MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI
METODE BERCAKAP-CAKAP DENGAN MEDIA
GAMBAR
PADA ANAK KELOMPOK A PAUD
EDELWEISS
RW. 04 KELURAHAN MENTENG ATAS
PROPOSAL
PENELITIAN
Diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat
Mata
kuliah “Metodologi Penelitian”
Dosen : Iswadi,
M.Pd
Disusun
Oleh :
SRI SUDARYATI
NPM : 20158400234
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan, ridho serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul : “Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Dengan Media Gambar Pada
Anak Kelompok A Paud Edelweiss RW. 04 Kelurahan Menteng Atas”.
Penulis menyadari bahwa
tulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya suatu usaha maksimal, bimbingan
serta bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah
ini.
Semoga tugas karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan memberikan manfaat bagi
pengembangan dunia pendidikan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan
Jakarta,
Desember 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masing-masing
anak usia dini selalu memiliki karakteristik atau keuikan tersendiri.
Karakteristik dan keunikan yang dimiliki anak usia dini itulah yang membedakan
setiap anak dengan usia di atasnya. Pendidikan anak usia dini berbeda dengan
pendidikan yang lainya, dalam pendidikan anak usia dini, guru memfasilitasi
atau mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Anak usia dini yang
berkembang pada masa peka, selalu aktif dalam beraktifitas dan rasa ingin
tahunya yang besar maka pada masa tersebut segala potensi dan perkembangan anak
usia dini harus dioptimalkan perkembangannya.
Potensi
dan perkembangan pada anak usia dini harus difasilitasi dengan baik dan
dioptimalkan melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai
suatu proses pendidikan di masa usia emas (the
goledn age). Pendidikan yang tepat untuk mengasah kemampuan anak dan
mengoptimalkan potensi dan perkembangna anak usia dini yaitu Pendidikan Anak
Usia Dini.
Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (Partini, 2010:1-2).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai dasar
pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan anak untuk memasuki
tahapan-tahapan selanjutnya. Guru dan orangtua harus saling bekerjasama untuk
mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini agar nantinya
menjadi individu yang berguna, terampil dan mandiri. Pada masa ini proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti : fisik,
sosial-emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia (Berk dalam Sofia Hartati 2005:5).
Pentingnya
pendidikan untuk anak usia dini sehingga pendididikan yang diberikan untuk anak
haruslah dapat mengembangkan semua aspek bidang pengembangan. Salah satu bidang
pengemabgan pada PAUD adalah pengembangan bahasa. Pengembangan bahasa yang
harus dikuasai oleh para peserta didik salah satunya yaitu berbicara.
Pengembangan bahasa sering kali mencakup perkembangan persepsi, ekspresi,
adaptasi, pengertian, imitasi, sehingga perkembangan bahasa Anak Usia Dini
(AUD) perlu mendapat perhatian. Kemampuan berbahasa tergantung pada sel
kematangan sel korteks, dukungan
lingkungan, dan keterdidikan lingkungan (Tadkrioatun Musfiroh, 2005:8).
Anak-anak
terkadang memiliki gagasan yang sangat banyak, akan tetapi anak belum mampu
mengungkapkannya. Hal ini terjadi karena kemampuan bicaranya masih sangat
terbatas dan jumlah kosa kata yang dimiliki anak masih terbatas (Vygotsky dalam
Harus, 2009:130). Keterbatasan jumlah kota kata yang dimiliki anak dapat
disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan guru, orang tua maupun
lingkungan jika tidak segera dikembangkan atau diberi stimulus maka akan dapat
berdampak pada perkembangan aspek yang lainnya.
Anak
usia dini harus dilatihkan untuk berani mengungkapkan yang dirasakan dan
dipikirkan, sehingga pada nantinya anak tidak akan pemalu, mudah mengungkapkan
pendapat di depan banyak orang, dan mudah berinteraksi. Selain itu pentingnya
keterampilan berbicara yang baik, akan memperoleh keuntungan sosial pada usia
berikutnya. Oleh karena itu pengembangan berbahasa, yaitu berbicara harus
dioptimalkan dan dikembangkan sejak usia dini.
Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan di kelompok A PAUD EDELWEISS, perkembangan
bahasa yaitu kemampuan berbicara di Kelompok A PAUD EDELWEISS belum optimal dan
masih perlu peningkatan. Beberapa anak belum mampu mengkomunikasikan yang
terjadi pada diri sendiri dan di lingkungan, mengungkapkan ide, berbicara
dengan berani. Terbukti dalam proses kegiatan ketika anak menceritakan gambar
yang dibuat sendiri, ada anak masih kurang berani berbicara di depan kelas
sehingga menyebabkan kata-kata yang diucapkan tidak jelas dan tidak lancar.
Beberapa anak sudah terampil berbicara atau atau mengungkapkan sesuatu hal yang
ada di pikirannya, anak mampu berbicara dengan lancar, namun hal itu hanya
dilakukan dengan sesama teman yang akrab dan anak yang sedikit pemalu terkadang
dapat mengkomunikasikan sesuatu dan berani berbicara namun jarang dilakukan.
Metode
yang dipilih dan digunakan oleh guru belum mampu menarik minat anak, terbukti
ketika kegiatan pembelajaran anak-anak kurang fokus memperhatikan guru dan anak
kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang
kurang sesuai dengan kebutuhan anak, terbukti dengan penggunaan Lembar Kerja
Anak dalam kegiatan berbahasa, yaitu anak menghubungkan gambar dengan tulisan
di Lembar Kerja Anak sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbicara yang sesuai konteks kegiatan. Sebelumnya guru menjelaskan dengan
menggunakan papan tulis yang kecil dan Lembar Kerja Anak dalam menyampaikan
kegiatan pembelajaran.
Guru
hanya menggunakan buku cerita, majalah, lembar kerja anak ketika kegiatan
bercerita. Kegiatan bercerita dilakukan dengan posisi duduk harapan anak akan
mendengarkan guru namun anak sering tidak terkondisikan atau berbicara sendiri dengan teman. Sehingga ketika guru
bertanya, anak kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita yang disampaikan
guru, terjadi karena kegiatan pembelajaran sepenuhnya berpusat pada anak.
Melihat
permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti bekerjasama dengan guru
mencoba menggunakan metode bercakap-cakap untuk melatih bicara anak. Media
pembelajaran atau alat permainan edukatif perlu dibuat semenarik mungkin untuk
membantu mengoptimalkan kemampuan berpikir dan keterampilan berbicara dengan
orang disekitarnya, orang tua dan guru. Media yang diharapkan menarik ini,
yaitu media gambar.
Metode
bercakap-cakap merupakan salah satu aktivitas untuk menstimulasi perkembangan
berbicara, meningkatkan perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa
(Moeslichatoen, 2004:94). Metode bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi, keterampilan melakukan kegiatan bersama, menyatakan perasaan,
serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal (Moeslichatoen, 2004:26).
Metode bercakap-cakap berupa kegiatan dialog dan monolog yang dilakukan antara
guru dan anak, anak dengan anak. Atau anak mengungkapkan berpendapat di depan
kelas. Metode bercakap-cakap dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran, guru
menjelaskan tema kegiatan pada hari tersebut dan memberikan informasi-informasi
kepada anak dan diharapkan anak dapat menanggapi pernyataan dari guru, anak
dapat berpendapat atau mengungkapkan gagasannya, dan anak berani berbicara
dengan lancar dan berani. Dalam guru melaksanakan metode bercakap-cakap akan
lebih menarik minat dan perhatian anak apabila diimbangi dengan media
pembelajaran yang mendukung untuk pelaksanaan metode bercakap-cakap. Media
pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan pesan (bahan pembelajaran),
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Enny Zubaidah,
2003:13).
Media
pembelajaran yang tepat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap
ialah media gambar. Gambar merupakan alat visual yang mudah didapat untuk
memberikan penggambaran visual yang konkret bagi peserta didik tentang masalah
yang digambarkannya sehingga dapat menangkap ide dan informasi lebih jelas
daripada dengan kata-kata (Supartinah, 2011:45).
Berdasarkan
latar belakang di atas, kegiatan pembelajaran anak harus menyenangkan dan
berpusat pada anak sehingga dapat meningkatkan. Keterampilan berbicara. Salah
satu metode pembelajaran yang menarik dapat melalui metode bercakap-cakap
dengan media gambar yang dikarenakan dalam penggunaan metode bercakap-cakap
anak dapat menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal dan media gambar yang
diikutsertakan dalam metode bercakap-cakap dapat merangsang pembicaraan y ang
baik. Oleh karena itu metode bercakap-cakap dengan media gambar yang diterapkan
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak Kelompok A PAUD
EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai
beriktu :
1. Keterampilan
berbicara di kelompok A PAUD EDELWEISS
RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.belum sesuai dengan harapan.
2. Kurangnya minat anak dalam bercakap-cakap.
3. Media
pembelajaran yang digunakan guru belum efektif.
4. Kurangnya fasilitas media bergambar
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah nomor 1 dan 4 yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti membatasi masalah pada penggunaan metode pembelajaran yang dipilih dan
digunakan guru belum efektif dan
kurangnya fasilitas media bergambar di
kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04
Kelurahan Menteng Atas.
D.
perumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini “Bagaimana
meningkatkan keterampilan berbicara pada anak melalui metode bercakap-cakap
dengan media gambar pada anak Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.
E.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diperoleh
dari penelitian ini adalah :
1. Bagi
PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng
Atas
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukand alam
pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah terutama mengenai upaya peningkatan
keterampilan berbicara.
2. Bagi
Guru PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan
Menteng Atas
Memberikan masukan bagi guru tentang metode-metode yang
dapat menunjang keberhasilan kemampuan bericara melalui metode bercakap-cakap.
3. Bagi
Anak
Mengembangkan keterampilan berbicara dan
mengembangkan potensi anak dalam mengungkapkan pendapat atau pemikiran,
berinteraksi dan berkomunikasi kepada orang lain.
F.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar pada
Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04
Kelurahan Menteng Atas.
G.
Definisi
Operasional
1.
Siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas
Siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas berjumlah 9
anak, terdiri empat siswa laki-laki dan lima siswa perempuan. Siswa Kelompok A
PAUD EDELWEISS Kelurahan Menteng Atas berada pada rentang usia 4 – 5 tahun.
2.
Peningkatan keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan anak untuk
berkomunikasi sesuai yang dipikirkan dan dirasakan serta berinteraksi dengan
lingkungan dan orang lain dengan mengungkapkan kata-kata atau bunyi-bunyi
tertentu dengan jelas dan baik. Indikator keterampilan berbicara di kelompok A
PAUD EDELWEISS yaitu anak dapat berbicara lancar, sederhana dan dipahami orang
lain (teman maupun guru), keterampilan bercerita mengenai gambar yang
disediakan guru, anak dapat menjawab pertanyaan “apa, mengapa, dimana, siapa,
kapan, dan seterunsya”. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi dengan lembar observasi dan dokumentasi.
3.
Metode bercakap-cakap dengan media
gambar
Metode bercakap-cakap dengan media gambar dalam
penelitian ini adalah suatu kegiatan dialog dan monolog, dialog dilakukan
antara anak dan guru atau antara anak dengan anak dan monolog yang berupa
setiap anak (masing-masing anak) mengutarakan pendapat mengenai gambra atau
bercerita dihadapan teman-temanya. Media gambar yang digunakan ialah gambar
yang sesuai dengan tema lingkunganku dan subtema keluarga dan lingkungan
sekitar. Gambar yang digunakan diambil dari majalah kemudian diperbesar sesuai
kebutuhan dengan ukuran kertas A4 ukuran 21 x 29, 7 cm diatas kertas putih dan
dilapisi karton dibawahnya dengan warna-warna yang menarik. Media gambar
digunakan oleh guru dengan cara ditunjukkan kepada siswa selama kegiatan
pembelajaran dan setiap anak juga memegang gambar yang disediakan guru, dengan
ukuran yang lebih kecil.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Tentang Anak PAUD
1. Pengertian Anak PAUD
Kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dimulai dari usia dini sebagai masa the golden age hingga sepanjang hayat.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan snagat fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dengan orang
dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang
dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Anak juga
bersifat egosentris memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan mahluk
sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan
merupakan masa yang paling potensial untuk belajar (Sofia Hartati, 2005:7).
Agar
lebih jelas tentang anak usia dini dibawah ini akan diuraikan batasan
pengertian anak usia dini berdasrakan pandangan yang berbeda-beda. Menurut
NAECY (Sofia Hartati, 2005:1) Anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0 – 8 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak
usia dini adalah manusia yang unik. Sedangkan menurut (Slamet Suyanto, 2005:7)
mengemukakan bahwa anak usia dini sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan fisik maupun mental yang sangat pesat.
Dari
beberapa pendapat di ata anak usia dini adalah sosok individu yang berada pada
rentang usia 0 – 8 tahun dan berada pada tahap pertumbuhan maupun perkembangan
fisik sehingga baik untuk diberi stimulus-stimulus agar seluruh aspek
perkembangan yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik. Untuk
mengembangkan seluruh aspek anak maka dibutuhkan metode pembelajaran dan media
pembelajaran yang sesuai dengan anak. Anak usia dini dalam penelitian ini yaitu
anak-anak yang berada pada rentang usia 5 hingga 6 tahun.
2. Karakteristik Anak PAUD
Seto
Mulyadi dalam workshop Nasional (2010:3-4) mengemukakan bahwa anak merupakan
individu yang unik, setiap anak dlihat sebagai individu yang memiliki
potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan
berharga. Keunikan tersebut ialah : (1) bukan orang dewasa mini, (2) dunia
bermain, (3) berkembang, (4) senang menirut, (5) kreatif. Berikut penjabarannya
:
1) Anak
bukan orang dewasa mini yaitu anak memiliki keterbatasan-keterbtasan bila harus
dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam menghadapi anak-anak
dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi.
2) Dunia
bermain yaitu dunia yang penuh spontanitas dan menyenangkan.
3) Berkembang,
anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis.
4) Senang
meniru, anak-anak meniru karena salah satu proses pembentukan tingkah laku
mereka diperoleh dengan cara meniru.
5) Kreatif,
anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Misalnya : rasa ingin tahu yang besar,
imajinasi yang tinggi, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal baru.
Selain
itu menurut Ramli (2000:185:186) karakteristik masa usia PAUD yaitu : (1) masa
usia prasekolah, (2) masa prakelompok, (3) masa meniru, (4) masa bermain.
1) Masa
usia prasekolah yang artinya anak-anak belum belajar keterampilan akademik
secara formal seperti di sekolah dasar, melainkan pada usia ini anak-anak
dibantu mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.
2) Masa
prakelompok karena pada masa ini anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan
yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial kelompok.
3) Masa
meniru, dikarenakan pada masa ini anak suka sekali menirukan pola perkataan dan
tindakan orang-orang disekitarnya.
4) Masa
bermain, pada masa ini anak menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain
dengan mainannya dan bermain untuk mengeksplorasi lingkungan.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa karakteristik anak usia dini
adalah anak sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik berbeda dengan
orang dewasa, anak bukan orang dewasa mini sehingga tidak diperlakukan seperti
orang dewasa pada umumnya, anak memiliki dunia bermain yang menyenangkan,
kreatif dan senang meniru. Peniruan dilakukan sebagai proses pembentukan
tingkah laku dan akan mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan sesuai
usianya. Karakteristik anak PAUD dalam penelitian ini yaitu anak-anak yang
berada dalam masa bermain, suka bermain dengan teman sebaya, senang meniru dan
kreatif.
3. Perkembangan Bahasa Anak PAUD
a.
Tinjauan Bahasa Anak Usia 4 – 5
tahun
Manusia
sebagai mahluk sosial yang acapkali selalu berinteraksi antar sesama manusia.
Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi antar individu, yang memegang peranan
penting sejak individu masih berada pada usia dini. Bahasa dapat didefinisikan
sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk
menyampaikan konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan
kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan (Robert E. Owen dalam Conny R. Semiawan, 2008:111).
Sedangkan menurut (Suhartono, 2005:8) bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan, serta
sikap manusia.
Selain
itu Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005:1.8)
mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk menstranfer
berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun
verbal. (Efendi dalam Septia Sugiarsih, 2010:28) mengemukakan bahwa bahasa
dianggap sebagai alat-alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran
dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat
abstrak.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa bahasa adalah simbol-simbol maupun rangkaian
bunyi untuk menyampaikan konsep menstransfer ide, informasi dan mampu
membawakan pikiran dan perasaan yang bersifat konkrit maupun abstrak. Bahasa
dalam penelitian ini merupakan sistem simbol visual maupun verbal dan rangkaian
bunyi untuk menyampaikan konsep, ide maupun pikiran, dalam hal ini bahasa yang
digunakan did alam penelitian ini yaitu berbicara. Berbicara merupakan
rangkaian bunyi atau verbal untuk menyampaikan konsep, ide maupun pikiran ke
orang lain.
b.
Perkembangan
Bahan Anak Usia 4 – 5 tahun
NAEYC
(Tadkiroatun Musfiroh, 2005:83) mengemukakan perkembangan bahasa anak usia 5 –
6 tahun adalah :
a) Menggunakan
kosakata 5000 kata menjadi 8000 kata; b) Sering memainkan kata-kata; c)
Mengalami kendala dalam mengucapkan fonem tertentu; d) Menggunakan kalimat
lengkap dan kompleks; e) Tidak terlalu sering menyela pembicaraan orang lain
apabila kurang menarik; f) dapat berbagi cerita; g) Mengenali kata-kata dari
lagu; h) Mengingat baris-baris puisi sederhana; i) Lancar dalam mengungkapkan
ide; j) Mampu mengungkapkan cerita kembali dengan peragaan.
Selain
itu (Rosmala Dewi, 2005:17) mengemukakan mengenai tahapan bahasa anak usia 5 –
6 tahun, yaitu :
a. Menirukan
kembali 2 s/d 4 urutan angka, urutan kata.
b. Mengikuti
1 s/d 2 perintah sekaligus.
c. Menggunakan
dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, bagaimana, dan sebagainya.
d. Bicara
lancar dengan kalimat sederhana.
e. Bercerita
tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana.
f. Menceritakan
kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru.
g. Memberikan
keterangan / informasi tentang suatu hal.
h. Memberikan
batasan berapa kata / benda.
i.
Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama
benda, binatang, tanaman.
j.
Menceritakan gambar yang telah
disediakan.
Sedangkan
menurut (Harun Rasyid, 2009:134) umur 5 – 6 tahun dapat membedakan berbagai
jenis suara, mengenal masing-masing bunyi huruf, menyatakan kalimat yang
terdiri 6 sampai 10 kata, mengerti dan melaksanakan tiga perintah, menjawab
dengan kalimat lengkap, menyebutkan nama benda dan fungsi beserta aslinya, belajar membaca,
mengenal masing-masing bunyi huruf, menyatakan dalam kalimat komplek, mengerti
dan melaksanakan tiga perintah,
mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan kalimat kompleks.
Jadi
menurut beberapa pendapat di atas yang telah dikemukakan bahwa keterampilan
berbicara termasuk ke dalam pengembangan bahasa, pada usia tertentu
perkembangan bicara anak sudah berkembang dan dapat mulai bercakap-cakap.
Sehingga dalam pengembangan bahasa anak dibatasi pada peningkatan keterampilan
berbicara. Perkembangan bahasa anak usia 5 – 6 tahun dalam penelitian ini
mencakup anak dapat menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa,
dimana, bagaimana dan sebagainya, bicara lancar dengan kalimat sederhana dan
menceritakan gambar yang telah disediakan.
4. Kajian keterampilan berbicara pada
anak PAUD
a.
Pengertian
keterampilan berbicara pada anak PAUD
Berbicara
secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan
atau isi hati) seseorang kepada orang lain menggunakan bahasa lisan sehingga
maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Suhartono, 2005:20). Sedangkan
menurut (Saleh Abbas, 2006:83) mengemukakan
bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Selain itu menurut (Hurlock, 1978:176) berbicara merupakan bentuk
bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk
menyampaikan maksud.
Berbicara
adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan (Nurgiyantoro dalam Septia
Sugiarsih, 2010:31). Menurut (Mustakim, 2005:130) bahwa keterampilan berbicara
berbahasa ekspresif atau produktif usia PAUD menunjukkan anak suka bertanya terhadap
hal-hal baru, menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dengan alasan yang
tepat, dan aktif berbicara terhadap hal-hal yang baru. Anak-anak usia PAUD suka
mengajukan beberapa pertanyaan, karena pada masa itu anak memiliki rasa ingin
tahu yang besar. Berbicara merupakan kebutuhan manusia, dengan berbicara
manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan, belajar dengan lingkungan dan
mengkomunikasikan apa yang ingin diungkapkan. Dari berbicara manusia dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk hidup.
Berbicara sangatlah penting, oleh karena itu keterampilan berbicara harus
diajarkan sejak anak usia dini. Masa keemasan pada anak usia dini, menjadikan
anak berada pada tahapan yang kritis, dengan anak dilatihkan keterampilan berbicara
maka anak akan dengan mudah mengekspresikan ide, mampu mengutarakan ide,
gagasan, pemikiran kepada lingkungan atau orang lain.
Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa pengertian keterampilan
berbicara adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan maksud atau
mengkomunikasikan apa yang ada dipikirannya dan perasaannya, berinteraksi
dengan lingkungan dan orang lain dengan mengucapkan kata-kata atau bunyi-bunyi
tertentu dengan tepat, jelas dan baik. Telah disebutkan datas bahwa berbicara
untuk menyampaikan maksud atau berinteraksi dengan lingkungan, dalam hal ini
kaitannya sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada masa selanjutnya,
oleh karena itu peningkatan keterampilan berbicara perlu untuk dikembangkan.
Beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dan setelah diolah oleh peneliti
maka pengertian-pengertian tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan instrumen peningkatan keterampilan berbica.
Berbicara
dalam penelitian ini yaitu kemampuan anak untuk menyampaikan maksud atau ide,
gagasan, dan perasaan dengan mengucapkan kata-kata dihadapan teman sebaya
maupun guru.
b.
Karakteristik
berbicara pada anak PAUD
Nurbiana
Dhieni (2005:3.7) mengemukakan berbicara pada anak usia 4 – 5 tahun yaitu
kemampuan anak dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan
secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin
dan umurnya, menggunakan kata sambung, menggunakan kata tanya, membandingkan
dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari
tiga kalimat, mengenal tulisan sederhana, berbicara dapat dilakukan dengan
bantuan orang dewasa melalui percakapn. Berbicara merupakan salah satu aspek dalam
berbahasa dan perkembangan berbicara harus dilatihkan dan dikuasai oleh peserta
didik karena keterampilan berbicara akan menunjang keterampilan lainnya (Septia
Sugiarsih, 2010:29).
Anak
usia 4 – 5 tahun, menggunakan rata-rata 4 atau 5 kata dan bisa berbentuk
deklaratif, interogatif, atau imperatif selain itu anak pada usia tersebut
menggunakan perkataan pribadi sebagai cara mengungkapkan fantasi dan emosi
(Papalia, 2009:361). Selanjutnya Suhartono (2005:43) mengatakan pada waktu anak
masuk pendidikan anak usia dini, anak telah memiliki sejumlah besar kosakata.
Mereka sudah dapat membuat pertanyaan negatif, kalimat majemuk dan berbagai
bentuk kalimat. Anak-anak memahami kosakata lebih banyak, anak-anak dapat
bergurau, bertengkar dengan teman-temanya dan berbicara sopan dengan orang tua
dan guru.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa setiap usia anak memiliki
tahapan perkembangan berbicara yang harus dikembangkan. Pengembangan berbicara
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara, dan dalam peningkatan
keterampilan berbicara harus menetapkan beberapa indikator yang akan digunakan
dalam instrumen penelitian setelah diolah oleh peneliti dengan menggabungkan
dalam instrumen penelitian setelah diolah oleh peneliti dengan menggabungkan beberapa
pendapat mengenai pengertian berbicara dan karakteristik berbicara di atas
yaitu anak dapat berbicara dengan lancar dan dipahami orang lain dengan kalimat
yang sederhana, anak dapat menjawab pertanyaan (apa, berapa, dimana, mengapa,
bagaimana) dari guru, dan anak dapat mengutarakan pendapat mengenai gambar yang
disediakan guru. Karakteristik berbicara pada penelitian ini yaitu anak dapat
berbicara lancar, menjawab pertanyaan dan bercerita mengenai gambar.
Karakteristik tersebut dijadikan acuan untuk membuat indikator.
5. Tujuan pengembangan berbicara pada
anak PAUD
Berbicara
pada anak harus sudah dikembangkan sejak anak berusia dini karena pada nantinya
berbicara dapat mengembangkan aspek-aspek yang lain dan anak dapat berinteraksi
menggunakan bahasa lisan yang baik.
Menurut
Suhartono (2005:122) Tujuan pengembangan biara ialah
(1) anak dapat
melafalkan bunyi balasan yang digunakan secara tepat; (2) agar anak mempunyai
perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi; dan (3) agar
anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan.
Dari
pendapat yang dikemukakan oleh Suhartono dapat ditegaskan bahwa tujuan dari
pengembangan yaitu diharapkan anak mampu mengucapkan bunyi bahasa dengan tepat
dan memiliki banyak perbendaharaan kosakata sehingga anak dapat menggunakan
kalimat secara baik ketika berkomunikasi.
Selain
itu Tarigan (2008:16) menyatakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Melalui berkomunikasi anak dapat bertukar pendapat, sehingga
pengetahuan akan anak bertambah melalui percakapan. Sementara itu (Nurbiana
Dhieni, 2005:3.5) mengemukakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk
memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang.
Sedangkan
menurut Hartono (Suhartono, 2005:123) terdapatlima tujuan umum dalam
mengembangkan berbicara anak, yaitu :
1.
Memiliki
perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari.
2.
Mau
mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat.
3.
Mampu
mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat.
4.
Berminat
menggunakan bahasa yang baik.
5.
Berminat
untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan.
Berdasarkan
pendapat tersebut mengenai tujuan umum pengembangan berbicara dapat ditegaskan
bahwa berbicara bertujuan memiliki perbendaharaan kata yang cukup serta
mengungkapkan pendapat dengan lafal yang tepat sehingga menimbulkan minat untuk
menggunakan bahasa yang baik.
Dalam
kurikulum PAUD (2010:17) bahwa pengembangan berbahasa yang di dalamnya terdapat
aspek berbicara yang sederhana bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran
melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif
dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Dari kurikulum 2010 tersebut yang
diterapkan dalam PAUD, pengembangan berbicara harus dioptimalkand engan harapan
anak dapat mengungkapkan atau mengutarakan pendapat (pemikiran) dengan bahasa
atau kalimat yang sederhana sehingga dapat berkomunikasi dengan efektif dan
anak dapat menggunakan bahasa yang benar.
Beberapa
uraian mengenai tujuan pengembangan berbicara pada anak di atas yaitu
pengembangan berbicara bertujuan agar anak dapat mengkomunikasikan apa yang
ingin diungkapkan, memiliki banyak perbendaharaan kata, mengutarakan ide atau
berpendapat dengan kalimat yang sederhana dan dapat berinteraksi menggunakan
bahasa lisan yang baik dan lancar.
Sesuai
dengan tujuan pengembangan berbicara yang di paparkan di atas maka interaksi
ketika pembelajaran keterampilan berbicara anak usia dini harus dikemas secara
menyenangkan, nyaman, perhatian dan fokus terhadap tujuan kebutuhan anak (Harun
Rasyid, 2009:41). Menyenangkan, nyaman, perhatian dan fokus terhadap tujuan
kebutuhan anak maka akan menimbulkan proses interaksi yang tidak hanya berpusat
pada guru, sehingga anak dengan teman sebaya maupun anak dengan guru menjalin
komunikasi yang bagus dan kosakata yang dimiliki anak semakin bertambah.
Slamet
Suyanto (2005:172) menyatakan bahwa untuk melatih anak berkomunikasi secara
lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi
dengan teman dan orang lain. Agar anak dapat berinteraksi dengan teman atau
lingkungan atau guru, maka guru dapat merancang kegiatan menggunakan metode
yang mengandung interksi antar keduanya. Dalam metode bercakap-cakap tiap anak
yang terlibat di dalamnya ingin membicarakan segala sesuatu yang diketahui,
dimiliki, dan yang dialami, anak ingin membicarakan benda-benda, orang-orang
dan peristiwa yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan (Moeslichatoen,
2004:91).
Uraian
di atas dapat ditegaskan bahwa untuk mengembangkan komunikasi lisan atau
berbicara maka harus dengan kegiatan yang melibatkan interaksi anak dengan
teman dan lingkungan dan dalam interaksi yang melibatkan keduanya dapat dengan
metode bercakap-cakap karena dengan penerapan metode bercakap-cakap anak yang
terlibat di dalamnya ingin membicarakan segala sesuatu namun harus dengan
bimbingan guru. Tujuan pengembangan kemampuan berbicara dalam penelitian ini
diharapkan anak memiliki perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi
sehari-hari, mengungkapkan pendapat dengan lafal yang tepat, selain itu
diharapkan anak-anak mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat yang
diucapkan orang lain.
6. Metode Bercakap-cakap dengan Media
Gambar
a. Pengertian
Metode Bercakap-cakap
Metode
dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara
guru menggunakan metode pembelajaran (Winta Sanjaya, 2008:147). Trianto
(2011:94) menjelaskan bahwa metode bercakap-cakap berupa kegiatan
bercakap-cakap atau bertanya jawab antara anak dan guru atau anak dan anak.
Selanjutnya Moeslichatoen (2004:39) mengemukakan bahwa bercakap-cakap adalah
saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal selain
itu bercakap-cakap mempunyai arti mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif. Sementara (Diah Harianti, 1994:19) menyatakan bahwa metode bercakap-cakap
adalah percakapan antara guru dengan murid atau murid dengan murid tentang
sesuatu topik tertentu yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbicara
dan mendengarkan anak.
Sedangkan
menurut (Dwi Yulianti, 2010:36) metode bercakap-cakap sebagai cara untuk
menyampaikan pelajaran dalam bentuk tanya jawab antara siswa dengan guru atau
siswa dengan siswa. Moeslichatoen (2004:92) mengemukakan bahwa bercakap-cakap
berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak
melalui kegiatan monolog dan dialog. Berdasarkan pendapat diatas dapat
ditegaskan bahwa metode bercakap-cakap adalah suatu cara atau kegiatan
penyampaian bahan pengembangan yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab dalam
upaya untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan antara anak dan guru atau anak
dan anak. Dengan metode bercakap-cakap yang dilakukan diharap dapat
meningkatkan keterampilan berbicara, karena dalam pelaksanaan metode
bercakap-cakap dapat berkomunikasi antara anak dengan guru atau anak dengan
anak.
Metode
bercakap-cakap dalam penelitian ini berupa anak-anak melakukan percakapan
antara guru dengan anak, atau anak dengan anak yang lain, dalam percakapan
tersebut terdapat kegiatan tanya jawab (menjawab pertanyaan dari guru, teman
dan memberikan pertanyaan kepada teman atau guru). Selain itu anak
mengkomunikasikan pikiran secara verbal, yang dilakukan dalam kegiatan anak
bercerita gambar yang disediakan guru.
b. Manfaat
Metode Bercakap-cakap
Moeslichatoen
(2004:95) mengemukakan beberapa manfaat penting yang dapat dirasakan dalam
penerapan metode bercakap-cakap antara lain :
a.
Meningkatkan
keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan
berbahasa secara ekspresif; menyatakan pendapat, menyatakan perasaan,
menyatakan keinginan, dan kebutuhan secara lisan;
b.
Meningkatkan
keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh
diri sendiri dan anak lain;
c.
Meningkatkan
keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya
agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan;
d.
Dengan
seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya,
dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak
membangun jati dirinya;
e.
Dengan
seringnya kegiatan bercakap-cakap diadakan, semakin banyak informasi baru yang
diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain. Penyebaran
informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan anak tentang tujuan dan tema
yang diterapkan guru.
Dari
pendapat yang dikemukakan oleh Moeslichatoen dapat ditegaskan bahwa manfaat
dari penggunaan metode bercakap-cakap yaitu anak berani dalam mengaktulisasi
diri, menyatakan pendapat atau mengutarakan ide dan perasaan secara lisan.
Montolalu
(2010:10.23) mengemukakan manfaat dari metode bercakap-cakap yaitu :
a.
Meningkatkan
keberanian anak berbicara
b.
Melatih
kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaran dan menangkap pesan dari orang
lain
c.
Membangun
citra diri / konsep diri yang positif
d.
Meningkatkan
perbendaharaan kosakata yang dimiliki anak
Dari
pendapat yang diuraikan Montolalu dapat ditegaskan bahwa dengan penerapan
metode bercakap-cakap dapat meningkatkan perbendaharaan kosakata sehingga
meningkatkan keberanian anak dalam berbicara. Menurut (Dwi Yulianti 2010:37)
bahwa metode bercakap-cakap bermanfaat untuk (1) meningkatkan keberanian anak,
(2) memperoleh pengetahuan dan wawasan, (3) menjalin hubungan sosial.
(1) Meningkatkan
keberanian anak, dalam menerapkan metode bercakap-cakap akan bermanfaat
meningkatkan keberanian anak dalam menyatakan perasaannya, keinginannya,
kebutuhan secara lisan. Dalam penerapan metode ini dapat menciptakan suasana
yang aktif untuk berdialog antara anak dengan anak, maupun anak dengan guru
sehingga dengan begitu keberanian anak dapat dirangsang dengan baik dan meningkat.
(2) Memperoleh
tambahan pengetahuan dan wawasan, dalam hal ini tambahan pengetahuan dan
wawasan yang diperoleh anak mengenai tema yang telah diajarkan guru. Anak dan
guru, maupun anak dan anak dapat saling mengkomunikasikan pendapat sehingga
pengetahuan dan wawasan yang dimiliki anak akan semakin berkembang.
(3) Menjalin
hubungan sosial, dengan metode bercakap-cakap anak dapat menjalin hubungan
sosial yang menyenangkan dengan anak yang lain maupun dengan guru.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, manfaat dari metode bercakap-cakap adalah
meningkatkan keberanian untuk berpendapat maupun berbicara, menambah informasi
dan wawasan, meningkatkan kosakata pada anak, menjalin hubungan sosial yang
menyenangkan. Dengan penerapan metode bercakap-cakap maka peluang keberanian
anak untuk berpendapat sangat besar, selain itu dengan tambahan informasi dan
kosakata yang didapat anak maka diharapkan keterampilan berbicara akan
meningkat. Dalam penelitian ini, manfaat dari penerapan metode bercakap-cakap
diharapkan dapat meningkatkan keberanian untuk berbicara, mengemukakan
pendapatnya di depan teman maupun guru, dapat menambah kosakata pada anak,
selain itu diharapkan dapat melatih kemampuan anak untuk mendengarkan
pembicaraan orang lain.
7. Media Gambar dalam Metode
Bercakap-cakap
a.
Pengertian
Media Gambar
Mulyani
Sumantri dan Johar Permana (1999:183) media gambar adalah hasil potretan dari
berbagai peristiwa / kejadian, objek, yang dituangkan dalam bentuk
gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol maupun gambaran. Selanjutnya Sudjana
dan Rivai (Supartinah, 2009:10) mengemukakan bahwa gambar merupakan pesan visual yang paling sederhana, praktis, mudah
dibuat, dan banyak diminati peserta didik terlebih gambar berwarna. Cucu
Eliyawati (2005:115) berpendapat bahwa gambar diam atau gambar mati adalah
gambar-gambar yang disajikan secara fotografik misalnya gambar tentang manusia,
binatang, tempat atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan / isi tema
yang diajarkan dan bersifat tunggal namun ada yang berseri.
Agus
F. Tangyong, dkk (1994:149) mengemukakan gambar yang digunakan dapat berupa
gambar bermacam-macam gerak sesuai dengan jenis kata yang dikehendaki (kata
kerja), gambar bermacam-macam benda yang diperlukan (jenis kata benda), gambar
bermacam-macam bentuk, gambra bermacam-macam keadaan untuk menanamkan kata
keterangan (banjir, gunung meletus, dan lain-lain). Berdasarkan pendapat diatas
dapat ditegaskan bahwa media gambar adalah hasil potretan berbagai peristiwa
atau objek yang dituangkan dalam bentuk gambar, praktis, mudah dibuat, diminati
peserta didik dan berisi bahan atau tema yang diajarkan. Oleh karena itu gambar
dapat dijadikan media dalam kegiatan bercakap-cakap dikarenakan gambar dapat
berisi bahan atau tema atau pesan visual yang diajarkan sehingga dapat menarik
minat dan perhatian siswa dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
berbicara.
Media
gambar yang digunakan dalam penelitian
ini berisi gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema pada hari saat
berlangsungnya penelitian. Gambar-gambar tersebut adalah gambar anggota
keluarga, rumah, gambar lingkungan sekitar (sekolah, taman, sawah, kantor).
b.
Manfaat
Media Gambar
Cucu
Eliyawati (2005:115) menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan yang bisa
diperoleh dengan menggunakan media gambar diam diantaranya :
1.
Media
ini dapat menerjemahkan ide / gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih
konkrit.
2.
Banyak
tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya.
3.
Mudah
menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
4.
Tidak
mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya.
5.
Dapat
digunakan pada setiap tahap kegiatan pendidikan dan semua tema.
Dari
pendapat yang diuraikan di atas bahwa manfaat dari penggunaan media gambar
yaitu dapat menerjemahkan ide yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit,
dapat diambil dari buku-buku atau majalah dan mudah menggunakannya sehingga
dalam penerapan metode bercakap-cakap menggunakan media gambar, anak dapat
berfikir lebih konkrit dengan melihat gambar y ang disajikan oleh guru selama
kegiatan percakapan berlangsung.
Selain
itu Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010:2) berpendapat media gambar dalam proses
belajar berguna :
1.
Pengajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.
Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
3.
Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melaluui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
4.
Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Dari
uraian di atas ditegaskan bahwa media gambar dalam pembelajaran bermanfaat
menarik perhatian siswa sehingga siswa tidak mudah bosan, dan siswa lebih mudah
memahami kata-kata yang diucapkan guru. Media gambar yang diikutsertakan dalam
menerapkan metode bercakap-cakap dapat menjadikan percakapan yang dilakukan
guru dengan anak atau anak dengan anak akan lebih konkrit atau jelas makanya
dan siswa akan lebih termotivasi (tertarik) mengikuti kegiatan tersebut.
Sedangkan
menurut Ahmad Rohani (1997:76) manfaat media gambar yaitu (1) memperjelas
pengertian peserta didik, (2) membantu guru mencapai tujuan instruksional, (3)
memberikan pengalaman dan pengertian peserta didik, (4) penyampaian dan
penjelasan informasi.
1) Memperjelas
pengertian peserta didik dikarenakan pesan visual didalamnya akan memberikan
penjelasan yang abstrak menjadi lebih konkrit sehingga peserta didik akan lebih
mudah memahami dan memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum
pernah dilihatnya.
2) Gambar
dapat bermanfaat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena
gambar termasuk media yang mudah dan murah di dapat sehingga dapat
sewaktu-waktu digunakan untuk mempertinggi nilai pengajaran.
3) Gambar
dapat memberikan pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas,
lebih jelas dan tidak mudah dilupakan karena di dalam gambar terdapat gambaran
yang menarik dan dapat memunculkan kembali pengalaman terdahulu.
4) Manfaat
media gambar yang lainnya yaitu penyampaian dan penjelasan mengenai informasi,
pesan, ide dengan tanpa banyak menggunakan bahasa verbal, tetapi lebih dapat
memberi kesan.
Menurut
pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa manfaat dari media gambar yaitu dapat
menerjemahkan ide / gagasan yang abstrak menjadi konkrit selain itu bermanfaat
untuk menarik perhatian siswa atau menimbulkan kegairahan, media gambar dapat
menimbulkan keseragaraman persepsi sehingga media gambar cocok dijadikan media
dalam metode bercakap-cakap.
Manfaat
dari penggunaan media gambar dalam penelitian ini diharapkan media gambar dapat
memperjelas dan menerjemahkan penjelasan yang abstrak menjadi lebih konkrit sehingga
penjelasan yang didapat anak-anak tidak mudah dilupakan selain itu diharapkan
anak-anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan berbicara pada hari tersebut.
8. Penerapan Metode Bercakap-Cakap
dengan Media Gambar
Media
gambar diharapkan memberikan gambaran nyata atau konkrit sehingga anak-anak
lebih mudah menerima informasi.
1)
Langkah-langkah
Metode Bercakap-Cakap bagi Anak PAUD
Moeslichatoen
(2004:104) langkah-langkah kegiatan bercakap-cakap dapat dibagi dalam 3 tahap :
a.
Kegiatan
pra-pengembangan
Ada dua macam persiapan dan kegiatan
pra-pengembangan :
1)
Kegiatan
penyiapan bahan dan peralatan yang siap dipergunakan
2)
Kegiatan
penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bercakap-cakap
b.
Kegiatan
pengembangan
c.
Kegiatan
penutup
Guru membimbing anak-anak untuk merangkum
hasil percakapan yang akan dilaksanakan.
2)
Rancangan
Pelaksanaan Metode Bercakap-Cakap
Moeslichatoen
(2004:103) mengungkapkan langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan
bercakap-cakap terdiri dari :
a. Langkah
pertama, guru menarik perhatian dan minat siswa
b. Langkah
kedua, guru mengkonsumsikan tujuan yang ingin dicapai. Anak dapat mengungkapkan
peristiwa, perasaannya, pikirannya, keinginannya dan sikapnya.
c. Langkah
ketiga, melaksanakan kegiatan bercakap-cakap di bawah bimbingan guru dan
pengaturan lalu lintas percakapan.
d. Langkah
pertama, kegiatan menutup percakapan. Guru membimbing anak untuk mengungkapkan
pendapat, menceritakan gambar sesuai tema yang disediakan
Selain
itu Montolalu (2010:10.28) mengemukakan bahwa dalam penerapan metode
bercakap-cakap dapat menerapkan langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut
:
a.
Guru
menyiapkan alat peraga atau media yang diperlukan
b.
Guru
merangsang anak dengan pertanyaan terbuka tentang gambar yang diperlihatkannya
(gambar yang terkait dengan tema).
c.
Guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab / berbicara sesuai gambar.
d.
Guru
mengusahakan setiap anak mau berbicara / mengungkapkan pendapat dan bagi anak
yang pasif tetap diberi motivasi untuk terlibat dalam kegiatan.
e.
Apabila
ada anak yang belum dapat menjawab / mengucapkan kalimat dengan baik dan benar,
guru memperbaikinya dengan bijaksana.
Pendapat-pendapat
di atas, ditegaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap
dapat diterapkan dengan tujuan masing-masing pihak (guru maupun anak) melakukan
komunikasi.
Dalam
penelitian ini, langkah-langkah yang akan dilaksanakan mengacu pada dua
pendapat diatas dengan menggabungkan
keduanya dan dioleh oleh peneliti yaitu :
a. Tahap
persiapan, guru menyiapkan media gambar yang akan digunakan sesuai tema.
b. Tahap
mengkondisikan anak, guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai, guru
mengajak anak-anak untuk bernyanyi.
c. Tahap
kegiatan bercakap-cakap, terdiri dari :
1)
Langkah pertama, guru memperlihatkan
gambar di depan anak-anak sesuai dengan tema guna menerjemahkan perkataan guru
menjadi lebih konkrit, selain itu untuk menggali informasi yang ada pada
anak-anak mengenai pengalaman anak yang berkaitan dengan tema. Langkah pertama
ini dapat untuk mengetahui kemampuan anak untuk berbicara lancar dengan kalimat
sederhana atau tidaknya saat anak berpendapat.
2)
Langkah kedua, guru membagi anak-anak
dalam 2 kelompok, guru memperlihatkan gambar diikuti dengan memberikan
pertanyaan dengan menggunakan kata tanya “apa, mengapa, dimana, siapa, kapan”
kepada anak kemudian anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan guna
mengetahui kemampuan anak menjawab pertanyaan.
3)
Langkah ketiga, anak melakukan kegiatan
monolog yang berupa setiap anak bercerita mengenai gambar yang sudah disediakan
oleh peneliti dihadapan teman-teman dan guru guna mengetahui kemampuan anak
dalam menceritakan gambar. Selama anak bercerita maka akan dapat terlihat juga
kemampuan anak dalam berbicara lancar atau tidaknya dengan kalimat sederhana
dan dipahami orang lain.
d. Tahap
penutup, guru memotivasi siswa yang masih pasif dan memberikan reward kepada
siswa yang aktif, diharapkan dapat memicu motivasi siswa yang pasif untuk lebih
aktif.
B.
Kerangka
Berpikir Tindakan
Keterampilan
berbicara dapat menjadikan anak memiliki bahasa lisan yang benar dan tepat
selain itu anak dapat mengutarakan ide atau pendapat dan dapat menjawab
pertanyaan dengan tepat. Metode pembelajaran yang kurang tepat dapat
menyebabkan anak merasa bosan dan kurang optimal dalam kegiatan pembelajaran
berbahasa. Keterampilan berbicara harus dilatihkan sejak anak usia dini karena
anak berada pada masa peka. Metode pembelajaran yang tepat diberikan untuk anak
yaitu metode yang tidak membosankan bagi anak, dan dapat mengandung interaksi
antar keduanya, baik itu antara anak dengan guru, maupun antar anak.
Pada
masa peka yang baik, ketika saraf-saraf anak berkembang, anak dapat dibekali
berbagai keterampilan, salah satunya keterampilan berbicara. Untuk membekali
keterampilan tersebut harus melibatkan suasana yang menyenangkan dan diperlukan
keaktifan siswa, yaitu dengan metode bercakap-cakap. Metode bercakap-cakap
adalah komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak
melalui kegiatan dialog maupun monolog. Ditambah lagi dengan media pembelajaran
yang menarik motivasi siswa untuk belajar, memberikan informasi nyata atau konkret
kepada anak yaitu dengan media gambar.
Maka
dari itu, dalam penelitian ini menggunakan metode bercakap-cakap dengan media gambar
untuk menarik minat anak dalam belajar dan diharapkan terjadi interaksi dialog
maupun monolog sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapt diperjelas dengan bagan sebagai berikut
(Gambar 1)
Keterampilan berbicara anak Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04
Kelurahan Menteng Atas belum optimal
|
Penerapan metode bercakap-cakap dengan media gambar dalam
pembelajaran
|
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok
didampingi oleh satu guru dan setiap anak memegang satu gambar. Anak-anak
lebih tertarik ikut serta dalam kegiatan dialog dan monolog
|
Peningkatan keterampilan berbicara anak Kelompok A di PAUD EDELWEISS
RW. 04 Kelurahan Menteng Atas, keterampilan bericara mencakup anak
berbicara lancar dengan kalimat sederhana dan dipahami orang lain, menjawab
pertanyaan dari guru dan teman-teman yang lain (dialog) dan bercerita di
depan guru dan teman-teman (monolog)
|
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
C.
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis
tindakan merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. Maka berdasarkan
kajian teori dan kerangka pikir dapat dirumuskan bahwa keterampilan berbicara
pada anak di Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas dapat
ditingkatkan melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research) (Wina Sanjaya, 2011:24). Penelitian ini
dilakukan karena adanya permasalahan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar di
Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas, sehingga peneliti
menganggap perlu adanya suatu penelitian guna mengatasi permasalahan tersebut. Selain
itu penelitian ini juga supaya guru mampu memperbaiki metode yang digunakan
sehingga anak-anak mencapai perkembangan yang optimal. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru itu
sendiri, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan
sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya (Suroso, 2009:29).
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan
kerjasama antara guru dan peneliti untuk memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Penelitian ini dimaksudkan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan media
gambar.
B.
Setting Penelitian
Subyek
dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04
Kelurahan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan. Jumlah siswa sebanyak 9
anak terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Peneliti memilih
kelompok A dikarenakan kelompok A merupakan kelompok dengan usia 4 – 5 tahun
yang keterampilan berbicara belum optimal.
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilakukan di PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas
yang beralamat di Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi Kota Administrasi Jakarta
Selatan Provinsi DKI Jakarta, terletak di Taman Interaktif berada di area pemukiman penduduk. Memiliki 2
ruang kelas, Kelas A dan B. Jumlah guru sebanding dengan peserta didik,
sehingga kegiatan pembelajarannya masih belum optimal. Pemilihan penelitian di
PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas karena masih memiliki masalah
dalam pengembangan berbahasa yaitu keterampilan berbicara.
2.
Waktu
Penelitian
Rencana
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil. Tahun Ajaran
2016 / 2017. Penelitian siklus pertama dilaksanakan tiga hari dalam satu
minggu. Rencana kegiatan dalam kurun waktu tersebut yaitu :
1)
Dua hari dalam Minggu pertama,
mempersiapkan pembuatan Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan media gambar yang
akan digunakan dalam
kegiatan
peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode bercakap-cakap dengan
gambar.
2)
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan hari
berikutnya setelah pembuatan RKH dalam inggu pertama setelah mempersiapkan RKH
dan peralatan.
3)
Refleksi dilakukan dalam akhir pertemuan
tiga pada minggu pertama untuk menentukan langkah selanjutnya.
4)
Jika perlu perbaikan maka, perbaikan
dilaksanakan pada minggu selanjutnya.
C.
Metode
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan bersama teman
sejawat, berdiskusi untuk memecahkan masalah keterampilan berbicara dengan
metode bercakap-cakap menggunakan media bergambar. Merupakan dasar
untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan (Kasihani Kasbolah, 1998:113).
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, pelaksanaan
dan pengamatan berlangsung pada waktu yang sama (Suharsimi Arukunto, 2007:19).
Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan siklus dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran pada siklus pertama sebagai dasar untuk menentukan langkah
selanjutnya atau apabila siklus kedua diperlukan. Pada siklus pertama dilakukan
perencanaan dilanjutkan pelaksanaan dan pengamatan kegiatan belajar mengajar
dan pada akhir kegiatan pembelajaran dalam siklus pertama dilakukan evaluasi
dan refleksi peningkatan hasil belajar anak, kemungkinan kesulitan dan kendala
yang dijumpai.
D.
Langkah-langkah penelitian
Peneliti
bersama kolaborator membahas rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian tindakan kelas dan tahap-tahapannya sebagai berikut :
1. Perencanaan
Tindakan (Siklus 1)
Tahap perencanaan pada siklus 1 diawali dengan
:
a.
Menentukan tema atau sub tema
pembelajaran yang dipersiapkan
sebelumnya. Tema dalam penelitian yang berlangsung pada siklus satu dilaksanakan setiap
hari senin dan kamis.
b.
Tahap
pelaksanaan pembelajaran yang memuat kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan
gambar.
c.
Tahapan
observasi pada siklus satu dilaksanakan dengan memberikan buku bergambar.
d.
Tahapan
refleksi belum dpat meningkatkan keterampilan berbicara.
e.
Mempersiapkan lembar observasi atau
pengamatan yang memuat indikator / aspek keterampilan berbicara. Pengisian
lembar observasi dilakukan oleh peneliti dan kegiatan mengajar dibimbing atau
dilaksanakan oleh guru yang bertindak sebagai kolaborator.
2. Pelaksanaan
Tindakan (siklus 2)
a.
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan di
ruang kelas pada saat kegiatan awal selama 30 menit, dalam hal ini guru menjadi
pendidik atau sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dan peneliti sebagai
pengamat saat kegiatan berlangsung. Peneliti dan guru berinteraksi kegiatan
proses pembelajaran sesuai dengan tema
dan subtema.
b.
Langkah-langkah tindakan yang akan
dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran pada penelitian siklus pertama yang dilaksanakan
selama 30 menit pada kegiatan awal, dan dalam kegiatan ini gurulah yang
mengajar.
a) Tahap
persiapan, guru menyiapkan media gambar yang akan digunakan sesuai tema.
b) Tahap
mengkondisikan anak, untuk tahap ini guru, mengajak anak-anak untuk bernyanyi
dan guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai.
c) Tahap
kegiatan bercakap-cakap, terdiri dari ;
1)
Guru memperlihatkan gambar di depan
anak-anak.
2)
Guru menjelaskan isi dari media gambar
tersebut.
3)
Guru bergantian meminta anak untuk
berpendapat mengenai isi dari media tersebut.
Tahapan
Observasi
Guru menyiapkan peserta
didik, anak diminta untuk duduk sesuai dengan kelompok, kemudian guru
memperlihatkan gambar diikuti dengan memberikan pertanyaan dengan menggunakan
kata tanya “apa, mengapa, dimana, siapa, kapan” kepada anak. Pertanyaan
diberikan dengan menggunakan satu persatu kata tanya di depan anak-anak,
kemudian anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan.
Tahapan
Refleksi
Guru memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya kepada guru, maupun memberikan
kesempatan kepada setiap anak untuk bertanya kepada teman sejawat.
Guru meminta kepada
setiap anak untuk melakukan kegiatan monolog. Anak bercerita mengenai gambar
dihadapan teman-temannya.
Tahap penutup, guru
memberikan motivasi kepada seluruh anak untuk ikut serta aktif dalam kegiatan.
3.
Pengamatan
(Siklus 3)
Pengamatan
dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi. Data diambil melalui cara pengamatan
langsung atau melihat kegiatan pembelajaran melalui metode bercakap-cakap
dengan media gambar secara langsung. Pengamatan berpedoman pada panduan
observasi. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data
kemudian diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
4. Refleksi
Refleksi
merupakan kegiatan menganalisis terhadap data atau informasi yang telah didapat
dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan. Peneliti melakukan
refleksi setelah pelaksanaan tindakan selesai dilaksanakan. Kegiatan pada tahap
refleksi ini berupa peneliti dan guru berdiskusi untuk mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilakukan, mencari solusi terhadap masalah yang timbul saat
pelaksanaan tindakan, apabila hasil tindakan belum mencapai target maka
dilanjutkan pada siklus ke II, jika tidak adanya peningkatan maka siklus akan
berlanjut hingga terjadi peningkatan sesuai yang diharapkan.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Metode
adalah cara. Dengan demikian maka arti metode pengumpulan data adalah cara yang
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi
Arikunto, 2010:175). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi dan dokumentasi.
1. Metode
Observasi
Teknik observasi
merupakan teknik monitoring dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap
sesuai sasaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan
(Pardjono, 2008:43). Data-data yang diambil dalam penelitian ini merupakan
keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar
kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas. Proses pengamatan atau
observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati satu demi satu anak ketika
guru melaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi
yang diisi dengan memberi tanda check
list.
2. Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku, bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2008:329). Hasil
penelitian-penelitian akan lebih terpercaya dengan didukung oleh beberapa
dokumentasi. Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil
foto anak dan arsip-arsip lain pada saat kegiatan pembelajaran meningkatkan
keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan gambar berlangsung.
Foto-foto digunakan untuk merekam kegiatan-kegiatan atau keaktifan setiap anak
selama kegiatan.
F.
Teknik
Analisa Data
Analisis
data diarahkan untuk menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar anak.
Data yang telah terkumpul lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1. Reduksi
data
1) Hasil
observasi diberi skor (3, 2 atau 1) pada setiap masing-masing indikator
keterampilan berbicara.
2) Masing-masing
indikator dihitung rata-rata kemampuan anak pada setiap pertemuan menggunakan
rumus di atas (Ngalim Purwanto)
3) Persentase
keberhasilan dihitung dengan cara skor pada setiap indikator dijumlah lalu
dibagi dengan skor maksimal.
4) Hasil
persentase setiap indikator tersebut akan menghasilkan rata-rata ketercapaian
anak pada setiap pertemuannya.
5) Analisis
data diambil berdasarkan hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara pada
setiap pertemuan kemudian dipaparkan selisihnya.
6) Hasil
persentase setiap siklusnya diperjelas dalam bentuk tabel dan grafik.
2. diskripsi
data
Untuk
mengetahuai presentase keterampilan berbicara, maka data dianalisis menggunakan
analisa deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 2006:102) yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari / diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang
bersangkutan.
3. Verifikasi
data
Langkah ke tiga dalam analisis data yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang menduung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal.
G. Keabsahan data
Keberhasilan
dalam penelitian ini apabila adanya perubahan kearah yang lebih baik. Anas
Sudijono (2010:43) menyatakan bahwa data diinterpretasikan ke dalam 4 tingkatan yaitu :
a. Kriteria
baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 80% - 100%.
b. Kriteria
cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 60% - 79%.
c. Kriteria
kurang baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 30% - 59%.
d. Kriteria
tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% - 29%.
H. Kriteria
Keberhasilan Penelitian
Kriteria
keberhasilan apabila adanya perubahan kearah yang lebih baik dan tujuan dari
pelaksanaan tindakan ini yaitu
meningkatkan keterampilan berbicara. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini
mencakup indikator anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dan
dipahami orang lain, anak dapat menjawab semua pertanyaan, anak dapat bercerita
mengenai gambar. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak yang mengalami
peningkatan keterampilan berbicara melalui metode-metode bercaka-cakap dengan
media gambar sebesar ≥ 80% atau dengan kriteria baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar