Welcome to my bloq... ^-^ Samika ^-^ STKIP KUSUMA NEGARA^_^

Rabu, 03 Januari 2018

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP DENGAN MEDIA GAMBAR (PTK)



 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI
METODE BERCAKAP-CAKAP DENGAN MEDIA GAMBAR
PADA ANAK KELOMPOK  A  PAUD EDELWEISS
RW. 04 KELURAHAN MENTENG ATAS


                           PROPOSAL PENELITIAN                     
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Mata kuliah “Metodologi Penelitian”

Dosen : Iswadi, M.Pd

Disusun Oleh :
SRI SUDARYATI
NPM : 20158400234



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) KUSUMA NEGARA JAKARTA

KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT  yang telah melimpahkan, ridho serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul : “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Dengan Media Gambar Pada Anak Kelompok  A  Paud Edelweiss RW. 04 Kelurahan Menteng Atas”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya suatu usaha maksimal, bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini.
Semoga tugas karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan memberikan manfaat bagi pengembangan dunia pendidikan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan

Jakarta,   Desember 2017
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Masing-masing anak usia dini selalu memiliki karakteristik atau keuikan tersendiri. Karakteristik dan keunikan yang dimiliki anak usia dini itulah yang membedakan setiap anak dengan usia di atasnya. Pendidikan anak usia dini berbeda dengan pendidikan yang lainya, dalam pendidikan anak usia dini, guru memfasilitasi atau mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Anak usia dini yang berkembang pada masa peka, selalu aktif dalam beraktifitas dan rasa ingin tahunya yang besar maka pada masa tersebut segala potensi dan perkembangan anak usia dini harus dioptimalkan perkembangannya.
Potensi dan perkembangan pada anak usia dini harus difasilitasi dengan baik dan dioptimalkan melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai suatu proses pendidikan di masa usia emas (the goledn age). Pendidikan yang tepat untuk mengasah kemampuan anak dan mengoptimalkan potensi dan perkembangna anak usia dini yaitu Pendidikan Anak Usia  Dini.
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Partini, 2010:1-2).

 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai dasar pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan anak untuk memasuki tahapan-tahapan selanjutnya. Guru dan orangtua harus saling bekerjasama untuk mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini agar nantinya menjadi individu yang berguna, terampil dan mandiri. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti : fisik, sosial-emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk dalam Sofia Hartati 2005:5).
Pentingnya pendidikan untuk anak usia dini sehingga pendididikan yang diberikan untuk anak haruslah dapat mengembangkan semua aspek bidang pengembangan. Salah satu bidang pengemabgan pada PAUD adalah pengembangan bahasa. Pengembangan bahasa yang harus dikuasai oleh para peserta didik salah satunya yaitu berbicara. Pengembangan bahasa sering kali mencakup perkembangan persepsi, ekspresi, adaptasi, pengertian, imitasi, sehingga perkembangan bahasa Anak Usia Dini (AUD) perlu mendapat perhatian. Kemampuan berbahasa tergantung pada sel kematangan sel korteks, dukungan lingkungan, dan keterdidikan lingkungan (Tadkrioatun Musfiroh, 2005:8).
Anak-anak terkadang memiliki gagasan yang sangat banyak, akan tetapi anak belum mampu mengungkapkannya. Hal ini terjadi karena kemampuan bicaranya masih sangat terbatas dan jumlah kosa kata yang dimiliki anak masih terbatas (Vygotsky dalam Harus, 2009:130). Keterbatasan jumlah kota kata yang dimiliki anak dapat disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan guru, orang tua maupun lingkungan jika tidak segera dikembangkan atau diberi stimulus maka akan dapat berdampak pada perkembangan aspek yang lainnya.
Anak usia dini harus dilatihkan untuk berani mengungkapkan yang dirasakan dan dipikirkan, sehingga pada nantinya anak tidak akan pemalu, mudah mengungkapkan pendapat di depan banyak orang, dan mudah berinteraksi. Selain itu pentingnya keterampilan berbicara yang baik, akan memperoleh keuntungan sosial pada usia berikutnya. Oleh karena itu pengembangan berbahasa, yaitu berbicara harus dioptimalkan dan dikembangkan sejak usia dini.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelompok A PAUD EDELWEISS, perkembangan bahasa yaitu kemampuan berbicara di Kelompok A PAUD EDELWEISS belum optimal dan masih perlu peningkatan. Beberapa anak belum mampu mengkomunikasikan yang terjadi pada diri sendiri dan di lingkungan, mengungkapkan ide, berbicara dengan berani. Terbukti dalam proses kegiatan ketika anak menceritakan gambar yang dibuat sendiri, ada anak masih kurang berani berbicara di depan kelas sehingga menyebabkan kata-kata yang diucapkan tidak jelas dan tidak lancar. Beberapa anak sudah terampil berbicara atau atau mengungkapkan sesuatu hal yang ada di pikirannya, anak mampu berbicara dengan lancar, namun hal itu hanya dilakukan dengan sesama teman yang akrab dan anak yang sedikit pemalu terkadang dapat mengkomunikasikan sesuatu dan berani berbicara namun jarang dilakukan.
Metode yang dipilih dan digunakan oleh guru belum mampu menarik minat anak, terbukti ketika kegiatan pembelajaran anak-anak kurang fokus memperhatikan guru dan anak kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan anak, terbukti dengan penggunaan Lembar Kerja Anak dalam kegiatan berbahasa, yaitu anak menghubungkan gambar dengan tulisan di Lembar Kerja Anak sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara yang sesuai konteks kegiatan. Sebelumnya guru menjelaskan dengan menggunakan papan tulis yang kecil dan Lembar Kerja Anak dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran.
Guru hanya menggunakan buku cerita, majalah, lembar kerja anak ketika kegiatan bercerita. Kegiatan bercerita dilakukan dengan posisi duduk harapan anak akan mendengarkan guru namun anak sering tidak terkondisikan atau berbicara  sendiri dengan teman. Sehingga ketika guru bertanya, anak kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita yang disampaikan guru, terjadi karena kegiatan pembelajaran sepenuhnya berpusat pada anak.
Melihat permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti bekerjasama dengan guru mencoba menggunakan metode bercakap-cakap untuk melatih bicara anak. Media pembelajaran atau alat permainan edukatif perlu dibuat semenarik mungkin untuk membantu mengoptimalkan kemampuan berpikir dan keterampilan berbicara dengan orang disekitarnya, orang tua dan guru. Media yang diharapkan menarik ini, yaitu media gambar.
Metode bercakap-cakap merupakan salah satu aktivitas untuk menstimulasi perkembangan berbicara, meningkatkan perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa (Moeslichatoen, 2004:94). Metode bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, keterampilan melakukan kegiatan bersama, menyatakan perasaan, serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal (Moeslichatoen, 2004:26). Metode bercakap-cakap berupa kegiatan dialog dan monolog yang dilakukan antara guru dan anak, anak dengan anak. Atau anak mengungkapkan berpendapat di depan kelas. Metode bercakap-cakap dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran, guru menjelaskan tema kegiatan pada hari tersebut dan memberikan informasi-informasi kepada anak dan diharapkan anak dapat menanggapi pernyataan dari guru, anak dapat berpendapat atau mengungkapkan gagasannya, dan anak berani berbicara dengan lancar dan berani. Dalam guru melaksanakan metode bercakap-cakap akan lebih menarik minat dan perhatian anak apabila diimbangi dengan media pembelajaran yang mendukung untuk pelaksanaan metode bercakap-cakap. Media pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Enny Zubaidah, 2003:13).
Media pembelajaran yang tepat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap ialah media gambar. Gambar merupakan alat visual yang mudah didapat untuk memberikan penggambaran visual yang konkret bagi peserta didik tentang masalah yang digambarkannya sehingga dapat menangkap ide dan informasi lebih jelas daripada dengan kata-kata (Supartinah, 2011:45).
Berdasarkan latar belakang di atas, kegiatan pembelajaran anak harus menyenangkan dan berpusat pada anak sehingga dapat meningkatkan. Keterampilan berbicara. Salah satu metode pembelajaran yang menarik dapat melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar yang dikarenakan dalam penggunaan metode bercakap-cakap anak dapat menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal dan media gambar yang diikutsertakan dalam metode bercakap-cakap dapat merangsang pembicaraan y ang baik. Oleh karena itu metode bercakap-cakap dengan media gambar yang diterapkan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.

B.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai beriktu :
1.      Keterampilan berbicara di kelompok A PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.belum sesuai dengan harapan.
2.      Kurangnya minat anak dalam bercakap-cakap.
3.      Media pembelajaran yang digunakan guru belum efektif.
4.      Kurangnya fasilitas media bergambar

C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah nomor 1 dan 4 yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti membatasi masalah pada penggunaan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru belum efektif dan kurangnya fasilitas media bergambar di kelompok A PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.


D.    perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini “Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara pada anak melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar pada anak Kelompok A PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.      Bagi PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukand alam pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah terutama mengenai upaya peningkatan keterampilan berbicara.
2.      Bagi Guru PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas
Memberikan masukan bagi guru tentang metode-metode yang dapat menunjang keberhasilan kemampuan bericara melalui metode bercakap-cakap.
3.      Bagi Anak
Mengembangkan keterampilan berbicara dan mengembangkan potensi anak dalam mengungkapkan pendapat atau pemikiran, berinteraksi dan berkomunikasi kepada orang lain.
F.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar pada Kelompok A PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas.


G.    Definisi Operasional
1.      Siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas
Siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS  RW. 04 Kelurahan Menteng Atas berjumlah 9 anak, terdiri empat siswa laki-laki dan lima siswa perempuan. Siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS Kelurahan Menteng Atas berada pada rentang usia 4 – 5 tahun.
2.      Peningkatan keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi sesuai yang dipikirkan dan dirasakan serta berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain dengan mengungkapkan kata-kata atau bunyi-bunyi tertentu dengan jelas dan baik. Indikator keterampilan berbicara di kelompok A PAUD EDELWEISS yaitu anak dapat berbicara lancar, sederhana dan dipahami orang lain (teman maupun guru), keterampilan bercerita mengenai gambar yang disediakan guru, anak dapat menjawab pertanyaan “apa, mengapa, dimana, siapa, kapan, dan seterunsya”. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dengan lembar observasi dan dokumentasi.
3.      Metode bercakap-cakap dengan media gambar
Metode bercakap-cakap dengan media gambar dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan dialog dan monolog, dialog dilakukan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak dan monolog yang berupa setiap anak (masing-masing anak) mengutarakan pendapat mengenai gambra atau bercerita dihadapan teman-temanya. Media gambar yang digunakan ialah gambar yang sesuai dengan tema lingkunganku dan subtema keluarga dan lingkungan sekitar. Gambar yang digunakan diambil dari majalah kemudian diperbesar sesuai kebutuhan dengan ukuran kertas A4 ukuran 21 x 29, 7 cm diatas kertas putih dan dilapisi karton dibawahnya dengan warna-warna yang menarik. Media gambar digunakan oleh guru dengan cara ditunjukkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran dan setiap anak juga memegang gambar yang disediakan guru, dengan ukuran yang lebih kecil.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Tentang Anak PAUD
1.      Pengertian Anak PAUD
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dimulai dari usia dini sebagai masa the golden age hingga sepanjang hayat. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan snagat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dengan orang dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Anak juga bersifat egosentris memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan mahluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar (Sofia Hartati, 2005:7).
Agar lebih jelas tentang anak usia dini dibawah ini akan diuraikan batasan pengertian anak usia dini berdasrakan pandangan yang berbeda-beda. Menurut NAECY (Sofia Hartati, 2005:1) Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah manusia yang unik. Sedangkan menurut (Slamet Suyanto, 2005:7) mengemukakan bahwa anak usia dini sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental yang sangat pesat.

Dari beberapa pendapat di ata anak usia dini adalah sosok individu yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun dan berada pada tahap pertumbuhan maupun perkembangan fisik sehingga baik untuk diberi stimulus-stimulus agar seluruh aspek perkembangan yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik. Untuk mengembangkan seluruh aspek anak maka dibutuhkan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak. Anak usia dini dalam penelitian ini yaitu anak-anak yang berada pada rentang usia 5 hingga 6 tahun.

2.      Karakteristik Anak PAUD
Seto Mulyadi dalam workshop Nasional (2010:3-4) mengemukakan bahwa anak merupakan individu yang unik, setiap anak dlihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan berharga. Keunikan tersebut ialah : (1) bukan orang dewasa mini, (2) dunia bermain, (3) berkembang, (4) senang menirut, (5) kreatif. Berikut penjabarannya :
1)      Anak bukan orang dewasa mini yaitu anak memiliki keterbatasan-keterbtasan bila harus dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam menghadapi anak-anak dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi.
2)      Dunia bermain yaitu dunia yang penuh spontanitas dan menyenangkan.
3)      Berkembang, anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis.
4)      Senang meniru, anak-anak meniru karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan cara meniru.
5)      Kreatif, anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Misalnya : rasa ingin tahu yang besar, imajinasi yang tinggi, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal baru.

Selain itu menurut Ramli (2000:185:186) karakteristik masa usia PAUD yaitu : (1) masa usia prasekolah, (2) masa prakelompok, (3) masa meniru, (4) masa bermain.
1)      Masa usia prasekolah yang artinya anak-anak belum belajar keterampilan akademik secara formal seperti di sekolah dasar, melainkan pada usia ini anak-anak dibantu mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.
2)      Masa prakelompok karena pada masa ini anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial kelompok.
3)      Masa meniru, dikarenakan pada masa ini anak suka sekali menirukan pola perkataan dan tindakan orang-orang disekitarnya.
4)      Masa bermain, pada masa ini anak menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain dengan mainannya dan bermain untuk mengeksplorasi lingkungan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa karakteristik anak usia dini adalah anak sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik berbeda dengan orang dewasa, anak bukan orang dewasa mini sehingga tidak diperlakukan seperti orang dewasa pada umumnya, anak memiliki dunia bermain yang menyenangkan, kreatif dan senang meniru. Peniruan dilakukan sebagai proses pembentukan tingkah laku dan akan mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan sesuai usianya. Karakteristik anak PAUD dalam penelitian ini yaitu anak-anak yang berada dalam masa bermain, suka bermain dengan teman sebaya, senang meniru dan kreatif.

3.      Perkembangan Bahasa Anak PAUD
a.      Tinjauan Bahasa Anak Usia 4 – 5 tahun
Manusia sebagai mahluk sosial yang acapkali selalu berinteraksi antar sesama manusia. Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi antar individu, yang memegang peranan penting sejak individu masih berada pada usia dini. Bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan (Robert  E. Owen dalam Conny R. Semiawan, 2008:111). Sedangkan menurut (Suhartono, 2005:8) bahasa merupakan rangkaian bunyi  yang melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap manusia.
Selain itu  Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005:1.8) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk menstranfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. (Efendi dalam Septia Sugiarsih, 2010:28) mengemukakan bahwa bahasa dianggap sebagai alat-alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa bahasa adalah simbol-simbol maupun rangkaian bunyi untuk menyampaikan konsep menstransfer ide, informasi dan mampu membawakan pikiran dan perasaan yang bersifat konkrit maupun abstrak. Bahasa dalam penelitian ini merupakan sistem simbol visual maupun verbal dan rangkaian bunyi untuk menyampaikan konsep, ide maupun pikiran, dalam hal ini bahasa yang digunakan did alam penelitian ini yaitu berbicara. Berbicara merupakan rangkaian bunyi atau verbal untuk menyampaikan konsep, ide maupun pikiran ke orang lain.

b.      Perkembangan Bahan Anak Usia 4 – 5 tahun
NAEYC (Tadkiroatun Musfiroh, 2005:83) mengemukakan perkembangan bahasa anak usia 5 – 6 tahun adalah :
a) Menggunakan kosakata 5000 kata menjadi 8000 kata; b) Sering memainkan kata-kata; c) Mengalami kendala dalam mengucapkan fonem tertentu; d) Menggunakan kalimat lengkap dan kompleks; e) Tidak terlalu sering menyela pembicaraan orang lain apabila kurang menarik; f) dapat berbagi cerita; g) Mengenali kata-kata dari lagu; h) Mengingat baris-baris puisi sederhana; i) Lancar dalam mengungkapkan ide; j) Mampu mengungkapkan cerita kembali dengan peragaan.

Selain itu (Rosmala Dewi, 2005:17) mengemukakan mengenai tahapan bahasa anak usia 5 – 6 tahun, yaitu :
a.       Menirukan kembali 2 s/d 4 urutan angka, urutan kata.
b.      Mengikuti 1 s/d 2 perintah sekaligus.
c.       Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, bagaimana, dan sebagainya.
d.      Bicara lancar dengan kalimat sederhana.
e.       Bercerita tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana.
f.       Menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru.
g.      Memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal.
h.      Memberikan batasan berapa kata / benda.
i.        Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman.
j.        Menceritakan gambar yang telah disediakan.

Sedangkan menurut (Harun Rasyid, 2009:134) umur 5 – 6 tahun dapat membedakan berbagai jenis suara, mengenal masing-masing bunyi huruf, menyatakan kalimat yang terdiri 6 sampai 10 kata, mengerti dan melaksanakan tiga perintah, menjawab dengan kalimat lengkap, menyebutkan nama benda dan  fungsi beserta aslinya, belajar membaca, mengenal masing-masing bunyi huruf, menyatakan dalam kalimat komplek, mengerti dan melaksanakan  tiga perintah, mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan kalimat kompleks.
Jadi menurut beberapa pendapat di atas yang telah dikemukakan bahwa keterampilan berbicara termasuk ke dalam pengembangan bahasa, pada usia tertentu perkembangan bicara anak sudah berkembang dan dapat mulai bercakap-cakap. Sehingga dalam pengembangan bahasa anak dibatasi pada peningkatan keterampilan berbicara. Perkembangan bahasa anak usia 5 – 6 tahun dalam penelitian ini mencakup anak dapat menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, bagaimana dan sebagainya, bicara lancar dengan kalimat sederhana dan menceritakan gambar yang telah disediakan.

4.      Kajian keterampilan berbicara pada anak PAUD
a.      Pengertian keterampilan berbicara pada anak PAUD
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan atau isi hati) seseorang kepada orang lain menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Suhartono, 2005:20). Sedangkan menurut (Saleh Abbas, 2006:83) mengemukakan  bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Selain itu menurut (Hurlock, 1978:176) berbicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan (Nurgiyantoro dalam Septia Sugiarsih, 2010:31). Menurut (Mustakim, 2005:130) bahwa keterampilan berbicara berbahasa ekspresif atau produktif usia PAUD menunjukkan anak suka bertanya terhadap hal-hal baru, menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dengan alasan yang tepat, dan aktif berbicara terhadap hal-hal yang baru. Anak-anak usia PAUD suka mengajukan beberapa pertanyaan, karena pada masa itu anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Berbicara merupakan kebutuhan manusia, dengan berbicara manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan, belajar dengan lingkungan dan mengkomunikasikan apa yang ingin diungkapkan. Dari berbicara manusia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk hidup. Berbicara sangatlah penting, oleh karena itu keterampilan berbicara harus diajarkan sejak anak usia dini. Masa keemasan pada anak usia dini, menjadikan anak berada pada tahapan yang kritis, dengan anak dilatihkan keterampilan berbicara maka anak akan dengan mudah mengekspresikan ide, mampu mengutarakan ide, gagasan, pemikiran kepada lingkungan atau orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa pengertian keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan maksud atau mengkomunikasikan apa yang ada dipikirannya dan perasaannya, berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain dengan mengucapkan kata-kata atau bunyi-bunyi tertentu dengan tepat, jelas dan baik. Telah disebutkan datas bahwa berbicara untuk menyampaikan maksud atau berinteraksi dengan lingkungan, dalam hal ini kaitannya sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada masa selanjutnya, oleh karena itu peningkatan keterampilan berbicara perlu untuk dikembangkan. Beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dan setelah diolah oleh peneliti maka pengertian-pengertian tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan instrumen peningkatan keterampilan berbica.
Berbicara dalam penelitian ini yaitu kemampuan anak untuk menyampaikan maksud atau ide, gagasan, dan perasaan dengan mengucapkan kata-kata dihadapan teman sebaya maupun guru.

b.      Karakteristik berbicara pada anak PAUD
Nurbiana Dhieni (2005:3.7) mengemukakan berbicara pada anak usia 4 – 5 tahun yaitu kemampuan anak dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung, menggunakan kata tanya, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, mengenal tulisan sederhana, berbicara dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa melalui percakapn. Berbicara merupakan salah satu aspek dalam berbahasa dan perkembangan berbicara harus dilatihkan dan dikuasai oleh peserta didik karena keterampilan berbicara akan menunjang keterampilan lainnya (Septia Sugiarsih, 2010:29).
Anak usia 4 – 5 tahun, menggunakan rata-rata 4 atau 5 kata dan bisa berbentuk deklaratif, interogatif, atau imperatif selain itu anak pada usia tersebut menggunakan perkataan pribadi sebagai cara mengungkapkan fantasi dan emosi (Papalia, 2009:361). Selanjutnya Suhartono (2005:43) mengatakan pada waktu anak masuk pendidikan anak usia dini, anak telah memiliki sejumlah besar kosakata. Mereka sudah dapat membuat pertanyaan negatif, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat. Anak-anak memahami kosakata lebih banyak, anak-anak dapat bergurau, bertengkar dengan teman-temanya dan berbicara sopan dengan orang tua dan guru.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa setiap usia anak memiliki tahapan perkembangan berbicara yang harus dikembangkan. Pengembangan berbicara diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara, dan dalam peningkatan keterampilan berbicara harus menetapkan beberapa indikator yang akan digunakan dalam instrumen penelitian setelah diolah oleh peneliti dengan menggabungkan dalam instrumen penelitian setelah diolah oleh peneliti dengan menggabungkan beberapa pendapat mengenai pengertian berbicara dan karakteristik berbicara di atas yaitu anak dapat berbicara dengan lancar dan dipahami orang lain dengan kalimat yang sederhana, anak dapat menjawab pertanyaan (apa, berapa, dimana, mengapa, bagaimana) dari guru, dan anak dapat mengutarakan pendapat mengenai gambar yang disediakan guru. Karakteristik berbicara pada penelitian ini yaitu anak dapat berbicara lancar, menjawab pertanyaan dan bercerita mengenai gambar. Karakteristik tersebut dijadikan acuan untuk membuat indikator.

5.      Tujuan pengembangan berbicara pada anak PAUD
Berbicara pada anak harus sudah dikembangkan sejak anak berusia dini karena pada nantinya berbicara dapat mengembangkan aspek-aspek yang lain dan anak dapat berinteraksi menggunakan bahasa lisan yang baik.
Menurut Suhartono (2005:122) Tujuan pengembangan biara ialah
(1) anak dapat melafalkan bunyi balasan yang digunakan secara tepat; (2) agar anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi; dan (3) agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Suhartono dapat ditegaskan bahwa tujuan dari pengembangan yaitu diharapkan anak mampu mengucapkan bunyi bahasa dengan tepat dan memiliki banyak perbendaharaan kosakata sehingga anak dapat menggunakan kalimat secara baik ketika berkomunikasi.
Selain itu Tarigan (2008:16) menyatakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi. Melalui berkomunikasi anak dapat bertukar pendapat, sehingga pengetahuan akan anak bertambah melalui percakapan. Sementara itu (Nurbiana Dhieni, 2005:3.5) mengemukakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang.
Sedangkan menurut Hartono (Suhartono, 2005:123) terdapatlima tujuan umum dalam mengembangkan berbicara anak, yaitu :
1.      Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari.
2.      Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat.
3.      Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat.
4.      Berminat menggunakan bahasa yang baik.
5.      Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan.

Berdasarkan pendapat tersebut mengenai tujuan umum pengembangan berbicara dapat ditegaskan bahwa berbicara bertujuan memiliki perbendaharaan kata yang cukup serta mengungkapkan pendapat dengan lafal yang tepat sehingga menimbulkan minat untuk menggunakan bahasa yang baik.
Dalam kurikulum PAUD (2010:17) bahwa pengembangan berbahasa yang di dalamnya terdapat aspek berbicara yang sederhana bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa  Indonesia dengan baik dan benar. Dari kurikulum 2010 tersebut yang diterapkan dalam PAUD, pengembangan berbicara harus dioptimalkand engan harapan anak dapat mengungkapkan atau mengutarakan pendapat (pemikiran) dengan bahasa atau kalimat yang sederhana sehingga dapat berkomunikasi dengan efektif dan anak dapat menggunakan bahasa yang benar.
Beberapa uraian mengenai tujuan pengembangan berbicara pada anak di atas yaitu pengembangan berbicara bertujuan agar anak dapat mengkomunikasikan apa yang ingin diungkapkan, memiliki banyak perbendaharaan kata, mengutarakan ide atau berpendapat dengan kalimat yang sederhana dan dapat berinteraksi menggunakan bahasa lisan yang baik dan lancar.
Sesuai dengan tujuan pengembangan berbicara yang di paparkan di atas maka interaksi ketika pembelajaran keterampilan berbicara anak usia dini harus dikemas secara menyenangkan, nyaman, perhatian dan fokus terhadap tujuan kebutuhan anak (Harun Rasyid, 2009:41). Menyenangkan, nyaman, perhatian dan fokus terhadap tujuan kebutuhan anak maka akan menimbulkan proses interaksi yang tidak hanya berpusat pada guru, sehingga anak dengan teman sebaya maupun anak dengan guru menjalin komunikasi yang bagus dan kosakata yang dimiliki anak semakin bertambah.
Slamet Suyanto (2005:172) menyatakan bahwa untuk melatih anak berkomunikasi secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain. Agar anak dapat berinteraksi dengan teman atau lingkungan atau guru, maka guru dapat merancang kegiatan menggunakan metode yang mengandung interksi antar keduanya. Dalam metode bercakap-cakap tiap anak yang terlibat di dalamnya ingin membicarakan segala sesuatu yang diketahui, dimiliki, dan yang dialami, anak ingin membicarakan benda-benda, orang-orang dan peristiwa yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan (Moeslichatoen, 2004:91).
Uraian di atas dapat ditegaskan bahwa untuk mengembangkan komunikasi lisan atau berbicara maka harus dengan kegiatan yang melibatkan interaksi anak dengan teman dan lingkungan dan dalam interaksi yang melibatkan keduanya dapat dengan metode bercakap-cakap karena dengan penerapan metode bercakap-cakap anak yang terlibat di dalamnya ingin membicarakan segala sesuatu namun harus dengan bimbingan guru. Tujuan pengembangan kemampuan berbicara dalam penelitian ini diharapkan anak memiliki perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi sehari-hari, mengungkapkan pendapat dengan lafal yang tepat, selain itu diharapkan anak-anak mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat yang diucapkan orang lain.

6.      Metode Bercakap-cakap dengan Media Gambar
a. Pengertian Metode Bercakap-cakap
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran (Winta Sanjaya, 2008:147). Trianto (2011:94) menjelaskan bahwa metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya jawab antara anak dan guru atau anak dan anak. Selanjutnya Moeslichatoen (2004:39) mengemukakan bahwa bercakap-cakap adalah saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal selain itu bercakap-cakap mempunyai arti mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Sementara (Diah Harianti, 1994:19) menyatakan bahwa metode bercakap-cakap adalah percakapan antara guru dengan murid atau murid dengan murid tentang sesuatu topik tertentu yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan mendengarkan anak.
Sedangkan menurut (Dwi Yulianti, 2010:36) metode bercakap-cakap sebagai cara untuk menyampaikan pelajaran dalam bentuk tanya jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Moeslichatoen (2004:92) mengemukakan bahwa bercakap-cakap berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Berdasarkan pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa metode bercakap-cakap adalah suatu cara atau kegiatan penyampaian bahan pengembangan yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab dalam upaya untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan antara anak dan guru atau anak dan anak. Dengan metode bercakap-cakap yang dilakukan diharap dapat meningkatkan keterampilan berbicara, karena dalam pelaksanaan metode bercakap-cakap dapat berkomunikasi antara anak dengan guru atau anak dengan anak.
Metode bercakap-cakap dalam penelitian ini berupa anak-anak melakukan percakapan antara guru dengan anak, atau anak dengan anak yang lain, dalam percakapan tersebut terdapat kegiatan tanya jawab (menjawab pertanyaan dari guru, teman dan memberikan pertanyaan kepada teman atau guru). Selain itu anak mengkomunikasikan pikiran secara verbal, yang dilakukan dalam kegiatan anak bercerita gambar yang disediakan guru.

b. Manfaat Metode Bercakap-cakap
Moeslichatoen (2004:95) mengemukakan beberapa manfaat penting yang dapat dirasakan dalam penerapan metode bercakap-cakap antara lain :
a.       Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif; menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan, dan kebutuhan secara lisan;
b.      Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain;
c.       Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan;
d.      Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya;
e.       Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap diadakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain. Penyebaran informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan anak tentang tujuan dan tema yang diterapkan guru.


Dari pendapat yang dikemukakan oleh Moeslichatoen dapat ditegaskan bahwa manfaat dari penggunaan metode bercakap-cakap yaitu anak berani dalam mengaktulisasi diri, menyatakan pendapat atau mengutarakan ide dan perasaan secara lisan.
Montolalu (2010:10.23) mengemukakan manfaat dari metode bercakap-cakap yaitu :
a.       Meningkatkan keberanian anak berbicara
b.      Melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaran dan menangkap pesan dari orang lain
c.       Membangun citra diri / konsep diri yang positif
d.      Meningkatkan perbendaharaan kosakata yang dimiliki anak


Dari pendapat yang diuraikan Montolalu dapat ditegaskan bahwa dengan penerapan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan perbendaharaan kosakata sehingga meningkatkan keberanian anak dalam berbicara. Menurut (Dwi Yulianti 2010:37) bahwa metode bercakap-cakap bermanfaat untuk (1) meningkatkan keberanian anak, (2) memperoleh pengetahuan dan wawasan, (3) menjalin hubungan sosial.
(1)   Meningkatkan keberanian anak, dalam menerapkan metode bercakap-cakap akan bermanfaat meningkatkan keberanian anak dalam menyatakan perasaannya, keinginannya, kebutuhan secara lisan. Dalam penerapan metode ini dapat menciptakan suasana yang aktif untuk berdialog antara anak dengan anak, maupun anak dengan guru sehingga dengan begitu keberanian anak dapat dirangsang dengan baik dan meningkat.
(2)   Memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan, dalam hal ini tambahan pengetahuan dan wawasan yang diperoleh anak mengenai tema yang telah diajarkan guru. Anak dan guru, maupun anak dan anak dapat saling mengkomunikasikan pendapat sehingga pengetahuan dan wawasan yang dimiliki anak akan semakin berkembang.
(3)   Menjalin hubungan sosial, dengan metode bercakap-cakap anak dapat menjalin hubungan sosial yang menyenangkan dengan anak yang lain maupun dengan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, manfaat dari metode bercakap-cakap adalah meningkatkan keberanian untuk berpendapat maupun berbicara, menambah informasi dan wawasan, meningkatkan kosakata pada anak, menjalin hubungan sosial yang menyenangkan. Dengan penerapan metode bercakap-cakap maka peluang keberanian anak untuk berpendapat sangat besar, selain itu dengan tambahan informasi dan kosakata yang didapat anak maka diharapkan keterampilan berbicara akan meningkat. Dalam penelitian ini, manfaat dari penerapan metode bercakap-cakap diharapkan dapat meningkatkan keberanian untuk berbicara, mengemukakan pendapatnya di depan teman maupun guru, dapat menambah kosakata pada anak, selain itu diharapkan dapat melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan orang lain.

7.      Media Gambar dalam Metode Bercakap-cakap
a.      Pengertian Media Gambar
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999:183) media gambar adalah hasil potretan dari berbagai peristiwa / kejadian, objek, yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol maupun gambaran. Selanjutnya Sudjana dan Rivai (Supartinah, 2009:10) mengemukakan bahwa gambar merupakan pesan  visual yang paling sederhana, praktis, mudah dibuat, dan banyak diminati peserta didik terlebih gambar berwarna. Cucu Eliyawati (2005:115) berpendapat bahwa gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar yang disajikan secara fotografik misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan / isi tema yang diajarkan dan bersifat tunggal namun ada yang berseri.
Agus F. Tangyong, dkk (1994:149) mengemukakan gambar yang digunakan dapat berupa gambar bermacam-macam gerak sesuai dengan jenis kata yang dikehendaki (kata kerja), gambar bermacam-macam benda yang diperlukan (jenis kata benda), gambar bermacam-macam bentuk, gambra bermacam-macam keadaan untuk menanamkan kata keterangan (banjir, gunung meletus, dan lain-lain). Berdasarkan pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa media gambar adalah hasil potretan berbagai peristiwa atau objek yang dituangkan dalam bentuk gambar, praktis, mudah dibuat, diminati peserta didik dan berisi bahan atau tema yang diajarkan. Oleh karena itu gambar dapat dijadikan media dalam kegiatan bercakap-cakap dikarenakan gambar dapat berisi bahan atau tema atau pesan visual yang diajarkan sehingga dapat menarik minat dan perhatian siswa dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara.
Media gambar yang  digunakan dalam penelitian ini berisi gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema pada hari saat berlangsungnya penelitian. Gambar-gambar tersebut adalah gambar anggota keluarga, rumah, gambar lingkungan sekitar (sekolah, taman, sawah, kantor).

b.      Manfaat Media Gambar
Cucu Eliyawati (2005:115) menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan media gambar diam diantaranya :
1.      Media ini dapat menerjemahkan ide / gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkrit.
2.      Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya.
3.      Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
4.      Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya.
5.      Dapat digunakan pada setiap tahap kegiatan pendidikan dan semua tema.



Dari pendapat yang diuraikan di atas bahwa manfaat dari penggunaan media gambar yaitu dapat menerjemahkan ide yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit, dapat diambil dari buku-buku atau majalah dan mudah menggunakannya sehingga dalam penerapan metode bercakap-cakap menggunakan media gambar, anak dapat berfikir lebih konkrit dengan melihat gambar y ang disajikan oleh guru selama kegiatan percakapan berlangsung.
Selain itu Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010:2) berpendapat media gambar dalam proses belajar berguna :
1.      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melaluui penuturan  kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
4.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi  juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.


Dari uraian di atas ditegaskan bahwa media gambar dalam pembelajaran bermanfaat menarik perhatian siswa sehingga siswa tidak mudah bosan, dan siswa lebih mudah memahami kata-kata yang diucapkan guru. Media gambar yang diikutsertakan dalam menerapkan metode bercakap-cakap dapat menjadikan percakapan yang dilakukan guru dengan anak atau anak dengan anak akan lebih konkrit atau jelas makanya dan siswa akan lebih termotivasi (tertarik) mengikuti kegiatan tersebut.
Sedangkan menurut Ahmad Rohani (1997:76) manfaat media gambar yaitu (1) memperjelas pengertian peserta didik, (2) membantu guru mencapai tujuan instruksional, (3) memberikan pengalaman dan pengertian peserta didik, (4) penyampaian dan penjelasan informasi.
1)      Memperjelas pengertian peserta didik dikarenakan pesan visual didalamnya akan memberikan penjelasan yang abstrak menjadi lebih konkrit sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami dan memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya.
2)      Gambar dapat bermanfaat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah di dapat sehingga dapat sewaktu-waktu digunakan untuk mempertinggi nilai pengajaran.
3)      Gambar dapat memberikan pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan karena di dalam gambar terdapat gambaran yang menarik dan dapat memunculkan kembali pengalaman terdahulu.
4)      Manfaat media gambar yang lainnya yaitu penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dengan tanpa banyak menggunakan bahasa verbal, tetapi lebih dapat memberi kesan.

Menurut pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa manfaat dari media gambar yaitu dapat menerjemahkan ide / gagasan yang abstrak menjadi konkrit selain itu bermanfaat untuk menarik perhatian siswa atau menimbulkan kegairahan, media gambar dapat menimbulkan keseragaraman persepsi sehingga media gambar cocok dijadikan media dalam metode bercakap-cakap.
Manfaat dari penggunaan media gambar dalam penelitian ini diharapkan media gambar dapat memperjelas dan menerjemahkan penjelasan yang abstrak menjadi lebih konkrit sehingga penjelasan yang didapat anak-anak tidak mudah dilupakan selain itu diharapkan anak-anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan berbicara pada hari tersebut.

8.      Penerapan Metode Bercakap-Cakap dengan Media Gambar
Media gambar diharapkan memberikan gambaran nyata atau konkrit sehingga anak-anak lebih mudah menerima informasi.
1)      Langkah-langkah Metode Bercakap-Cakap bagi Anak PAUD
Moeslichatoen (2004:104) langkah-langkah kegiatan bercakap-cakap dapat dibagi dalam 3 tahap :
a.       Kegiatan pra-pengembangan
Ada dua macam persiapan dan kegiatan pra-pengembangan :
1)      Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap dipergunakan
2)      Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bercakap-cakap
b.      Kegiatan pengembangan
c.       Kegiatan penutup
Guru membimbing anak-anak untuk merangkum hasil percakapan yang akan dilaksanakan.

2)      Rancangan Pelaksanaan Metode Bercakap-Cakap
Moeslichatoen (2004:103) mengungkapkan langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan bercakap-cakap terdiri dari :
a.       Langkah pertama, guru menarik perhatian dan minat siswa
b.      Langkah kedua, guru mengkonsumsikan tujuan yang ingin dicapai. Anak dapat mengungkapkan peristiwa, perasaannya, pikirannya, keinginannya dan sikapnya.
c.       Langkah ketiga, melaksanakan kegiatan bercakap-cakap di bawah bimbingan guru dan pengaturan lalu lintas percakapan.
d.      Langkah pertama, kegiatan menutup percakapan. Guru membimbing anak untuk mengungkapkan pendapat, menceritakan gambar sesuai tema yang disediakan

Selain itu Montolalu (2010:10.28) mengemukakan bahwa dalam penerapan metode bercakap-cakap dapat menerapkan langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut :
a.       Guru menyiapkan alat peraga atau media yang diperlukan
b.      Guru merangsang anak dengan pertanyaan terbuka tentang gambar yang diperlihatkannya (gambar yang terkait dengan tema).
c.       Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab / berbicara sesuai gambar.
d.      Guru mengusahakan setiap anak mau berbicara / mengungkapkan pendapat dan bagi anak yang pasif tetap diberi motivasi untuk terlibat dalam kegiatan.
e.       Apabila ada anak yang belum dapat menjawab / mengucapkan kalimat dengan baik dan benar, guru memperbaikinya dengan bijaksana.

Pendapat-pendapat di atas, ditegaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap dapat diterapkan dengan tujuan masing-masing pihak (guru maupun anak) melakukan komunikasi.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang akan dilaksanakan mengacu pada dua pendapat  diatas dengan menggabungkan keduanya dan dioleh oleh peneliti yaitu :
a.       Tahap persiapan, guru menyiapkan media gambar yang akan digunakan sesuai tema.
b.      Tahap mengkondisikan anak, guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai, guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi.
c.       Tahap kegiatan bercakap-cakap, terdiri dari :
1)      Langkah pertama, guru memperlihatkan gambar di depan anak-anak sesuai dengan tema guna menerjemahkan perkataan guru menjadi lebih konkrit, selain itu untuk menggali informasi yang ada pada anak-anak mengenai pengalaman anak yang berkaitan dengan tema. Langkah pertama ini dapat untuk mengetahui kemampuan anak untuk berbicara lancar dengan kalimat sederhana atau tidaknya saat anak berpendapat.
2)      Langkah kedua, guru membagi anak-anak dalam 2 kelompok, guru memperlihatkan gambar diikuti dengan memberikan pertanyaan dengan menggunakan kata tanya “apa, mengapa, dimana, siapa, kapan” kepada anak kemudian anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan guna mengetahui kemampuan anak menjawab pertanyaan.
3)      Langkah ketiga, anak melakukan kegiatan monolog yang berupa setiap anak bercerita mengenai gambar yang sudah disediakan oleh peneliti dihadapan teman-teman dan guru guna mengetahui kemampuan anak dalam menceritakan gambar. Selama anak bercerita maka akan dapat terlihat juga kemampuan anak dalam berbicara lancar atau tidaknya dengan kalimat sederhana dan dipahami orang lain.

d.      Tahap penutup, guru memotivasi siswa yang masih pasif dan memberikan reward kepada siswa yang aktif, diharapkan dapat memicu motivasi siswa yang pasif untuk lebih aktif.

B.     Kerangka Berpikir Tindakan
Keterampilan berbicara dapat menjadikan anak memiliki bahasa lisan yang benar dan tepat selain itu anak dapat mengutarakan ide atau pendapat dan dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan anak merasa bosan dan kurang optimal dalam kegiatan pembelajaran berbahasa. Keterampilan berbicara harus dilatihkan sejak anak usia dini karena anak berada pada masa peka. Metode pembelajaran yang tepat diberikan untuk anak yaitu metode yang tidak membosankan bagi anak, dan dapat mengandung interaksi antar keduanya, baik itu antara anak dengan guru, maupun antar anak.
Pada masa peka yang baik, ketika saraf-saraf anak berkembang, anak dapat dibekali berbagai keterampilan, salah satunya keterampilan berbicara. Untuk membekali keterampilan tersebut harus melibatkan suasana yang menyenangkan dan diperlukan keaktifan siswa, yaitu dengan metode bercakap-cakap. Metode bercakap-cakap adalah komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan dialog maupun monolog. Ditambah lagi dengan media pembelajaran yang menarik motivasi siswa untuk belajar, memberikan informasi nyata atau konkret kepada anak yaitu dengan media gambar.
Maka dari itu, dalam penelitian ini menggunakan metode bercakap-cakap dengan media gambar untuk menarik minat anak dalam belajar dan diharapkan terjadi interaksi dialog maupun monolog sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapt diperjelas dengan bagan sebagai berikut (Gambar 1)
Keterampilan berbicara anak Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas belum optimal
Penerapan metode bercakap-cakap dengan media gambar dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok didampingi oleh satu guru dan setiap anak memegang satu gambar. Anak-anak lebih tertarik ikut serta dalam kegiatan dialog dan monolog
Peningkatan keterampilan berbicara anak Kelompok A di PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas, keterampilan bericara mencakup anak berbicara lancar dengan kalimat sederhana dan dipahami orang lain, menjawab pertanyaan dari guru dan teman-teman yang lain (dialog) dan bercerita di depan guru dan teman-teman (monolog)
 















Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir


C.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. Maka berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir dapat dirumuskan bahwa keterampilan berbicara pada anak di Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas dapat ditingkatkan melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Tujuan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas  (classroom action research) (Wina Sanjaya, 2011:24). Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar di Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas, sehingga peneliti menganggap perlu adanya suatu penelitian guna mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu penelitian ini juga supaya guru mampu memperbaiki metode yang digunakan sehingga anak-anak mencapai perkembangan yang optimal. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru itu sendiri, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya (Suroso, 2009:29).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara guru dan peneliti untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar.



B.     Setting Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan. Jumlah siswa sebanyak 9 anak terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Peneliti memilih kelompok A dikarenakan kelompok A merupakan kelompok dengan usia 4 – 5 tahun yang keterampilan berbicara belum optimal.
1.      Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas yang beralamat di Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta, terletak di Taman Interaktif  berada di area pemukiman penduduk. Memiliki 2 ruang kelas, Kelas A dan B. Jumlah guru sebanding dengan peserta didik, sehingga kegiatan pembelajarannya masih belum optimal. Pemilihan penelitian di PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas karena masih memiliki masalah dalam pengembangan berbahasa yaitu keterampilan berbicara.

2.      Waktu Penelitian
Rencana Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil. Tahun Ajaran 2016 / 2017. Penelitian siklus pertama dilaksanakan tiga hari dalam satu minggu. Rencana kegiatan dalam kurun waktu tersebut yaitu :
1)      Dua hari dalam Minggu pertama, mempersiapkan pembuatan Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan media gambar yang akan digunakan dalam

kegiatan peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode bercakap-cakap dengan gambar.
2)      Pelaksanaan tindakan dilaksanakan hari berikutnya setelah pembuatan RKH dalam inggu pertama setelah mempersiapkan RKH dan peralatan.
3)      Refleksi dilakukan dalam akhir pertemuan tiga pada minggu pertama untuk menentukan langkah selanjutnya.
4)      Jika perlu perbaikan maka, perbaikan dilaksanakan pada minggu selanjutnya.

C.    Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersama teman sejawat, berdiskusi untuk memecahkan masalah keterampilan berbicara dengan metode bercakap-cakap menggunakan media bergambar. Merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan (Kasihani Kasbolah, 1998:113). Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, pelaksanaan dan pengamatan berlangsung pada waktu yang sama (Suharsimi Arukunto, 2007:19).
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya atau apabila siklus kedua diperlukan. Pada siklus pertama dilakukan perencanaan dilanjutkan pelaksanaan dan pengamatan kegiatan belajar mengajar dan pada akhir kegiatan pembelajaran dalam siklus pertama dilakukan evaluasi dan refleksi peningkatan hasil belajar anak, kemungkinan kesulitan dan kendala yang dijumpai.
D.    Langkah-langkah penelitian
Peneliti bersama kolaborator membahas rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas dan tahap-tahapannya sebagai berikut :
1.      Perencanaan Tindakan (Siklus 1)
Tahap perencanaan pada siklus 1 diawali dengan :
a.       Menentukan tema atau sub tema pembelajaran yang dipersiapkan sebelumnya. Tema dalam penelitian yang berlangsung pada siklus satu dilaksanakan setiap hari senin dan kamis.
b.      Tahap pelaksanaan pembelajaran yang memuat kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan gambar.
c.       Tahapan observasi pada siklus satu dilaksanakan dengan memberikan buku bergambar.
d.      Tahapan refleksi belum dpat meningkatkan keterampilan berbicara.
e.       Mempersiapkan lembar observasi atau pengamatan yang memuat indikator / aspek keterampilan berbicara. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh peneliti dan kegiatan mengajar dibimbing atau dilaksanakan oleh guru yang bertindak sebagai kolaborator.

2.      Pelaksanaan Tindakan (siklus 2)
a.       Pelaksanaan tindakan dilaksanakan di ruang kelas pada saat kegiatan awal selama 30 menit, dalam hal ini guru menjadi pendidik atau sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dan peneliti sebagai pengamat saat kegiatan berlangsung. Peneliti dan guru berinteraksi kegiatan proses pembelajaran sesuai dengan tema dan subtema.
b.      Langkah-langkah tindakan yang akan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran pada penelitian siklus pertama yang dilaksanakan selama 30 menit pada kegiatan awal, dan dalam kegiatan ini gurulah yang mengajar.
a)      Tahap persiapan, guru menyiapkan media gambar yang akan digunakan sesuai tema.
b)      Tahap mengkondisikan anak, untuk tahap ini guru, mengajak anak-anak untuk bernyanyi dan guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai.
c)      Tahap kegiatan bercakap-cakap, terdiri dari ;
1)      Guru memperlihatkan gambar di depan anak-anak.
2)      Guru menjelaskan isi dari media gambar tersebut.
3)      Guru bergantian meminta anak untuk berpendapat mengenai isi dari media tersebut.
Tahapan Observasi
Guru menyiapkan peserta didik, anak diminta untuk duduk sesuai dengan kelompok, kemudian guru memperlihatkan gambar diikuti dengan memberikan pertanyaan dengan menggunakan kata tanya “apa, mengapa, dimana, siapa, kapan” kepada anak. Pertanyaan diberikan dengan menggunakan satu persatu kata tanya di depan anak-anak, kemudian anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan.


Tahapan Refleksi
Guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya kepada guru, maupun memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk bertanya kepada teman sejawat.
Guru meminta kepada setiap anak untuk melakukan kegiatan monolog. Anak bercerita mengenai gambar dihadapan teman-temannya.
Tahap penutup, guru memberikan motivasi kepada seluruh anak untuk ikut serta aktif dalam kegiatan.

3.      Pengamatan (Siklus 3)
Pengamatan dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Data diambil melalui cara pengamatan langsung atau melihat kegiatan pembelajaran melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar secara langsung. Pengamatan berpedoman pada panduan observasi. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data kemudian diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

4.      Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis terhadap data atau informasi yang telah didapat dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan. Peneliti melakukan refleksi setelah pelaksanaan tindakan selesai dilaksanakan. Kegiatan pada tahap refleksi ini berupa peneliti dan guru berdiskusi untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mencari solusi terhadap masalah yang timbul saat pelaksanaan tindakan, apabila hasil tindakan belum mencapai target maka dilanjutkan pada siklus ke II, jika tidak adanya peningkatan maka siklus akan berlanjut hingga terjadi peningkatan sesuai yang diharapkan.

E.     Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara. Dengan demikian maka arti metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2010:175). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan dokumentasi.
1.      Metode Observasi
Teknik observasi merupakan teknik monitoring dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap sesuai sasaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan (Pardjono, 2008:43). Data-data yang diambil dalam penelitian ini merupakan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan media gambar kelompok A PAUD EDELWEISS RW. 04 Kelurahan Menteng Atas. Proses pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati satu demi satu anak ketika guru melaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi dengan memberi tanda check list.
2.      Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2008:329). Hasil penelitian-penelitian akan lebih terpercaya dengan didukung oleh beberapa dokumentasi. Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto anak dan arsip-arsip lain pada saat kegiatan pembelajaran meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercakap-cakap dengan gambar berlangsung. Foto-foto digunakan untuk merekam kegiatan-kegiatan atau keaktifan setiap anak selama kegiatan.

F.     Teknik Analisa Data
Analisis data diarahkan untuk menemukan upaya yang dilakukan guru dalam  meningkatkan proses dan hasil belajar anak. Data yang telah terkumpul lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1. Reduksi data
1)      Hasil observasi diberi skor (3, 2 atau 1) pada setiap masing-masing indikator keterampilan berbicara.
2)      Masing-masing indikator dihitung rata-rata kemampuan anak pada setiap pertemuan menggunakan rumus di atas (Ngalim Purwanto)
3)      Persentase keberhasilan dihitung dengan cara skor pada setiap indikator dijumlah lalu dibagi dengan skor maksimal.
4)      Hasil persentase setiap indikator tersebut akan menghasilkan rata-rata ketercapaian anak pada setiap pertemuannya.
5)      Analisis data diambil berdasarkan hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara pada setiap pertemuan kemudian dipaparkan selisihnya.
6)      Hasil persentase setiap siklusnya diperjelas dalam bentuk tabel dan grafik.

2. diskripsi data
Untuk mengetahuai presentase keterampilan berbicara, maka data dianalisis menggunakan analisa deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 2006:102) yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
NP     = Nilai persen yang dicari / diharapkan
R        = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM     = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan.

3. Verifikasi data
Langkah ke tiga dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang menduung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

G. Keabsahan data
Keberhasilan dalam penelitian ini apabila adanya perubahan kearah yang lebih baik. Anas Sudijono (2010:43) menyatakan bahwa data diinterpretasikan ke dalam 4  tingkatan yaitu :
a.       Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 80% - 100%.
b.      Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 60% - 79%.
c.       Kriteria kurang baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 30% - 59%.
d.      Kriteria tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% - 29%.


H. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan apabila adanya perubahan kearah yang lebih baik dan tujuan dari pelaksanaan  tindakan ini yaitu meningkatkan keterampilan berbicara. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini mencakup indikator anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dan dipahami orang lain, anak dapat menjawab semua pertanyaan, anak dapat bercerita mengenai gambar. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak yang mengalami peningkatan keterampilan berbicara melalui metode-metode bercaka-cakap dengan media gambar sebesar ≥ 80% atau dengan kriteria baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar