(Penelitian Tindakan kelas)
PENGARUH
KEGIATAN BERMAIN KELOMPOK TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA 4-5 TAHUN
DI BKB PAUD MATAHARI KUNINGAN TIMUR
Diajukan
guna memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Metodologi Penelitian
Oleh :
NAMA : KAMALIAH
NPM : 20158400076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian Pengaruh kegiatan bermain
kelompok terhadap perkembangan emosional anak usia 4-5 tahun di BKB Paud
Matahari Kuningan Timur.
Dalam
penulisan proposal ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1.
Bpk.Iswadi,M.pd selaku dosen Metodologi penelitian yang memberi
penulis kesempatan melakukan penelitian
ini.
2.
Ibu Hj.Suryani Tholib yang telah membantu tersusunnya proposal ini.
3.
Ibu-ibu wali murid BKB Paud Matahari sebagai narasumber penulis.
4.
Teman-teman kelas B PKK atas bantuan dan supportnya dalam
penyusunan proposal ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
bantuan, saran, serta masukan yang telah diberikan, semoga menjadi amal di
hadapan Allah SWT, dan pada akhirnya penulis berharap semoga penyusunan
proposal ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Jakarta,
19 Desember 2017
DAFTAR ISI
1.
KATA PENGANTAR .............................................................................2
2.
DAFTAR ISI
...........................................................................................
3
3.
BAB I : PENDAHULUAN
.....................................................................4
A. Latar
Belakang Masalah .........................................................5
B. Identifikasi Masalah ..............................................................7
C. Pembatasan
Masalah ..............................................................7
D. Perumusan
Masalah ............................................................... 8
E. Manfaat
Penelitian ..................................................................8
4.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA
BERPIKIR,DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
........................................................10
A. Kajian
Pustaka
...................................................................... 10
B. 1.Hakikat
Emosional ...............................................................10
2.Hakikat Bermain ...............................................................20
C. Kerangka
Berpikir Tindakan ..................................................35
D. Hipotesis
tindakan ..................................................................35
5.
BAB III : METODOLOGI
PENELITIAN ............................................. 20
A. Tujuan
Penelitian ....................................................................36
B. Setting
Penelitian
1. Tempat Penelitian
.............................................................. 36
2. Waktu Penelitian
................................................................36
C. Metode
Penelitian
.................................................................36
D. Langkah-langkah
Penelitian ..................................................37
E. Sumber
Data .........................................................................
39
F. Tehnik
Pengumpulan Data ....................................................40
G. Teknik
Analisa Data..............................................................40
1. Reduksi Data
....................................................................40
2. Deskripsi Data
..................................................................41
3. Verifikasi .........................................................................41
H. Keabsahan
Data ...................................................................41
I.
Kriteria Kebersihan
Penelitian .............................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan
bagi kehidupan manusia. Kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
yang semakin tinggi mengakibatkan individu semakin rentan mengalami berbagai
gangguan baik fisik maupun psikologis. Gangguan psikologis seperti kecemasan,
stress, frustasi, agresivitas, perilaku anarkis, dan gangguan emosi lain
semakin meningkat.
Rasa
kecewa, malu, amarah, dan perasaan-perasaan negative lain yang bersifat
deskruktif bersumber pada ketidakmampuan anak mengenali dan mengelola emosi,
serta memotivasi diri. Riana mengutip istilah Goleman kondisi ini merupakan cerminan kecerdasan
emosi yang rendah. Anak usia dini sebagai generasi penerus perlu dibekali
kemampuan untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki dan meminimalkan
kelemahan-kelemahan yang ada. Guru dan orang tua sebagai orang dewasa di
sekitar anak, memegang peranan penting dalam mengoptimalkan potensi anak, baik
fisik, kognitif, spiritual, maupun emosional.
Riana
mengutip pendapat Dahlan bahwa kecenderungan terjadinya peningkatan anak
mengalami gangguan emosi dan sosial tidak hanya terjadi pada Negara atau daerah
tertentu tetapi telah menjadi fenomena global di seluruh dunia. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan,
ternyata ditemukan hasil bahwa generasi sekarang lebih banyak mengalami
kesulitan emosi dan sosial daripada generasi sebelumnya, generasi sekarang
cenderung lebih kesepian, pemurung,
mudah cemas, gugup, impulsive, dan agresif.
Salah
satu karakteristik pada anak usia dini adalah sebagai masa bermain, dimana
hampir seluruh kegiatan pada usia prasekolah melibatkan unsur bermain, melalui
kegiatan bermain anak belajar kemampuan emosi dan sosial, sehingga diharapkan
muncul emosi dan perilaku yang tepat sesuai dengan konteks yang dihadapi dan
diterima oleh norma sosial.
Halnya
yang dialami anak usia 4-5 tahun di BKB PAUD Matahari Kuningan Timur , Tahun
Ajaran 2017 – 2018, setelah dilakukan observasi, kemampuan kemampuan anak dalam
bermain dengan teman-temannya, mereka cenderung di arahkan oleh orang tua sudah
dapat melakukan belajar seperti halnya anak usia Sekolah Dasar, memberikan
permainan yang tidak memerlukan campur tangan orang lain seperti video game,
gadget dan sejenisnya, sehingga dalam aspek emosional cenderung belum
terstimulasi secara optimal, hal ini ditandai dengan tidak dapatnya anak
bersosialisasi dengan temannya, sering menangis, tidak dapat mengikuti aturan
main dalam permainan, memperebutkan mainan, pemurung, serta perilaku-perilaku
anak yang menunjukkan ketidakmampuan anak dalam mengelola emosi.
Salah
satu kegiatan yang diasumsikan dapat meningkatkan perkembangan emosional anak
adalah kegiatan bermain kelompok (kooperatif), kegiatan ini dapat memberikan
kesenangan bersama dengan teman-teman sebaya, kegiatan bermain kelompok, anak
akan menjalankan suatu peran tertentu,
dapat menerima pandangan orang lain, menyatakan perasaan kepada orang lain,
kemampuan bergaul, berinteraksi dan
menyesuaikan diri dengan orang lain sekaligus memperoleh kesenangan dalam
bermain.
Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis memfokuskan tulisan ini dengan judul “ Pengaruh Kegiatan Bermain Kelompok
Terhadap Perkembangan Emosional Anak Usia 4 – 5 Tahun Di BKB PAUD Matahari Kuningan Timur”.
B.
Identifikasi
Masalah.
Berdasarkaan
uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan
belajar sebagai berikut :
1. Bagaiman
perkembangan emosi anak- anak di BKB PAUD Matahari ?
2. Bagaimana tingkat pemahaman orang tua dan guru
dalam mengoptimalkan perkembangan emosi anak di BKB PAUD Matahari .
3. Apakah
kegiatan bermain kelompok dapat berpengaruh pada perkembangan emosi anak?
C.
Pembatasan
Masalah.
Pada
penelitian ini permasalahan di batasi pada anak
usia 4-5 tahun dan pada
pengaruh kegiatan bermain kelompok terhadap perkembangan emosional Anak
Usia 4-5 Tahun Di BKB PAUD Matahari
Kuningan Timur.
D.
Perumusan
Masalah.
1. Bagaimana
pelaksanaan kegiatan bermain anak kelompok usia 4-5 tahun di BKB PAUD Matahari Kuningan Timur ?
2. Bagaimana
tingkat perkembangan emosional anak usia 4-5 tahun di BKB PAUD Matahari
Kuningan Timur setelah dilaksanakannya kegiatan bermain kelompok ?
3. Seberapa
besar pengaruh kegiatan bermain kelompok terhadap perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun di BKB PAUD
Matahari Kuningan Timur?.
E. Manfaat Penelitian
1
.Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini
diharapkan dapat menambah khasanah
penelitian
dibidang pendidikan dan memberikan sumbangan teori untuk
mengembangkan teori dalam
meningkatkan kemampuan
perkembangan emosi anak usia
dini.
2.
Manfaat Praktis
1. Untuk
Institusi.
BKB PAUD Matahari Kuningan Timur
yang terletak di RW 04
Kelurahan Kuningan Timur Kecamatan
Setiabudi Jakarta Selatan
agar dapat lebih meningkatkan mutu
pendidikan anak usia dini
dengan metode yang tepat dan
inovatif.
2. Untuk
Peneliti.
Peneliti agar dapat menambah wawasan
tentang kegiatan yang menyenangkan sekaligus kegiatan yang dapat menstimulus
perkembangan anak.
3. Untuk
Siswa.
Dapat mengembangkan kecerdasan
emosionalnya dengan optimal dengan bermain kelompok bersama teman-temannya
sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian.
4. Untuk
Umum.
Dapat memberikan informasi dan masukan
yang berguna bagi perkembangan anak usia dini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian Pustaka
1. Hakikat Emosi
A. Perkembangan Emosi
1. Pengertian
Perkembangan Emosi.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
No. 146 Tahun 2014 perkembangan adalah
bertambahnya fungsi fsikis dan fisik anak meliputi sensorik (mendengar,
melihat, meraba, merasa, dan menghidu), motorik ( gerakan motorik kasar dan
halus), kognitif ( pengetahuan, kecerdasan), komunikasi ( berbicara dan
bahasa), serta sikap religius, sosial emosional dan kreativitas.
Menurut
Hasnida, istilah perkembangan (development) secara khusus diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
menyangkut aspek mental psikologis manusia, seperti perubahan-perubahan yang
berkaitan dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama,
kecerdasan dan lain lain, sehingga dengan perkembangan tersebut si anak akan
semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuannya, semakin baik sikap
sosial, moral dan keyakinan agamanya.
Emosi,
secara istilah berasal dari kata emotus atau
emovere yang berarti sesuatu yang
mendorong terhadap sesuatu,misalnya emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau
dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai keadaan sesuatu gejolak
penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri
individu. Makna yang paling harfiah terdapat pada oxford English dictionary
mendifinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.
Menurut
Daniel Goelman yang dikutip Hasnida, emosi sebagai perasaan dan fikiran-fikiran
khas, suatu keadaan biologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Sedangkan Menurut Hasnida secara umum emosi mempunyai fungsi untuk mencapai
sesuatu pemuasan dan perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi ada
saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu, emosi juga dapat
dikatakan sebagai alat yang merupakan wujud dari perasaan yang kuat.
Emosi juga
dapat berarti keadaan dan reaksi psikologis seperti kegembiraan, kesedihan,
keharuan, kecintaan. Dan termasuk kemarahan. Berbagai perasaan yang diharapkan
oleh manusia, seperti rasa senang, suka, dan gembira merupakan emosi positif.
Sementara berbagai perasaan yang tidak diharapkan oleh manusia, seperti kecewa,
sedih, benci, dan takut merupakan emosi negatif.
Pada
kesehariannya, individu dilingkupi oleh emosi positif maupun negatif, itu semua
merupakan ketentuan dari Allah Swt. Hal ini dikuatkan oleh adanya firman Allah
Swt berikut ini :
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak,
sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan (QS Al-Taubah (9) : 82)
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan
bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup
lagi oleh kegelapan. ( QS ‘Abasa (80) : 38-41)
Berdasarkan
deskripsi diatas, maka emosi dapat diartikan sebagai perasaan individu, baik
berupa perasaan positif maupun perasaan negatif sebagai responns terhadap suatu
keadaan yang melingkupinya akibat adanya hubungan antara dirinya dengan
individu lainnya dan dengan suatu kelompok. Jadi, perkembangan emosi anak usia
dini adalah perubahan perasaan positif maupun negatif pada anak usia 0-6 tahun
sebagai akibat dari adanya hubungan antara dirinya dan orang lain.
1.
Karakteristik Perkembangan Emosional
Anak Usia 4-5 Tahun
Perkembangan
emosi anak usia dini berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan sosial
anak usia dini. Bahkan banyak yang berasumsi bahwa perkembangan emosi pada anak
usia dini sangat dipengaruhi oleh perkembangan sosial mereka meskipun kemudian
perkembangan emosi tersebut kemudian memberi pengaruh pula terhadap
perkembangan sosial mereka. Hal itu dikarenakan emosi yang ditampilkan anak
usia dini sebenarnya merupakan respons dari hubungan sosial yang ia jalani dengan
orang lain , dan emosi tersebut juga akan mempengaruhi keberlanjutan hubungan
sosial tersebut.
Kemudian
pada usia 4-5 tahun, kapasitas anak untuk mengatur perilaku emosinya mulai
meningkat. Peningkatan emosi tersebut disesuaikan dengan aturan sosial yang
ada. Pada usia ini, anak belajar bahwa kemarahan dan agresivitas harus
dikontrol di depan orang dewasa, sedang dengan teman sebayanya anak tidak
terlalu menekan perilaku emosi negatif. Perbedaan tersebut muncul karena
konsekwensi yang mereka terima berbeda. Hal ini kemudian memberikan pengaruh
pada kemampuannya untuk menyesuaikan diri saat berhubungan ddengan orang lain.
Respons
yang diberikan oleh orang dewasa dan teman sebaya terhadap perilaku emosi
negatifnya sudah tentu berbeda. Kemampuan anak untuk mengontrol emosi
negatifnya merupakan implikasi dari semakin berkembangnya aspek moralitas pada
anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak
mulai memahami tentang berbohong dan tentang kesalahan( mengapa berbuat salah
dan apa yang harus dilakukan untuk kesalahannya).
2.
Macam- macam Emosi
Pada
kesahariannya, individu dilingkupi oleh emosi positif maupun emosi negative.
Sementara itu, Novan mengutip aliah B. Purwakania membagi emosi menjadi dua
macam, yaitu:
(1)
emosi primer, merupakan emosi dasar manusia yang dianggap
terberi secara biologis. Jadi, emosi ini telah terbentuk sejak awal kelahiran
manusia. Emosi primer tersebut, seperti gembira, sedih, marah, dan takut.
(2)
Emosi sekunder, merupakan emosi yang lebih kompleks jika
dibandingkan dengan emosi primer. Emosi sekunder adalah emosi-emosi yang
mengandung kesadaran diri atau evaluasi diri sehingga pertumbuhannya tergantung
pada perkembangan kognitif atau intelektual seseorang. Berbagai emosi sekunder
seperti malu, iri hati, dengki, sombong, angkuh, bangga, kagum, takjub, cinta,
benci, bingung, terhina, sesal, mandiri, toleran, patuh, simpati, empati, dan
lainnya.
Sedangkan
menurut Lazarus yang dikutip Riana, membedakan kondisi emosi dalam 2 kategori,
yaitu :
(1)
Emosi negatif yang berasal dari hubungan yang mengancam atau
kondisi yang menyakitkan, terdiri dari marah, kecemasan, rasa malu, atau
bersalah, kesedihan, cemburu dan jijik.
(2)
Emosi positif yang berasal dari suatu kondisi yang
menguntungkan yang terdiri dari kebahagiaan, rasa senang, bangga, cinta,
pengharapan, dan perasaan terharu atau belas kasihan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Emosi
Ada tiga
faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia
dini sebagai berikut :
a.
faktor hereditas, pada sudut pandang hereditas,
karakteristik seorang anak dipengaruhi oleh gen yang merupakan karakteristik
bawaan yang diwariskan (genotip) dari orangtuanya, yang akan terlihat sebagai
karakteristik yang dapat diobservasi (fenotif),
b.
lingkungan, istilah ini sering disebut nurture, meliputi
semua pengaruh lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat,
c.
faktor umum antara lain jenis kelamin, kelenjar gondok, dan
kesehatan.
Sedangkan
menurut Hasnida, faktor-faktor yang mempengaruhi emosi adalah :
(1) faktor pematangannya, perkembangan
kelenjar endoktrin berperan dalam kematangan perilaku emosional,
(b)
faktor belajar, anak harus siap untuk belajar sebelum tiba saatnya masa
belajar,
(c)
metode belajar yang menunjang perkembangan emosi yyaitu belajar secara coba dan
ralat, dengan cara meniru, dengan carra mempersamakan diri, melalui
pengkondisian dan melalui pelatihan.
Adapun
variasi perkembangan emosi pada masing-masing anak berbeda-beda tergantung
faktor yang mempengaruhi, beberapa faktor yang mempengaruhi menurut Riana
antara lain :
a.
keadaan fisik anak
b.
reaksi sosial terhadap prilaku emosional
c.
kondisi lingkungan
d.
jumlah anggota keluarga
e.
cara mendidik anak
f.
status sosial-ekonomi keluarga.
4.
Standar Tingkat pencapaian
Perkembangan Emosional Anak Usia 4 – 5 Tahun
Pada
usia 4-5 tahun, karakter pada anak usia dini akan semakin terlihat. Pada usia
4-5 tahun ini orang tua ataupun pendidik PAUD mulai menyadari dan memahami
bagaimana kepribadian anak yang sebenarnya. Satu hal yang harus diperhatikan
oleh orang tua atau pendidik PAUD, bahwa kepribadian yang semakin tampak itu
bukan untuk diubah, melainkan untuk diarahkan.
Pada
usia ini, standar tingkat perkembangan anak usia dini adalah mampu
berinteraksi, mulai dapat mengendalikan emosinya, mulai menunjukkan rasa
percaya diri, serta mulai dapat menjaga dirinya yang ditunjukkan dengan
kompetensi dasar dan indikator berikut ini :
a.
Dapat berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
dengan indikator antara lain :
1)
Mulai mengajak teman untuk bermain
2)
Meminta izin bila menggunakan benda milik orang lain.
3)
Mau bekerjasama dengan teman dalam kelompok ketika melakukan
kegiatan
4)
Berani bertanya dan menjawab pertanyaan.
5)
Berbicara dengan teman sebaya mengenai rencana dalam bermain
6)
Membuat keputusan jika bermain dengan teman sebaya
7)
Berkomunikasi dengan orang-orang yang ditemuinya
8)
Mendengar dan berbicara dengan orang dewasa
9)
Mengadukan masalah kepada orang dewasa ketika mengalami
ketidaknyamanan dengan teman
10)
Mau menyapa teman dan
orang dewasa
b.
Dapat menjaga keamanan diri sendiri, berbagai pengalaman
buruk sedikit banyak dapat mengajarkan anak untuk lebih lihai dalam menghindari
benda-benda yang berbahaya yang ada di sekitarnya
c.
Menunjukkan rasa percaya diri
d.
Dapat menunjukkan kemandirian
Anak mulai bisa menampilkan berbagai
kemampuan kemandirian seperti berikut ini :
1)
Memasang kancing atau resleting sendiri
2)
Memasang dan membuka tali sepatu sendiri
3)
Berani pergi dan pulang sekolah sendiri ( bagi yang rumahnya
dekat dengan sekolah)
4)
Mampu memilih benda untuk bermain
5)
Mampu mandi, BAK dan BAB masih dengan bantuan
6)
Mampu mengerjakan tugas sendiri
7)
Bermain sesuai dengan jenis permainan yang dipilihnya
8)
Mengurus dirinya sendiri dengan bantuan
e.
Mulai menunjukkan emosi yang wajar
f.
Mulai menunjukkan sikap kedisiplinan yaitu,
1)
Melaksanakan tata tertib yang ada
2)
Mengikuti aturan main
3)
Mengembalikan alat permainan pada tempatnya
4)
Sabar menunggu giliran
5)
Berhenti bermain pada waktunya.
Tingkat
pencapaian perkembangan sosial emosional
kelompok usia 4-5 tahun berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini adalah :
a.
Kesadaran diri
1)
Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan
2)
Mengendalikan perasaan
3)
Menunjukkan rasa percaya diri
4)
Memahami peraturan dan disiplin
5)
Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah)
6)
Bangga terhadap hasil karya sendiri
b.
Rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain.
1)
Menjaga diri sendiri dari lingkungannya
2)
Menghargai keunggulan orang lain
3)
Mau berbagi, menolong, dan membantu teman
c.
Perilaku Prososial
1)
Menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan kooperatif
secara positif
2)
Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan
3)
Menghargai orang lain
4)
Menunjukkan rasa empati.
2. Hakikat Bermain
B.
Kegiatan
Bermain Kelompok.
1.
Pengertian
Kegiatan Bermain Kelompok.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi Kegiatan adalah aktivitas, usaha,
pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan, serta kegairahan (1) aktivitas; usaha;
pekerjaan; (2) kekuatan dan ketangkasan (dl berusaha); kegairahan. Sedangkan menurut
Ramlan, kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan olehsatu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukurpada suatu
program.
Yohana mengutip pendapat seafeld dan Barbour aktivitas
bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya
dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk didalamnya imajinasi,
penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan.
Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh
imaginative dan dilakukan dengan segenap perasaannya.
Menurut Donald B.
Helms dan Jeferey S, Turner yang dikutip Yohana, bermain adalah
cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan dan cara
mereka menjelajahi dunia lingkungannya termasuk membantu anak dalam menjalin
hubungan sosial antar anak. Yuliani
mengutip Piaget dalam Mayesty mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang.
Sedangkan Parten dalam Dockett dan Flerr memandang
kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat
memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta
lingkungan tempat di mana ia hidup.
Yohana mengutip Phelps, Semua anak usia dini tanpa
memandang usia mereka belajar dengan sangat baik melalui bermain. Dalam
bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan
bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan
fisik, sosial, dan kognitif, saat bermain anak dapat mengekspresikan dan
melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap hari.
Melalui main bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku
pemimpin atau pengikut, perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika
dewasa. Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi
dalam mendukung perkembangan dan belajar anak. Ini juga alasan mengapa anak
usia dini memerlukan waktu main lebih besar dalam sepanjang harinya, jika anak
belajar dengan bermain, maka ia akan memiliki ketahanan belajar lebih baik jika
dilakukan dengan kegiatan belajar seperti biasanya. Dengan melihat kondisi
tersebut hendaknya dilakukan pengelolaan terhadap kegiatan bermain anak dengan
baik, tujuannya adalah agar kegiatan bermain dapat diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan anak .
Sedangkan
pengertian Kelompok adalah sekumpulan
orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang
sama. Maka, imbasnya, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama.
Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi
berjalannya kelompok dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan
dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok.
Hal
kedua yang menjadi penting dalam pembangunan kelompok adalah bagaimana
melanggengkan atau mengupayakan eksisnya suatu kelompok. Tentang ini, sangat
ditentukan oleh individu-individu yang ada dalam kelompok itu sendiri. Untuk
itu, yang harus dimiliki individu-individu yang berkelompok adalah adanya
sebuah ikatan sosial diantara mereka yang diharapkan akan menimbulkan rasa
kepemilikan dan kepedulian individu pada kelompok yang telah didirikan.
Seperti
dikutip oleh Dhino yaitu menurut Homans kelompok adalah sejumlah individu
berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya
tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua
anggota secara langsung. Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok orang
yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan
kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai
bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan
peran.
Menurut
Achmad S. Ruky yang di kutip Dhino, Kelompok adalah sejumlah orang yang
berhubungan (berinteraksi) antara satu dan yang lainnya, yang secara psikologis
sadar akan kehadiran yang lain dan yang menganggap diri mereka sebagai suatu
kelompok. Menurut Muzafer Sherif, Kelompok adalah kesatuan
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi
sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah
terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu. Menurut De Vito
(1997) :
Kelompok
merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota untuk
berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling berhubungan satu sama
lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau
struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma, atau peraturan
yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan
bagi semua anggotanya.
Menurut
Mulyasa bermain kelompok adalah kegiatan
bermain ketika masing-masig anak menerima peran yang diberikan, dan dalam
mencapai tujuan bermain, mereka masing-masing melakukan perannya secara
tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan bermain.
Menurut
Yuliani bermain kelompok adalah saat
anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan masing-masing menjalankan
peran yang saling mempengaruhi satu sama lain. Anak bekerja sama dengan anak
lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan , membentuk permainan drama
dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin
dalam bermain.
Menurut Moeslichatoen bermain secara
kooperatif, terjadi bila anak secara aktif menggalang hubungan dengan anak-anak
lain untuk membicarakan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan bermain.
Pemahaman nonverbal sering merupakan awal kegiatan untuk mengadakan interaksi
secara verbal dan koordinasi sosial yang akan terjadi pada bermain secara
asosiatif atau kooperatif.
Karakteristik Kelompok
yaitu : Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial
baik secara verbal maupun non verbal, anggota kelompok harus
mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu
kelompok, mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga
anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit. anggota
kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama, individu yang
tergabung dalam kelompok, saling mengenal
satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang
yang bukan anggota kelompoknya.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kegiatan bermain kelompok (kooperatif) adalah aktivitas atau kegiatan
yang menyenangkan untuk anak belajar yang dilakukan secara terorganisir dan
bersama untuk tujuan yang sama.
2. Karakteristik Dan Fungsi
Bermain.
Menurut McConkey dan Hewson yang dikutip Yuliani
berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang
perlu dipahami oleh stimulator , yaitu :
(1)
bermain merupakan motivasi intrinsic bagi anak,
(2) bermain umumnya bebas dari kegiatan menulis,
(3)
bermain membangkitkan aktivitas yang nyata,
(4)
pusat proses berbagai kegiatan adalah bermain,
(5)
bermain mendominasi permainan,
(6)
bermain dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas permainan.
Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan
dan kebutuhan bagi perkembangan anak usia dini, Moeslichatoen mengutip pendapat
Hartley, Frank dan Gondenson ada 8 fungsi bermain bagi anak yaitu :
(1) menirukan
apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya meniru ibu memasak di dapur,
dokter mengobati orang sakit, dan sebagainya.
(2) untuk
melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru
mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan
sebagainya,
(3) untuk
mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata, contohnya
ibu memandikan adik, ayah membaca koran, kaka mengerjakan tugas sekolah, dan
sebagainya,
(4) untuk
menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air
dan sebagainya,
(5) untuk
melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai
pencuri, menjadi anak nakal, pelanggar lalu lintas, dan lain-lain.
(6) untuk
kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi,
naik angkutan kota, dan sebagainya.
(7) mencerminkan
pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya,
semakin gemuk badannya, dan semakin dapat berlari cepat.
(8) untuk
memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias
ruangan, menyiapkan jamuan makan, pesta ulang tahun.
3.
Bermain
Kelompok dalam pengembangan emosi anak
Melalui
bermain kelompok siswa-siswa belajar mengenal dirinya, mereka belajar karena
mereka dipersilahkan berkomunikasi dengan bahasa mereka, belajar mendengar dan
mengamati persepsi konselor dan siswa-siswa lain terhadap mereka. Siswa-siswa
belajar bahwa menjadi seseorang dengan jati diri mandiri bukan hanya dianjurkan
dan diterima melainkan juga dinilai dengan penghargaan. Di dalam suatu
kelompok, kerjasama merupakan hal yang penting, dan kesediaan mengikuti
keinginan orang lain kadang-kadang merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan.
Pada saat yang sama, kreativitas dan originalitas merupakan sesuatu yang
dihargai. Permainan yang baik
adalah yang dapat mengajarkan pada anak kemampuan tertentu baik itu bersifat
individual ataupun kelompok.
Pada
kegiatan bermain kelompok, mau tidak mau kondisi permainan menuntut anak untuk
dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak lainnya ada 4 manfaat yang
dapat diperoleh anak dari kegiataan bermain kelompok, yaitu :
1)
Bermain kelompok membantu anak mengembangkan kemampuan
mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, anak-anak yang bermain pasti berfikir
mengenai apa yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan bermain mereka.
2)
Bermain kelompok meningkatkan kompetensi anak dalam
interaksi sosial, kerja sama dan peduli terhadap orang lain
3)
Bermain kelompok membantu anak menguasai konflik dan trauma,
membantu perkembangan emosi yang sehat dengan cara menawarkan kesembuhan dari
rasa sakit dan kesedihan
4)
Bermain kelompok membantu anak mengenali diri sendiri dan
memiliki implikasi yang penting bagi hubungan antar manusia.
4.
Jenis-jenis Kegiatan Bermain Dalam
Mengembangkan Emosi Anak.
Ada
2 jenis kegiatan bermain yang bisa diberikan pada anak usia dini untuk
mengembangkan aspek emosi, antara lain :
a.
Bermain asosiatif yaitu kegiatan bermain yang ditandai dengan
adanya interaksi yang terjadi antar anak yang sedang bermain yang dilakukan
dalam bentuk saling meminjam mainan dan saling memberi komentar terhadap
aktivitas temannya.
b.
Bermain kooperatif yaitu anak akan terlibat di dalam
kegiatan bermain bersama dengan temannya yang ditandai dengan adanya kerjasama,
terjadinya pembagian tugas atau pembagian peran untuk mencapai suatu tujuan
dalam kegiatan bermain.
5.
Guru
Dalam Bermain
Sejalan
dengan perkembangan dunia pendidikan dan kebijakan pemerintah khususnya dalam
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pemerintah telah
mempertegas standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK-KD) dalam setiap bidang pengembangan anak usia dini.
Meskipun demikian , hampir semua program pendidikan anak usia dini tetap
menyajikan kegiatan bermain dalam porsi besar bagi anak didiknya.
Oleh
karena itu, para guru dituntut untuk mengembangkan silabus dan membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara cermat dalam setiap bidang pengembangan
sehingga setiap kegiatan bermain tersebut mendapat dukungan dari lingkungan
sekolah dan bermain dapat mengembangkan dan mewujudkan kompetensi anak.
Kegiatan
bermain dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan kelas, yang sama
pentingnya, tetapi beda manfaatnya. Dalam kegiatan bermain di sekolah. Baik di
kelas maupun di luar kelas guru memiliki peran yang sangat penting. Sedikitnya
guru harus mampu memerankan dirinya sebagai perencana, pengamat, model,
fasilitator, elaborator, dan evaluator.
b. Sebagai
perencana (designer), guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang diintegrasikan dalam setiap permainan. Guru juga harus mampu merencanakan
pengalaman baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minatnya.
c. Sebagai
pengamat, guru harus melakukan pengamatan terhadap setiap kegiatan anak,
bagaimana interaksi anak dengan benda-benda di sekitarnya.
d. Sebagai
model, guru harus terjun langsung mengikuti kegiatan bermain yang sedang
dilakukan anak-anak sehingga mereka harus memahami berbagai aturan dari setiap
permainan tersebut, serta harus menghargai kegiatan bermain dan setiap
permainan.
e. Sebagai
pasilitator, guru harus dapat memberikan kemudahan kepada anak-anak dalam
melakukan kegiatan bermain. Guru harus menjelaskan aturan-aturan dalam setiap
permainan, menjelaskan cara-cara bermain dan memerankan sesuatu dalam
permainan, guru juga harus membantu anak-anak yang mendapat kesulitan dalam
melakukan permainan tertentu.
f.
Sebagai elaborator, guru
harus melakukan elaborasi. Apalagi ketika anak bermain sebagai dokter, guru perlu
menyediakan alat-alat yang biasanya dipergunakan oleh dokter dalam bentuk
miniatur. Dalam tugasnya sebagai elaborator, guru dapat mengajukan beberapa
pertanyaan yang dapat merangsang perkembangan daya fikir anak, melalui peran
yang dilakukannya.
g. Sebagai
evaluator kegiatan bermain, guru bertugas mengamati dan melakukan penilaian
terhadap kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak sehingga dapat memenuhi
kebutuhan mereka masing-masing.
6.
Sarana
Dan Alat Bermain
Beberapa
komponen yang harus dipersiapkan dalam melakukan kegiatan bermain kelompok
yaitu :
a. Ruang
Dan Tempat Bermain bagi anak
Dalam penyediaan ruang dan tempat bermain
perlu memperhatikan tempat kegiatan bermainyang dapat membantu pengembangan
dimensi perkembangan anak secara seimbang, bermain memerlukan ruang dan tempat
untuk kegiatan : kesenian, pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan alam,
;pengembangan bahasa;bermain musik;bermain drama;membangun atau menyusun
balok-balok; bermain dengan alat-alat permainan dan ‘games’; bermain
pertukangan dan pasir.
Tempat dan ruang bermain dibedakan atas: 1)
tempat dan ruang di dalam kelas; 2) tempat dan ruang di luar kelas. Dalam
menata lingkungan main, perlu diperhitungkan bahwa ruang atau tempat bermain
itu bukan hanya untuk seorang anak melainkan untuk kelompok anak.
b.
Bahan Dan Peralatan Bermain
Bagi Pengembangan Seluruh Dimensi Perkembangan Anak.
Bahan dan peralatan yang disediakan hendaknya merupakan sumber belajar yang dapat
membantu mengembangkan seluruh dimensi perkembangan anak usia dini, yaitu bagi
perkembangan motorik, kognitif, kreativitas, bahas, sosial, perkembangan
emosional.
7.
Rancangan
dan Pelaksanaan Kegiatan Bermain.
Rancangan bermain meliputi
:
a. Menentukan
tujuan dan tema kegiatan bermain.
b. Menentukan
macam kegiatan bermain
c. Menentukan
tempat dan ruang bermain
d. Menentukan
bahan dan peralatan bermain
e. Menentukan
urutan langkah bermain
Langkah-langkah kegiatan
bermain melalui urutan sebagai berikut :
a. Kegiatan
pra bermain
Ada dua macam persiapan dan
kegiatan pra bermain :
1. Kegiatan
penyiapan siswa dalam kegiatan bermain
h. Guru
mengkomunikasikan kepada siswa tujuan dari kegiatan bermain.
i.
Guru mengkomunikasikan
batasan-batasan yang harus dipatuhi siswa
j.
Guru menawarkan peran
kepada masing-masing anak.
k. Guru
memperjelas apa yang harus dilakukan masing
– masing anak.
2. Kegiatan
penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
b. Kegiatan
bermain
c. Kegiatan
penutup
1. Menarik
perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek – aspek penting yang
didapatkan dalam bermain.
2. Menghubungkan
pengalaman anak di rumah dengan kegiatan bermain kelompok disekolah.
3. Menunjukkan
aspek – aspek penting dalam kegiatan bermain kelompok
4. Memahami
seberapa dalam penghayatan anak dalam kegiatan bermain bersama.
8.
Evaluasi
Kegiatan Bermain
Evaluasi dilaksanakan agar guru mendapatkan
umpan balik tentang kualitas keberhasilan dalam kegiatan bermain. Ada beberapa
alasan mengadakan evaluasi kegiatan bermain, dan komponen-komponen penting yang
perlu dievaluasi, alasan mengapa di adakan evaluasi pada kegiatan bermain
diantaranya adalah :
a. Evaluasi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar melalui bermain
b. Tujuan-tujuan
didasarkan pada pengharapan.
c. Evaluasi
menentukan tingkat pencapaian harapan.
Ada komponen-komponen yang selalu tampil
dalam evaluasi yang diklasifikasi sebagai evaluasi yang baik. Berikut ini
dikemukakan kriteria yang dapat berfungsi sebagai pedoman dalam evaluasi:
a. Pertama-tama
kita memilih apa yang akan di evaluasi, kemudian menentukan siapa yang akan
dievaluasi dan dalam situasi apa evaluasi di laksanakan.
b. Menentukan
tujuan evaluasi secara jelas. Mengetahui alasan mengapa kita mengadakan
evaluasi dan manfaat apa yang dapat ditarik dari kegiatan evaluasi tersebut.
c. Menentukan
bagaimana cara mendapatkan data evaluasi tersebut.
d. Mengetahui
kegunaan evaluasi yang diperoleh.
e. Menyatakan
tujuan kegiatan secara jelas.
f.
Tindak lanjut.
B.
KERANGKA BERPIKIR TINDAKAN
Emosi berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu,misalnya emosi
gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan
sebagai keadaan sesuatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan
melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Makna yang paling harfiah terdapat
pada oxford English dictionary mendifinisikan emosi sebagai setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan
meluap-luap.
Perkembangan sosial emosional anak usia 4-5 tahun di BKB PAUD MATAHARI
belum optimal. Oleh karena itulah penulis mencoba
membangun perkembangan sosial emosional anak didik pada kelompok usia 4-5 tahun
melalui permainan kelompok.
C.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan teori diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini sebagai berikut. Melalui bermain kelompok diduga dapat meningkatkan
perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun atau kelompok A BKB PAUD MATAHARI.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui pelaksanaan kegiatan bermain kelompok 4-5 tahun di BKB PAUD
MATAHARI.
2.
Mengetahui bagaimana tingkat perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun di
BKB PAUD MATAHARI setelah dilaksanakan
kegiatan bermain kelompok.
3.
Mengetahui seberapa besar pengaruh bermain kelompok terhadap
perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun di BKB
PAUD MATAHARI.
B.
SETTING PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BKB PAUD
MATAHARI Jl. Patra Kuningan
XV Kuningan Timur Jakarta Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada semester I mulai bulan Agustus sampai
Dengan Desember 2017.
C.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Sukardi (2003 : 19) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian berdasarkan mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian itu.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang didesain secara umum yaitu
penelitian yang dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak
menggunakan metode ilmiah menjadi patokan.
Sedangkan metode penelitian menggunakan metode
penelitian tindakan kelas. Penelitian
ini menggunakn tiga jenis data : kutipan, uraian dan kutipan dokumen
menghasilkan dalam suatu produk : uraian naratif.
Pendekatan kualitatif yang digunakan bertitik balik
dari mengetahui latar belakang oarang tua murid dan hubungan dengan lingkungan
sekitarnya dan kendala upaya merubah paradigma yang salah terhadap pembelajaran
anak usia dini.
Adapun langkah – langkah penelitian penulis melakukan
: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Semua difokuskan ke arah
mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.
D.
Langkah – langkah Penelitian
Siklus I :
a.
Tahapan perencanaan pada
siklus satu diawali dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan
sebelum kegiatan berlangsung. Pada siklus satu dilaksanakan dua kali pertemuan
dalam satu minggu.
b.
Tahapan pelaksanaan
dalam siklus satu dilaksanakan proses belajar mengajar dengan kegiatan bermain
pengelompokan bola. Anak di bagi menjadi 2 kelompok dan masing-masing kelompok
mengumpulkan bola sesuai warna. Sebelumnya guru memberi contoh terlebih dahulu.
c.
Tahapan observasi pada
siklus satu dilaksanakan dengan pengamatan langsung.
d.
Tahapan refleksi pada
siklus satu merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah dilakukan.
Kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi
tindak lanjut dalam perencanaan siklus selanjutnya. Kegiatan evaluasi dan
analisis dibantu oleh satu orang guru dan kepala sekolah (kolaborator). Pada
siklus satu anak masih belum memperlihatkan perkembangan sosial emosinya dalam
hal kerjasama.
Siklus 2 :
- Tahapan perencanaan pada siklus dua diawali dengan langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian dan menyiapkan sarana pendukung.
- Tahap pelaksanaan pada siklus dua dilaksanakan proses belajar mengajar dengan kegiatan mencari pasangan gambar . Guru menunjukkan peragaan dan mencontohkan permainan. Dalam pelaksanaan penelitian dibantu satu orang guru dan satu orang kepala sekolah.
- Tahap observasi pada siklus dua dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, Lembar Kerja siswa, Tanya jawab kepada anak tentang pasangan gambar.
- Tahapan refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan mengevaluasi, anlisis, penjelasan, penyimpulan. Perhatian anak tercurah pada kegiatan mencari pasangan gambar, anak dapat mengikuti dan bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Siklus 3 :
a.
Perencanaan, pada siklus
tiga merupakan pendalaman materi yang telah diberikan pada tindakan siklus 1
dan 2, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH)
b.
Pelaksanaan, siklus 3
difokuskan pada penguatan aspek perkembangan sosial emosional anak . Tindakan siklus 3 merupakan hasil akhir
dari proses pembelajaran pada siklus 1 dan 2.
c.
Pengamatan, peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam
suatu proses belajar mengajar dilakukan tes praktek. Tes praktek dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan anak dalam hal kerjasama dan
perkembangan sosial emosinya.
d.
Refleksi, peneliti dan
pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama
proses pembelajaran penelitian telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka
peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena
sudah memenuhi target yang diharapkan.
E.
Sumber Data
Unit
analisis dalam penelitian ini adalah berupa subjek, yakni siswa usia 4 – 5 tahun
di BKB PAUD Matahari Kuningan Timur, dengan jumlah siswa 11 orang.
F.
Teknik Pengumpulan Data.
Untuk
menggali, menghimpun dan menghitung fakta-data hasil penelitian penulis mempergunakan instrument sebagai berikut :
(1).
Observasi ( Pengamatan cermat) oleh peneliti, yaitu dengan cara mencermati
kondisi objek yang diteliti utamanya dalam hal fakta yang terjadi di lapangan ,
yaitu data pengajar yang berkwalitas, letak sekolah, ruang kelas, alat peraga,
media belajar, administrasi, kurikulum dan lain-lain
(2).
Wawancara terbuka dengan kepala sekolah dan guru kelas kelompok umur 4-5 tahun.
(1).
Dokumentasi, yaitu data yang dimiliki oleh objek yang diteliti, seperti rapor,
hasil pengamatan guru kelas, dan lain-lain.
G.
Teknik Analisa Data
- Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama
peneliti kelapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
- Deskripsi data
Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendiskripsikan data, dalam
penelitian kuantitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table atau
grafik. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun
dalam pola hubungan, sehingga akan semakin udah untuk dipahami.
3. Verifikasi data
Langkah ke tiga dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal.
H. Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan dan
kebenaran data, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
a.
Memeriksa kembali
keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dengan
cara mengkonfirmasikan dengan guru, praktisi, mitra peneliti, dan anak didik
melalui tanya jawab di akhir tindakan.
b.
Memeriksa kebenaran data
yang diperoleh peneliti secara kolabortif
c.
Mengecek kebenaran
prosedur dan metode yang dipakai peneliti serta kesimpulan yang diambil oleh
peneliti dengan cara mendiskusikannya bersama guru dan pembimbing.
d.
Diskusi dengan guru kelas.
I. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Indikator untuk mengukur prestasi dan
keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana perkembangan emosi anak melalui
kegiatan bermain kelompok. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah apabila kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan
berhasil apabila terjadi perubahan yaitu, berupa peningkatan kemampuan yang
diperoleh anak. Peningkatan kemampuan dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap
aspek kemampuan yang dikembangkan yaitu apabila 80 % dari jumlah anak
memperlihatkan indikator dalam persentase yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar