
membaca anak usia dini
Membaca merupakan salah
satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup yang ada di dunia
ini, karena pada dasarnya hanya manusia dapat membaca. Secara
sederhana Abidin (2013) menjelaskan membaca merupakan sebagai proses
membunyikan lambang tertulis. Dalam pengertian tersebut ia mengemukakan bahwa
membaca sering disebut sebagai membaca nyaring atau membaca permulaan. Membaca
juga dapat dikatakan sebagai proses untuk mendapatkan informasi yang terkandung
dalam suatu teks bacaan untuk memperoleh pemahaman atas bacaan tersebut.
Hal serupa yang
disampaikan oleh Harjasujana & Mulyati (1988) menjelaskan bahwa membaca
merupakan terjemahan lambang, grafik, ke dalam bahasa lisan. Mambaca pula dapat
dikatakan sebagai memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih
dahulu melaksanankan pengematan terhadap huruf sebagai representasi
bunyi, ujaran ataupun tanda bunyi lainnya. Riset lebih lanjut mengatakan bahwa anak yang terbiasa membaca, atau
dibacakan buku sejak kecil, cenderung memiliki kemampuan matematika lebih baik
(Depdiknas RI, 2004). Hubungan membaca dan kemampuan akademik ini tidak ada
kaitannya dengan kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua.
Menurut hemat
(Subiyantoro, 2012) mengemukakan bahwa membaca merupakan fungsi yang paling
penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar
disarankan untuk membaca. Anak-anak mulai dapat membaca satu kata
ketika ia berusia 1 tahun, membaca kalaimat ketika berusia 2 tahun, dan sebuah
buku selama 3 tahun ke atas dan mereka sudah mulai menyukai buku. Menurut
Nutrbrown & Clough (2015) mengemukakan bahwa anak-anak membaca dan memahami
kalimat sederhana. Mereka menggunakan pengetahuan fonik untuk menguraikan
kata-kata biasa dan membacanya secara keras-keras dengan tepat. Mereka juga
bisa membaca kata namun kerap tidak beraturan. Anak-anak menunjukan tingkat
kemahaman saat mereka berbicara dengan orang lain mengenai apa yang mereka
baca.
Menurut Suyadi (2010)
mengemukakan bahwa anak-anak mengembangkan kemampuan membaca dengan cara yang
sangat menakjubkan. Pada anak usia dua sampai 5 tahun setiap anak memiliki
perkembangan yang cukup rawan. Tiga tahun pertama dalam kehidupan anak
merupakan sebagai periode yang paling sensitive yang akan berpengaruh di
kehidupan anak dimasa yang akan datang. Lebih lanjut Subyantoro (2012)
mengemukakan bahwa mengenalan dan membelajarkan membaca bagi anak usia dini
dapat dilakukan dengan melalui aktivitas bermain. Lebih lanjut ia mengemukakan
bahwa untuk menstimulai perkembangan membaca anak orang tua dapat membuat kartu
huruf dan dapat dilanjutkan dengan suku kata dan kata. Belajar membaca pada
anak usia dini akan membawa dampak positif bagi perkembangan mereka. Pengenalan
kartu huruf, kartu kata sejak usia dini menjadikan otak mereka lebih terasah,
karena pada usia mereka orat lebih mudah untuk menyerapkan sesuatu.
Lebih lanjut hasil
riset menegaskan bahwa membaca nyaring memiliki pengaruh positif lain, seperti
mempererat hubungan kasih- sayang orang tua dan anak, mengenalkan anak pada
bahasa lisan dan tulis, meningkatkan kemampuan berbahasa anak, membuat anak
menikmati dunia belajar sebagai hiburan, dan sekaligus memperluas wawasan dan
pengetahuan mereka (Depdiknas RI, 2004). Didukung oleh pendapat Subyantoro
(2012) mengemukakan bahwa tujuan membelajarkan bahasa kepada anak adalah
membaca untuk belajar atau dengan perkataan lain membaca untuk kesenangan.
Glenn (Jasmansyah,
2008) berpendapat bahwa kemampuan membaca sudah dapat diajarkan pada balita,
dan bahkan akan jauh lebih efektif daripada sudah memasuki usia 6
tahun. Anak-anak dapat membaca sebuah akata ketika mereka berusia satu tahun,
sebuah kalimat ketika berusia dua tahun dan merekapun sangat menyukianya.
Penelitian
Longitudinal yang dilakukan oleh Well (Nutbrown & Clough,
2015) menyampaikan bahwa sarana yang terbaik untuk memprediksikan kecakapan
membaca anak usia dini adalah pengukuran melalui kemampuan anak
dalam pengetahuan membaca dan meulis di sekolah. Lebih lanjut, iamengemukakan
bahwa hal terpenting dalam pencapaian kemampuan membaca dan menulis anak dimasa
yang akan datang adalah mendengarkan cerita yang dibacakan keras-keras.
Dari berbagi pendapat di atas dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh anak untuk membunyikan lambang bilangan. Pembelajaran membaca
dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh anak usia
dini untuk memcapai keterampilan membaca dibawah arahan, bimbingan dan motivasi
guru. Pembelajaran membaca pada anak usia dini bukan semata-mata dilakukan agar
siswa mampu membaca melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas
visual dan kognisi siswa dalam memproduksi sebuah bacaan dengan membunyikan
lambang.
2. Kemampuan Menulis Anak usia dini
Dalam sudut pandang yang sederhana menulis
dapat diartikan sebagai proses menghasilkan lambang bunyi. Menurut Abidin
(2015) menulis adalah sebuah proses berkomunikasi secara tidak langsung antara
penulis dan pembacanya. Dengan perkataan lain bahwa menulis merupakan segenap
kegiatan seseorang mengungkapan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa
tulis kepada pemabaca untuk dipahami.
Lebih lanjut
Oxford Learners Pocket Dictionary, 2005: Writing ismark letters or numbers on a surface with a pen or pencil, put information,
greetings, etc in a letter and then send it to.
Menurut Suyadi (2010) Menulis merupakan tahap akhir dari kemampuan literacy.
Kemampuan menulis pada anak usia dini awalnya diindentikan dengan cakar ayam.
Hal ini wajar karena pada dasarnya anak baru bisa memegang krayon, tongkat, dan
lain sebagainya. Kemampuan menulis pada anak usia dini tidak boleh
berpusat pada pembenahan pada tulisan anak, melainkan pada susunan huruf menjadi
kata, dan menyusun kata menjadi kalimat. Dengan
demikian masa awal anak belajar menulis adalah membuat kata dan
kalimat menjadi tulisan cakar ayam.
Dalam bukunya Morrison (2012) mengemukakan bahwa proses membaca dan menulis
pada anak usia dini dipandang sebagai proses alami ; menulis bagi anak usia
dini merupakan proses yang diikuti oleh anak secara alami jauh
sebelum mereka bersekolah. Lebih lanjut ia mengaktakan bahwa kemampuan membaca
dan menulis merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang penting tidak
hanya bagi anak usia dini tetapi bagi semua orang.
Sependapat yang disampaikan oleh Nutbrown
& Clough (2015) mengemukakan bahwa kemampuan menulis pada anak usia dini
merupakan termasuk mendorong anak usia dini untuk mengaitkan suara dalam bentuk
tulisan; atau dengan perkataan lain bahwa menulis pada anak usia dini adalah
proses untuk menghasilkan lambang bunyi. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa
anak usia dini terrus diberikan akses untuk mampu mengembangkan kemampuan
membaca dan menulis. Pada dasarnya anak-anak menggunakan pengetahua
fonik mereka untuk menulis kata-kata dengan cara yang sesuai dengan bunyi
huruf. Anak-anak mampu menuliskan sebuah kat-kata dengan cara yang tidak
beraturan.
Clay, Ferreiro dan Teberosky dalam (Cristhiani, 2013)
membagi tahapan menulis atas empat tahap yaitu tahappertama, scribbling stage yaitu tahap anak dengan ciri menulis dimulai dengan mencoret, coretan hanya
memberi tanda acak pada kertas. Anak mulai membentuk beberapa garis (tanda ke
atas dan kebawah di atas) seperti menulis dan berisi bagian utama coretan di
dalam kotak. Coretan ini mengidentifikasikan kemampuan anak dalam mengontrol
alat tulis dan peningkatan pengetahuannya terhadap bentuk kertas.
Tahap kedua yaitu linear repetitive stage. Tahap ini ditandai dengan anak mulai
menulis biasanya dalam bentuk garis horizontal dan huruf-huruf yang terpisah-
pisah dalam garis buku. Anak dapatmelihat hubungan kongkrit antara kata- kata
dan bentuknya. Orang dewasa dapat memberi contoh menulis pada anak dan memberi
kesempatan anak untuk mengamati tentang tulisan yang digunakan dengan berbagai
jalan, memberi dukungan pada coretan anak dan mulai mempertontonkan bentuk
permulaan huruf pada anak.
Tahap ketiga yaitu random-letter stage. Pada tahap ini anak belajar bahwa
bentuk-bentuk dapat dikatakan sebagai huruf. Anak dapat menggunakannya secara
acak untuk menyampaikan kata atau kalimat pada orang lain. Kadang kala anak
memproduksi garis huruf yang tidak sesuai dengan suara dari kata yang
ditulisnya karena ingatan akan bentuk huruf pada anak sangat terbatas. Pada
tahap ini, anak membuat huruf yang ia kenal (biasanya huruf-huruf dalam
namanya) secara acak untuk menyampaikan maksud pada orang lain. Penting untuk diingat bahwa jika anak tidak
dapat mengkomunikasikan pesannya dalam bentuk tulisan kepada orang lain,
pendidik harus memotivasi anak untuk belajar menyampaikan isi tulisannya secara
alami walaupun tidak seperti yang diamati. Pada tahap ini, anak butuh orang
dewasa disekitamya untuk merespon secara intensif terhadap tulisannya, bukan
mengoreksi bentuknya sesuai atau tidak dengan huruf-huruf yang ada. Jika orang
dewasa disekitamya memuji hasil tulisannya dan menekankan bahwa tulisannya
penting maka keterampilan menulis anak akan berkembang.
Tahap keempat yaitu letter-name or phonetic writing. Pada tahap ini anak mulai membuat hubungan antara huruf dan suara.
Permulaan tahap ini disebut sebagai letter-name writing karena anak menulis huruf yang nama
dan bunyinya sama.. Di akhir tahap ini, anak lebih ahli menulis dengan berbagai
bentuk, seperti mahir dalam memberi jarak dalam kata. Anak membutuhkan waktu
untuk berlatih menulis dan membaca kembali tulisannya, maka tulisannya akan
lengkap sesuai dengan ejaannya.
D. Stimulasi perkembangan literasi
(membaca & menulis) anak usia dini
Tidak bisa dipungkiri saat ini banyak ahli PAUD yang memandang pentingnya
pengenalan literasi (membaca dan menulis) pada anak usia dini. Menurut Suyadi
(2010) mengemukakan bahwa kemampuan litreasi dapat diperkenalkan atau diajarkan
kepada anak usia dini sejak anak berada dalam kandungan. Berikut adalah uraian stimulasi perkembangan lieterasi pada anak usia
dini untuk mengembangkan kemampuan literasi sebagi berikut:
a. Bayi (Infants);
sejak dalam kandungan idealnya anak mampu distimulasi atau diperkenanlkan
berbagai aktivitas yang mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan literasi.
Kegiatan membaca dan menulis pada anak usia dini merupakan bukan kegiatan yang
dalam artian orang dewasa. Pembelajaran literai pada anak usia bayi McGee dan Purcell-Gates (Abidin, 2015) menyebutkan bahwa perkembangan
literasi berisi dua periode waktu, secara rinci dimulai dari lahir sampai usia
lima tahun dan dari usia lima tahun sampai dengan menjadi pembaca yang mandiri
(konvensional).
Pengenalan literasi bisa dilakukan pada saat ia berbaring, tengkurang atau
duduk. Bahkan di atas tempat tidur anak di taruhkan buku-buku
berwarna (full colour) atau orang tua membacakan ia
cerita. Karena pada dasarnya menurut. Perlu diketahui bahwa
pengenalan literasi pada bayi kita hanya sebatas memperkenalkan saja bukan
memaksa anak untuk menghafal.
b. Toddlers (2-3 tahun); Pada dasarnya Toldders sangat gemar
akrab dengan buku. Jika stimulasi di atas berhasil anak-anak akan mempunyai
kecenderungan untuk menyukai buku. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa anak yang sejak dini akrab dengan dunia buku kelak dimasa dewasa ia kan
mempunyai minat baca yang tinggi Suyadi (2010). Umumnya pada masa ini anak-anak
mulai membaca, gemar memberikan nama pada objek-objek yang ada dalam buku
tersebut.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kosa kata atau tanda yang
dikenali, mulailah memperkenalkan anak untuk membaca tetapi bukan untuk
menghafal. Awal mula kita sendiri yang membacanya dengan suara nyaring terhadap
isi buku tersebut. suara nyaring dan intonasi yang tepat merupakan langkah yang
paling strategis menstimulai pendengraan anak.
c. Anak usia 3- 6 tahun; Pada tahap ini menurut Suyadi (2010) kesenangan anak terhadap
buku cerita mulai meningkat tajam. Walaupun demikian pada tahap ini anak masih
menyukai buku-buku cerita yang masih banyak ilustrasi gambar-gambar, dan
warnah-warna cerah. Karena pada hakikatnya menurut Kaderavek (2002) mengatakan bahwa periode literasi
anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Dengan demikian
pemberian literasi yang paling bagik bagi anak pada tahap ini adalah membacakan
cerita, kisah membacakan dongeng. Cara lain adalah
meminta anak menceriatakan ulang dinging atau cerita tersebut walaupun tidak
selengkap cerita aslihnya. Selain membacakan dongeng langkah selanjutnya
membelajarkan literasi adalah dengan menyusun kata-kata bersajak.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil Penelitian relevan sebelumnya yang
sesuai dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang
peran orang tua dalam proses pengembangan literasi dini pada anak usia dini di
PAUD KASIH IBU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif, dengan memakai pendekatan fenomologi. Fenomologi digunakan agar dapat diketahui
sejauh mana peran orang tua dalam mengenalkan
membaca dan menulis anak-anak yang ada di PAUD KASIH IBU.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian etnografi ini di
harapkan agar orang tua dapat ikut berperan serta dalam proses pengenalan
membaca dan menulis pada anak-anak di PAUD KASIH IBU sehingga anak- anak di
PAUD ini memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di PAUD KASIH IBU
yang beralamat di Jl. Kramat Pulo Dalam
gg.23 No.53C Rt.007/RW.08 Jakarta Pusat
2. Waktu : Penelitian ini dilakukan pada semester 1
mulai bulan Agustus sampai Oktober 2017
C. Latar Penelitian
Latar Penelitian ini berdasarkan
pada pengamatan penulis yang melihat adanya perbedaan dalam kemampuan membaca dan menulis anak di PAUD KASIH IBU,
sehingga penulis ingin mengetahui sejauh mana peran orang tua terhadap
pengenalan membaca dan menulis anak.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.
Sukardi (2003 : 19) menjelaskan bahwa kualitatif adalah penelitian
berdasarkan mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian . Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
didesain secara umum yaitu penelitian yang dilakukan untuk objek kajian yang
tidak terbatas dan tidak menggunakan metode ilmiah menjadi patokan.
Sedangkan metode penelitian
etnografi biasanya memfokuskan penelitian pada suatu masyarakat (tidak selalu
secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan, pengangguran, dan masyarakat
lainnya). Penelitian etnografi khusus
menggunakan tiga macam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,
dokumantasi. Penelitian ini menggunakan
tiga jenis data : kutipan, uraian dan kutipan
dokumentasi menghasilkan dalam suatu produk :
Uraian naratif.
Penelitian kualitatif yang
digunakan bertitik balik pada sejauh mana orang tua dalam hal ini ibu mempunyai
peran dalam pengenalan proses membaca dan menulis anak.
Adapun langkah – langkah
penelitian penulis melakukan : Wawancara
, observasi dan dokumentasi. Semua di
fokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.
E. Data Dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data wawancara dengan orang tua murid dan melakukan observasi
terhadap anak- anak dalam kemampuan membaca dan menulisnya.
Sumber – sumber data yaitu
: Anak dan Orang tua murid PAUD KASIH
IBU
Objek penelitian adalah
: kemampuan anak dalam membaca
dan menulis
F. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah
upaya yang dilakukan untuk memperoleh data yang memenuhi standar data yang
telah ditetapkan. Tehnik pengumpulan data
yang dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati dan
mencatat secara sistematis terhadap kemampuan anak dalam membaca dan
menulis. Pengamatan dan pencatatan
dilakukan di PAUD KASIH IBU
2. Wawancara
Wawancara sebagai media
untuk mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara
lisan untuk dijawab secara lisan pula. Penelitian
kualitatif sering menggabungkan tehnik observasi partisipatif dengan wawancara
mendalam. Wawancara dilakukan pada
beberapa wali murid PAUD KASIH IBU secara personal.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
melalui arsip, buku tentang teori, pendapat dalil/hukum dan lain-lainnya yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif,
yaitu data wawancara.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
(Triangulasi)
Guna meningkatkan pemahaman
penelitian terhadap apa yang ditemukan, peneliti menggabungkan atau
mengumpulkan data dan sumber data yang telah ada yaitu data observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
H. Tehnik Analisis Data
1. Analisis data sebelum di lapangan sebagai
fokus penelitian. Namun demikian fokus
penelitian ini masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti masuk
dan selama di lapangan.
2. Analisis data di lapangan : sebelum menganalisis data dilapangan ;
Mendeteksi data dengan memilih hal-hal yang pokok, dicari tema dan polanya
dengan demikian data yang di reduksi akan terlihat jelas dan mempermudah
penelitian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Penyajian data berbentuk uraian
yang bersifat naratif dan kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini, merupakan
temuan yang sering terjadi di masyarakat, temuan berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas. Dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar