Welcome to my bloq... ^-^ Samika ^-^ STKIP KUSUMA NEGARA^_^

Sabtu, 06 Januari 2018

PENINGKATAN KREATIVITAS BERBAHASA LISAN MELALUI PERMAINAN PERMATA TERSEMBUNYI PADA ANAK DIDIK (PTK)



PENINGKATAN KREATIVITAS BERBAHASA LISAN MELALUI PERMAINAN PERMATA TERSEMBUNYI PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B PAUD ANANDA PETUKANGAN UTARA JAKARTA SELATAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah :
Metodologi Penelitian









                                                Di susun oleh        :
                                      Zulailiyah              : 20158400085
Dosen Pegampu             : Iswadi,M.Pd

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah

            Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6 tahun memiliki masa perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga masa ini disebut golden age (masa emas). Masa ini merupakan masa dasar pertama dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah pentingnya bagiPeningkatan Kreativitas berbahasa lisan Melalui Permainan Permata Tersembunyi.Menurut Nurchasanah (2006 : 6 ) Kreativitas berbahasa lisan anak usia pra sekolah berbeda dengan orang dewasa, kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran Bahasa yang diungkapkan.
            Kreativitas berbahasa, terutama berbicara (berbahasa lisan) diperlukan sebagai dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun dengan teman seusianya serta orang lebih dewasa dari segi umurnya. Kreativitas bahasa lisan merupakan perkembangan yang sangat penting bagi anak usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Tujuan berbahasa lisan adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang. Secara umum kreativitas bahasa lisan  anak usia 5-6 tahun sudah dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 4-5 urutan kata, menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana.
            Berdasarkan pengamatan penulis, tingkat kreativitas berbahasa lisan atau daya serap anak Paud ANANDA Petukangan Utara sangat bervariasi. Artinya ada anak yang mampu berbahasa lisan dan ada yang sedang serta ada yang sulit untuk berbahasa lisan. Padahal inti berbahasa lisan mengeluarkan ide, gagasan, atau pendapat kepada orang lain. Oleh sebab itu seorang guru Paud harus berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak. Peningkatan kualitas pendidikan di Paud, ditentukan beberapa faktor penentu keberhasilan, yaitu melalui Permainan PermataTersembunyi untuk Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak.
            Permainan Permata Tersembunyi merupakan permainan yang sangat menarik bagi anak karena permainan ini menggunakan gambar-gambar yang terdapat didalam permata. Permainan ini sangat memotivasi anak untuk mencari permata yang tersembunyi tersebut. Permainan ini dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan wadah plastik yang berukuran besar, didalamnya terdapat pasir dan permata-permata yang berisikan gambar-gambar. Permainan permata tersembunyi adalah sebuah aktivitas terobosan bahwa anak-anak menghadapi beberapa permasalahan sensorik atau liquisik ketika mereka hendak menyusupkan tangan mereka ke dalam wadah plastik yang berisi pasir dan mereka berusaha mendapatkan permata yang tersembunyi didalam wadah. Setelah anak berhasil menemukan permata yang dicarinya, anak secara tidak langsung mengeluarkan ekspresi sehingga anak terdorong untuk menceritakan benda yang telah ditemukannya. Dalam permainan ini anak diharuskan untuk menceritakan apa yang terdapat didalam permata tersebut sehingga dapat melatih kreativitas berbahasa lisan anak.
            Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan  guru di Paud Ananda Petukangan Utara, Jakarta Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar anak masih rendah kreativitas berbahasanya,terutama bahasa lisannya hal ini terlihat anak belum mampu menyebutkan kembali kalimat sederhana. Disamping itu anak belum dapat menyebutkan benda-benda yang ada disekitarnya, selain itu anak belum bisa menunjukkan kreativitasnya dalam menyanyi, memimpin doa, memimpin barisan, bercerita dan berbicara dengan teman-temannya dan jika disuruh tampil di depan kelas, sangat minim sekali anak yang berani menunjukkan kreativitas berbahasanya (bahasa lisan) di depan teman-temannya.
            Fenomena di atas dapat menyimpulkan pertanyaan mengapa anak-anak belum mampu berbahasa lisan dengan baik. Dari kondisi tersebut sudah selayaknya seorang guru Paud untuk melakukan usaha perbaikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah memilih salah satu strategi pembelajaran yang tepat. Peneliti berencana menggunakan pembelajaran melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
            Dari uraian di atas peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang “Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Melalui Permainan Permata Tersembunyi di Paud ANANDA Petukangan Utara

B.           Identifikasi Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah antara lain
  1. Bagaimana anakdapat berkomunikasi, dan berbicara lancar secara lisan dalam permainan permata ?
  2. Apa kendala yang ditemukan dalam kreativitas berbahasa lisan?
C.           Pembatasan Masalah
            Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi di Paud ANANDA Petukangan Utara

D.          Perumusan Masalah
            Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi di Paud ANANDA Petukangan Utara ?




E.           Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
            Hasil penelitian diharapkan dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi di Paud ANANDA Petukangan Utara.
2.      Manfaat Praktis
            Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru, serta sekolah antara lain:
1.      Bagi Anak
a.       Bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui Permainan Permata Tersembunyi

2.      Bagi Guru
a.       Bemanfaat sebagai pedoman bagi guru Paud ANANDA Petukangan Utara dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan, terutama berbahasa lisan.
3.      Bagi Sekolah
a.       Bermanfaat untuk meningkatkan prestasi Paud ANANDA yang dapat dilihat dari meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.























                                                            BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
                                                           
A.     KAJIAN PUSTAKA
1.            Hakikat  ( variable masalah )
Menurut Ali nughraha dan Yeni Rahmawati ( 2006 : 7.12 ) Kreativitas berbahasa ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca. Seringkali kita mendapati anak yang berbicara sendiri, dan ada pula yang belum dapat bicara pada anak usia dini.
2.            Hakikat ( variable solusi )
          Menurut Anna Craft (2000:11) kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau manifestasi kecerdikan dalam pencarian yang bernilai. Menurut Nurchasanah (2006:6) Kreativitas berbahasa lisan anak usia prasekolah berbeda dengan orang dewasa. Kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran bahasa yang diungkapkan, maupun variasi, dan kebaruannya. Kreativitas mereka masih dalam taraf yang sederhana. Kemauan mereka berbahasa, mengungkapkan gagasan, dan perasaan secara lisan, sudah menunjukkan bahwa mereka kreatif. Kreativitas berbahasa lisan mereka dapat terlihat dari indikator-indikator berikut: (1) kemauan bertanya, (2) kemauan menjawab pertanyaan, (3) kemauan bercerita, (4) kemauan menginformasikan sesuatu kepada orang lain, teman, atau guru.
            Kreativitas anak disebut kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya) suatu gagasan (Utami Munandar, 1977:50). Kreativitas menurut Zainal Abidin (2010:2) didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan penekanan yang berbeda.
           
  1. Anak prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan.
  2. Anak prasekolah yang kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal membutuhkan usaha kreatif. Anak yang kreatif tidak mudah bosan terhadap sesuatu yang baru, seperti mainan, biasanya ketertarikannya lebih dari 60 menit bahkan lama.
  3. Anak yang kreatif memiliki sesuatu yang menakjubkan, seperti kegiatan memimpin, mengorganisasi teman-temannya.
  4. Anak prasekolah kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.
  5. Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alamiah.
Menurut Munandar (Alex Sobur, 2009: 187) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut:
  1. Dorongan ingin tahu besar
  2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
  3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
  4. Bebas dalam menyatakan pendapat
  5. Mempunyai rasa keindahan
  6. Menonjol dalam salah satu bidang seni
  7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
  8. Rasa humor tinggi, memiliki daya imajinasi baik
  9. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinalitas, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain)
  10. Dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru
  11. Kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

Utami Munandar (2002: 3) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut
Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu.

3.      Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kreativitas Anak
            Menurut Martini (2006:66) aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut:
1)      Aspek Kemampuan Kognitif (Berpikir)
2)      Kemampuan kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
3)      Aspek Intuisi dan Imajinasi
4)      Kreativitas berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh sebab itu, intuitif dan imajinatif merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.
5)      Aspek Penginderaan
Kreativitas dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan, yaitu kemampuan menggunakan pancaindera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan ini menyebabkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan oleh orang lain.
6)      Aspek Kecerdasan Emosi
7)      Kecerdasan emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan kreativitas.
            Menurut Clark dalam Zainal Abidin (2010:3).

 4.      Kreativitas Berbahasa Lisan
            Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
            Sisca Puspitasari (2006:11) mengatakan sering kali kita menemukan anak-anak taman kanak-kanak berbicara. Mereka sering berbicara tentang apa yang terjadi baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog dengan yang lain. Salah satu jalan bagi mereka untuk menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan. Sebagian anak mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata dan menunjukkannya dengan perbuatan, terkadang mereka lebih mudah mengekspresikan perasaan bonekanya sendiri daripada perasaan mereka sendiri.
            Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan, dan mimik muka. Sedangkan fungsi utama bahasa pada anak yaitu 1) meniru ucapan orang dewasa, 2) membayangkan situasi (terutama dialog), 3) mengatur permainan. Tiga fungsi kegiatan berbahasa lisan ini dapat dilakukan di taman kanak-kanak melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama maupun mengarang cerita dan sajak. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa lisan anak dapat terkembangkan lebih optimal. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas berbahasa lisan anak dapat diketahui dengan indikator 1) keterampilan berkomunikasi secara efektif, 2) mendengarkan, 3) berkomunikasi dengan berbicara, 4) menulis dan 5) membaca.

 5.      Konsep Berbahasa Anak
            Menurut  Asrori (2007:141) Perkembangan bahasa individu, terutama bahasa lisan merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks. Perkembangan bahasa lisan lebih cepat dari perkembangan aspek lainya, meskipun sebagaian anak ada yang perkembangan motoriknya lebih cepat dibandingkan perkembangan bahasanya. Ahli piskologi menyatakan bahwa perkembangan bahasa lisan merupakan kemampuan individu menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal dan etika pengucapan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umum kronologisnya.
            Karakteristik kemampuan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun anatara lain (Imam ,2010:163.)
  1. Dapat menguasai kosa kata 4-5 suku kata, meyerupai bunyi suara tertentu.
  2. Dapat berkomunikasi/berbicara secara lisan, menyebutkan nama diri, jenis kelamin serta alamat rumah secara sederhana.
  3. Dapat mengatakan bermacam-macam kata benda yang berada di lingkungan sekitar.
  4. Dapat menceritakan isi gambar atau isi cerita sederhana menghubungkan gambar/benda dengan kata.
  5. Dapat mengurutkan tulisan sederhana dengan mengenal bentuk-bentuk simbol yang melambangkan.
            Depdiknas (2007:15) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan/kesanggupan anak menyusun kosa kata menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur dapat dilatih agar mereka biasa berinteraksi dengan yang lainnya, serta anak dapat memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal secara sederhana. Vygotsky dalam Rita Kurnia (2009:47) menjelaskan tiga tahap perkembangan berbahasa lisan anak yang berhubungan erat terhadap perkembangan berpikir anak yaitu:
  1. Tahap eksternal, hal ini terjadi karena anak berbicara, sumber berpikir anak berasal dari luar diri anak. Artinya sumber pikiran anak berasal dari orang dewasa yang memberikan informasi/pengarahan.
  2. Tahap internal, dimana proses pemikiran anak telah mengalami penghayatan sepenuhnya, kemampuan berbahasa lisan anak secara lisan berurutan dengan benar, dapat menceritakan kembali cerita sederhana yang mudah dipahami, mengucapkan lebih dari tiga kalimat serta mengenal tulisan sederhana.
  3. Tahap egosentris, dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi prasyarat.
 B.  Bermain
1.      Pengertian Bermain
            Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk lebih memahami arti bermain yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka macam bentuk.  Kehidupan sehari-hari kegiatan bermain begitu mudah dipahami namun dalam beberapa situasi sulit dibedakan dengan kegiatan yang bukan bermain.
            Scwartzman (dalam Soemiarti Patmonodewo, 2000:102) rnengemukakan suatu batasan bermain sebagai berikut:
            “Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukan sesuatu kegiatan yang produktif dan sebagainya…..bekerjapun dapat diartikan bermain sementara kadang-kadang bermain dapat dipahami sebagai bekerja; demikian pula anak-anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga seringkali dianggap nyata sungguh sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya”.
           
 2.      Manfaat Bermain
            Hasil penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan menyatakan bahwa bermain bagi anak mempunyai arti yang sangat penting karena melaui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan kreativitas serta imajinasinya. Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik belajar bergaul dengan teman sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin, menambah perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan .
            Berikut ini akan diuraikan satu persatu manfaat bermain bagi anak di TK (Montolalu, 2007 :1I5-1I8).
 Bermain Memicu Kreativitas
            Hasil penelitian mendukung dugaan bahwa bermain dan kreatifitas saling berkaitan karena baik bermain maupun kreativitas rnengandalkan kemampuan anak menggunakan simbol-simbol (Spodek & Sarcho, 1988). Kreativitas dapat dipandang sebagai suatu aspek dari pemecahan masalah yang mempunyai arti dalam bermain. Saat anak menggunakan daya khayalnya dalam bermain, dengan menggunakan alat atau tanpa alat mereka lebih kreatif.


1.            Bermain Bermanfaat Mencerdaskan Otak
            Salah satu contoh permainaan yang dapat mencerdaskan otak adalah bermain dokter-dokteran. Dalam permainan ini si anak berpura-pura menjadi dokter dan menjadi pasien. Sebagai pasien si anak bebas menggunakan imajinasinya dan segenap pengetahuannnya tentang seorang yang sedang sakit. Demikian juga halnya dengan anak yang berperan sebagai dokter, anak dengan bebas mengungkapkan segenap pengetahuannya tentang seorang dokter, mulai dari sikapnya, gaya bicaranya dan jenis obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit.
2.            Bermain Bermanfaat Menanggulangi Konflik
            Pada usia Paud tingkah laku yang sering muncul ke permukaan adalah tingkah laku menolak, bersaing, agesit bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpatik, marah, ngambek, dan berkeinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial mereka. Paud memberi peluang bagi anak melalui bermain dalam kelompok besar maupun kelompok kecil untuk mengatasi konflik yang terjadi. Sandiwara boneka, bermain dramatisasi bebas dan bercerita dengan berbagai metode, merupakan beberapa kegiatan bermain.
3.            Bermain Bermanfaat untuk Melatih Empati
            Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain, dapat juga dikatakan pengenalan jiwa orang lain, dengan kata lain empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran dan sikap yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak karena dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain.
4.            Pengembangan Kreativitas Anak Paud
Kemampuan kreatif yang dapat dikembangkan melaui bermacam ragam kegiatan bermain. Bermacam bahan yang bersifat manipulatif dapat dipergunakan: tanah liat cat, krayon, kertas, balok-balok, air, pasir, dan bahan yang dapat digerakkan.

5.            Pengembangan Bahasa Lisan Anak Usia Dini
Kemampuan berbahasa lisan yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bermain bertujuan untuk:
  1. Menguasai bahasa resetif: memahami perintah, menjawab pertanyaan dan mengikuti urutan peristiwa.
  2. Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi: menguasai kata-kata baru dan menggunakan pola bicara orang dewasa.
  3. Berkormunikasi secara verbal dengan orang lain: berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain.
  4. Keasyikan menggunakan bahasa secara lisan.
  1. Pengembangan Sosial Anak Usia Paud
Kemampuan sosial yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bermain yang bertujuan untuk membina hubungan dengan anak lain dan belajar bertingkah laku yang dapat diterima dan sesuai dengan harapan anak. Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk kegiatan ini adalah tempat air yang digunakan secara bergiliran, buku cerita buku bergambar, bahan teka teki, kuda-kudaan, sepeda roda tigan bersadel rangkap, telepon mainan, beberapa topi pemadam kebakaran, dan sebagainya.


 4.      Nilai-nilai Bermain
            Para peneliti telah menemukan bahwa nilai bermain bagi anak sangat luas dan meliputi seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif bahasa sosial emosional maupun kreativitas. Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai bermain bagi tiap-tiap aspek perkembangan anak, yaitu bagi aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional (Montolalu, 2007:112).
  1. Nilai Bermain Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Melalui permainan, aspek motorik kasar anak dapat dikembangkan. Kegiatan bermain dapat merangsang anak untuk menggunakan anggota-anggota tubuhnya. Kegiatan dalam bentuk bermain bebas, seperti berjalan, berlari, melompat, merangkak, melempar, mendorong, berayun, meluncur, meniti dan sebagainya sangat besar nilainya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Dalam kegiatan fisik ini seluruh tubuh anak aktif. Otot-otot besar dan otot-otot kecil memperoleh latihan, termasuk koodinasi otot-otot tersebut. Anak dapat menyalurkan energinya yang berlebihan melalui bermain yang mengandung gerakan-gerakan kasar dan kuat. Peredaran darah, kerja pencernaan makanan dan pernapasan anak menjadi teratur. Disamping itu kegiatan anak yang mempergunakan banyak tenaga dapat menimbulkan nafsu makan dan tidur yang sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
  1. Nilai Bermain Bagi Perkembangan Kognitif
Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berfikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berfikir anak. Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, melakukan  percobaan-percobaaan untuk memperoleh pengetahuan. Bermain juga membuka kesempatan bagi anak untuk berkreasi, menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka menggambar, bermain air, bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain balok.
  1. Nilai Bermain Bagi Perkembangan Sosial
Paud didirikan dengan maksud sebagai pengantar anak memasuki SD dengan memberikan kesempatan pada anak bersosialisasi melaui cara yang sesuai dengan sifat alamiah anak yaitu bermain. Itu sebabnya di Paud kegiatan bermain tidak bisa dikurangkan apalagi ditiadakan dengan sengaja atau tidak sengaja sering terjadi di Paud. Dalam situasi bermain anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan keadaan kadang-kadang jumlah alat permainan yang sedikit memakasa anak untuk saling berbagi dengan temannya. Anak belajar menunggu giliran/antri, belajar bekerja sama, saling tolong menolong dan juga belajar menaati peraturan-peraturan bermain yang dimainkan bersama.
  1. Nilai Bermain Bagi Perkembangan Emosional
Bermain bersama anak mengalami pertengkaran dan berebut mainan. Hal ini biasa terjadi dalam proses menyesuaikan diri. Secara berangsur-angsur anak mendapat kesempatan unfuk mengontrol emosinya, belajar menahan diri dan bersabar. Disamping itu dari pengalaman pertengkaran yang terjadi, anak akan memperoleh konsep moral, seperti salah, benar, baik, buruk, jujur, adil, curang, fair dan sebagainya.
5.             Proses/Tahap Bermain
            Sri Ratna Dyah (2009:6) menerangkan bahwa proses bermain itu kaya akan makna, disitulah terjadi tranformasi dari jati diri objek serta situasi mejadi sifat-sifat pribadi, objek serta kejadian-kejadian yang hanya ada dalam khayalan anak-anak. Proses bermain anak diberi kegiatan yang sangat berharga untuk mempraktekkan keterampilan sosial dan kognitif. Pelaksanaan kelompok bermain ialah suatu kegiatan yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengaturan, dan pelaksanaan kepada unsur-unsurnya (uang, orang dan barang) yang kegiatannya mengarah pada tujuan kelompok bermain yang hendak dicapai.
            Montolalu (2007:214) mengatakan bahwa agar dapat memberi bimbingan kepada anak Paud dengan sebaik-baiknya guru perlu mengetahui bahwa pada umunnya anak-anak melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap (proses) bermain sebagai berikut:

 C.          Permainan Permata Tersembunyi
            Permainan permata tersembunyi dapat dilakukan dengan perlengkapan sebagai berikut:
  1. Pasir di wadah plastik yang besar atau kotak pasir di halaman (pilihan lain: beras, kacang, atau pasir ukuran kecil di dalam karung, plastik besar di dalam baskom,  jika aktivitas ini lakukan di dalam ruangan).
  2. Kotak kecil yang berbentuk permata dari plastik
  3. Gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema pembelajaran
Adapun cara melaksanakan permainan tersebut adalah sebagai berikut:
a)             Sembunyikan seluruh permata yang berisikan gambar-gambar di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan menggali untuk menemukan permata tersembunyi
b)            Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembuyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir, Arsya bisakah kamu temukan semuanya?”
c)             Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
d)            Meminta anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
e)             Mintalah anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam permata tersebut.
            Menurut Tara Delaney (2010:38) jika guru melakukan permainan di dalam ruangan dan tak punya kesempatan untuk membuat kotak pasir maka sembunyikan permata yang sangat menarik bagi anak itu ke dalam wadah plastik yang sangat cekung, isi setengahnya dengan beras atau kecang, atau yang lainnya dan sembunyikan permata di dalamnya..

 B.      Kerangka Berpikir Tindakan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau manifestasi kecerdasan dalam pencarian yang bernilai. Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu. Salah satu kreativitas yang perlu ditingkatkan adalah kreativitas anak dalam berbahasa lisan. Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa  ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
Kreativitas berbahasa lisan dapat ditingkatkan melalui permainan Permata Tersembunyi. Permainan Permata Tersembunyi adalah sebuah aktivitas terobosan, dalam hal linguistik. Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini meliputi 2 indikator, yaitu indikator yang berkaitan dengan permata tersembunyi dan indikator kreativitas berbahasa lisan yang meliputi item berikut ini.

Tabel 2.1 : Indikator Variabel Penelitian

Permata Tersembunyi
Kreativitas Berbahasa Lisan
–    Anak memasukkan tangannya ke dalam bak pasir
–    Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–    Anak mencari permata di dalapasir
–      Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi permata
–    Anak dapat menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–      Anak mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–      Anak dapat bekerja sendiri untuk menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–      Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam permainan permata tersembunyi
–       Anak menikmati permainan permata tersembunyi yang ditandai dengan keasyikan anak dalam bermain
–      Anak kritis terhadap pendapat orang lain dalam permainan permata tersembunyi

–        Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar dan kegunaannya yang terdapat di dalam permata
C.     Hipotesis Tindakan
            Hipotesis ini merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya, dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi di Paud Ananda Petukangan Utara Jakarta Selatan..

































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.                    Tujuan Penelitian

            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meningkatkan kreativitas anak didik di Paud Ananda Petukangan Utara Jakarta Selatan.

            B.           Tempat dan Waktu Penelitian

1.      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Paud Ananda, Jalan H Muchtar Raya Rt 12 / 11 Petukangan Utara Jakarta Selatan. Tempat yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan sehari-hari sebagai tanaga pendidik di Paud Ananda. Hal yang mendasar pada pertimbangan ini adalah

1.      Penelitian ini dilakukan didalam kelas oleh guru sebagai peneliti
2.      Penelitian tindakan kelas akan lebih efektif bila dilakukan disekolah sendiri
3.      Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan kulitas.
4.      Murid lebih bisa cepat terkondisi


2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Ajaran 2017 / 2018 Dengan waktu yang efektif selama tiga bulan dimulai dari bulan Oktober sampai Desember 2017.




             C.          Metode Penelitian

            Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, adapun setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Adapun  tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) Perencanaan atau persiapan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan interpretasi, 4) Analisis data, refleksi. Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah di Paud Ananda. Denganjumlah anak sebanyak 31.
           

D. Langkah – Langkah Penelitian
Sesuai dengan model yang digunakan, peneliti menggunakan tahapan yaitu planning ( Perencanaan ) Pelaksanaan (Acting )  Pengamatan (Observing ) dan reflleksi ( Reflecting )

 Siklus 1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a)      Perencanaan
            Rencana tindakan kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan ini dimulai dengan menetapkan kelas sebagai tempat penelitian. Menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian, lembaran observasi guru dan anak, tes kemampuan berbahasa lisan.
b)     Pelaksanaan
            Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia, mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya dalam jaring tema, mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan sub tema, menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih. Pelaksanaan pembelajaran dengan kreativitas berbahasa lisan siap dilaksanakan.
  c)   Pengamatan
            Dilakukan dengan mengamati dan mencatat semua hal yang dilakukan dan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.
  d)   Reflexi
            Peneliti melihat, mengkaji dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukan.

Siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

a)      Perencanaan, yaitu melakukan perencanaan untuk memperbaiki atau melakukan perubahan tingkah laku, dari pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, sebagai solusi.
b)      Pelaksanaan, yaitu melaksanakan siklus dua yang difokuskan pada aspek kreativitas dan berbahasa lisan anak pada permainan permata tersembunyi.
c)      Pengamatan, dilakukan untuk mengetahui kualitas dari tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti.
d)     Reflexi, yaitu melakukan penelaahanberbagai dokumen terkait untuk memecahkan masalah yang telah dijabarkan pada siklus dua.
Siklus 3   Penelitian Tindakan Kelas
a.             Perencanaan pada siklus tiga adalah pendalaman materi yang telah diberkan pada siklus satu dan dua, yang berisi tentang penggambaran masalah yang ada pada siklus dua, yang dituangkan dalam bentuk RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian )
b.            Pelaksanaan siklus tiga difokuskan pada aspek ekspresi dan kreativitas anak dalam bermain permata tersembunyi.
c.             Pengamatan, dilakukan dengan mengamati dan mencatat semua hal yang diperlukan, dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung
d.            Refleksi., Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan pada siklus ke II. Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali ,pengalaman sendiri.
 E.          Sumber Data
            Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi
1.      Informasi dari nara sumber, kepala sekolah, orang tua murid.
2.      Kolaburator guru
3.      Dan dokumen observasi yang digunakan untuk penelitian
           subjeknya adalah anak  Paud Ananda Petukangan Utara Jakarta Selatan dengan jumlah anak 31 orang pada tahun ajaran 2017/2018 yang terdiri dari 2 kelas, adapun 2 kelas tersebut adalah kelompok B1, berjumlah 15 anak dan kelompok B2 berjumlah 16 anak.

            F.           Teknik Pengumpulan Data
Dilakukan dengan cara
1.      Wawancara
2.      Observasi
3.      Dokumentasi


Adapun data dalam penelitian ini adalah data tentang kreativitas berbahasa lisan yang diperoleh dari hasil pengamatan (lembaran observasi).


Tabel. 1
Kategori Penilaian Kreativitas Berbahasa Lisan Anak

Aspek yang dinilai
BB
MB
BSH
BSB
–              Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–              Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi permata
–              Anak mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–              Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam permainan permata tersembunyi
–              Anak kritis terhadap pendapat orang lain dalam permainan permata tersembunyi
–               Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar dan kegunaannya yang terdapat di dalam permata




 Kemudian untuk menilai permainan permata tersembunyi anak dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.

Tabel.  2
Kategori Penilaian Aktivitas Anak dalam
Pelaksanaan Permainan Permata Tersembunyi

Aspek yang dinilai
BB
MB
BSH
BSB
–              Anak memasukkan tangannya ke dalam bak pasir
–              Anak mencari permata di dalam pasir
–              Anak dapat menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–              Anak dapat bekerja sendiri untuk menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–              Anak menikmati permainan permata tersembunyi yang ditandai dengan keasyikan anak dalam bermain




Keterangan:
  1. BB = Belum berkembang, diberi skor 1 apabila anak tidak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
  2. MB = Mulai berkembang, diberi skor 2 apabila anak kurang kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
  3. BSH = Berkembang sesuai harapan, diberi skor 3 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
  4. BSB = Berkembang sangat baik, diberi skor 4 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik sekali dengan simbol bintang

 G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbahasa lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif yang bersifat kuantitatif. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran, dan data peningkatan kemampuan berbahasa lisan pada anak, selanjutnya penelitian terhadap kreativitas berbahasa lisan anak menggunakan ketentuan penilaian menurut Pedoman Penilaian Taman Kanak-kanak dengan menggunakan simbol bintang sebagaimana telah dijelaskan di atas.

1.      Reduksi data
Data yang didapat dari lapangan sangat banyak dan rumit, untuk itu peneliti harus mencatat, merangkum dan memilih hal – hal yang paling pokok dan focus, dengan mereduksi data berarti akan memberikan gambaran yang jelas, dan akan mempermudah dalam menambahkan data selanjutnya.
Analisis data dilakukan oleh peneliti adalah Teknik analisis deskriptif kuantitatif, yang dilakukan melalui penelitian pada anak yang bermain permata tersembunyi. Penghitungan data kuantitatif adalah menghitung hasil akhir peningkatan melalui observasi, pada kegiatan bermain permata tersembunyi selama berlangsung kegiatan.
2.      Deskripsi Data
Setelah data direduksi, maka selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data, memilah dan merangkum agar mempermudah dan memperjelas hal yang paling pokok dalam data, dalam peneltian kuantitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table atau grafik, agar penyajian data dapat terorganisasi dan tersusun dengan rapi dalam pola hubungan sehingga mudah dipahami. Data diolah dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif sederhana.

            Kemudian, menurut Anas Sudijono (2004:43) untuk menentukan keberhasilan aktivitas guru dan kreativitas berbahasa lisan anak selama proses pembelajaran diolah dengan menggunakan rumus persentase, yaitu sebagai berikut :  

Keterangan:
F          = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N         = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
p          = Angka persentase
100%   = Bilangan Tetap
            Dalam menentukan kriteria, maka dilakukan pengelompokkan atas 4 kriteria penilaian (Arikunto: 2002.246) sebagai berikut:
  1. 76% – 100% tergolong baik
  2. 56% – 75% tergolong cukup baik
  3. 40% – 55% tergolong kurang baiks
  4. 40% kebawah tergolong tidak baik”.
C.           Verivikasi Data
            Langkah ketiga dalam analisis data adalah dengan menarik kesimpulan awal yang dikemukakan, itu masih bersifat sementara, dan dapat dirubah bila nanti menemukan bukti kuat yang mendukung pada pengumpulan data tahap berikutnya, tetapi bila kesimpulan yang pertama sudah didukung oleh bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan dapat menjawab rumusan masalah yang ada.

H.          Keabsahan Data
            Teknik Triangulasi merupakan Teknik yang digunkan dalam penelitian ini untuk mengembangkan vadilitas data ,agar semua data yang dikumpulkan dan dicatat dapat pemantapan dan kebenarannya, dengan Teknik triangulasi dapat memanfaatkan peneliti untuk mengecek kembali derajat kepercayaan semua data. Teknik triangulasi meliputi :
a.       Memeriksa semua kembali informasi dan keterang – keterangan yang telah diperoleh selama observasi berlangsung, dengan cara mengonfirmasikan kepada guru, praktisi, mitra peneliti, dan anak didik melalui pertanyaan.
b.      Memeriksa kembali kebenaran semua data yang telah diperoleh peneliti secara kolaburatif.
c.       Mengecek dan memeriksa kebenaran semua prosedur dan metode yang di pakai peneliti dengan cara berdiskusi dengan rekan guru dan pembimbing.

I.             Kriteria Keberhasilan Tindakan
            Indikator untuk mengukur prestasi dan keberhasilan belajar anak adalah sampai sejauh mana kreativitas berbahasa lisan anak usia dini melalui permainan permata tersembunyi adalah apabila kegiatan pembelajaran yang di laksanakan dinyatakan berhasil apabila ada terjadi perubahan melalui peningkatan kemampuan yang diperoleh anak dengan Bahasa lisannya yang lebih baik. Peningkatan kemampuan dapat dilihat dari rata -  rata presentase aspek kemampuan yang di kembangkan yaitu apabila 80% dari jumlah anak memperlihatkan indikator dalam presentase yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar