PTK
PROPOSAL PENELITIAN
PENINGKATAN
KREATIVITAS ANAK USIA DINI
MELALUI CERITA
BERGAMBAR PADA ANAK DIDIK
KELOMPOK B KB SUNDARI
KIDS JAKARTA
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata
kuliah
“Metodologi Penelitian”
Dosen : Iswadi, M.Pd.
Oleh :
NAMA : YARTI KOMARIAH
NPM : 20158400086
KELAS : B PKK
PROGRAM STUDI SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN
STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
|
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini yang
berjudul ““Peningkatan Kreativitas Anak
Usia Dini Melalui Cerita Bergambar
pada Anak Didik Kelompok B, KB Sundari Kids, Semester II, Tahun Pelajaran 2017/2018” Semoga penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi kita semua dalam mencari ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa
tidak lepas dari bimbingan,bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkanjazakumullahkhoironkatsira dan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Iswadi, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
2. Rekan-rekan seperjuangan PG PAUD Kelas B PKK
3.
Ibu kepala Sekolah dan para
Dewan GuruKB Sundari Kids yang telah
memberikemudahan dan motivasi kepada penulis dalam upaya penyelesaian penelitian ini. dan juga
kepada
4.
Semua pihak yang
telah mendoakan, memotivasi, dan membantu hinggapenulisan penelitian ini sselesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak luput darikesalahan. Namun, penulis berharap
keterbatasan ini tidak mengurangimaksud yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca, sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Demikian penelitian ini penulis susun,
guna menyelesaikan tugas metodologi penelitian. Semoga penelitian ini dapat
member manfaat terhadap kreativitas anak usia dini di Indonesia. Semoga Allah
selalu meridhoi. Amin
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
ii
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................ 4
E. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN................................................ 6
A. Kajian Pustaka ................................................................... 6
1. Pengertian kreativitas ............................................... 6
2. Cerita............................................................................. 7
3. CeritaBergambar......................................................... 11
B. Kerangka Berpikir .............................................................. 17
C. Hipotesis Tindakan ........................................................... 19
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 20
A. Tujuan Penelitian ............................................................. 20
B. Setting Penelitian ............................................................. 20
1. Tempat Penelitian ....................................................... 20
2.
iii
|
C. Metode Penelitian ............................................................. 21
D. Langkah-Langkah Penelitian ......................................... 22
E. Sumber Data ...................................................................... 24
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 25
G. Teknik Analisa Data ......................................................... 26
1. Reduksi Data ............................................................... 26
2. Deskripsi Data ............................................................. 27
3. Verifikasi Data ............................................................. 28
H. Keabsahan Data ............................................................... 28
I. Kriteria Keberhasilan
Penelitian..................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30
iv
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak
usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuhkembang anak usia lahir hingga
enam tahun secara menyeluruh yangmencakup aspek fisik dan nonfisik dengan
memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani
(moral dan spiritual), motorik, akal pikiran,emosional dan sosial yang tepat
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,
2007 : 88). Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentangsistem pendidikan
nasional bab 1 ayat 14, menyatakan Pendidikan Anak UsiaDini adalah upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampaidengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsanganpendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut (DanarSanti, 2009 : 7).
Anak usia dini
adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai lompatan
perkembangan karena itu usia dini dikatakan sebagai golden age(usia emas) yaitu
usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebutmerupakan fase
kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secarafisik, psikis, sosial
dan moral.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
anak usia dini merupakan fase penting dalam rentang kehidupan manusia. Anak
usia dini juga merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia
dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (Sujiono, 2009:6).
Perkembangan motorik adalah perkembangan
dari unsur pengembangan dan pengendalian gerak tubuh.
Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf dan otot. Perkembangan
motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerak
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Widodo (2008)
Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord. Motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian angggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ
otak leat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak
melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan
seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya.
Pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dilaksanakan dengan prinsip “Bermain sambil belajar , atau Belajar
seraya bermain”. Sesuai dengan perkembangan, oleh sebab itu diharapkan seorang
pendidik yang kreatif dan inovatif agar anak bisa merasa senang, tenang, aman
dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan observasi di KB Sundari Kids Kelompok B anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan ceritabergambar yang ditandai dengan
kurang keterampilannya anak dalam pengembangan kreativitas menggunakan buku ceritadalam pembelajaran.
Ada beberapa anak yang tidak mau untuk melakukan kegiatan ceritaada juga yang menangis sehingga hasil
belajar anak kurang optimal, dan hasil belajar yang dicapai kurang memenuhi target. Dari 16 anak yang terdiri dari 14 putra dan 2 putri yang dapat melakukan kegiatan berceritatanpa dibantu hanya 7 anak. Ketika guru sedang menerangkan
langkah untuk bercerita, anak ditanya apakah sudah bisa atau belum, hampir semua anak menjawab
sudah. Tetapi ketika diminta mengerjakan ternyata masih banyak yang mengalami
kesulitan.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian
tentang “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar pada Anak Didik Kelompok B, KB
Sundari Kids Lenteng Agung, Semester II,
Tahun Pelajaran 2017/2018 ”.
B.
Indentifikasi masalah
Berdasarkan kegiatan upaya meningkatkan
kemampuan berceritaanak melalui kegiatan ceritapada anak kelompok B di KB Sundari Kids ditemukan berbagai
masalah sebagai berikut :
a.
Hasil belajar anak yang belum sesuai
dengan harapan
b. Ketidak sukaan anak dalam mengerjakan kegiatan bercerita khususnya ceritabergambar.
c.
Proses pembelajaran yang belum optimal
d. Perilaku anak dalam upaya berceritadan
cara menggunakan lem
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah,
penelitian ini dibatasi pada masalah point a dan c, yaitu :
a.
Hasil belajar anak yang belum sesuai
dengan harapan
b.
Proses
pembelajaran yang belum optimal
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka pada penelitian
ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah cerita bergambardapat meningkatkan kreativitas anak didikpada kelompok B KB Sundari Kids, Lenteng Agung Semester II, Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bantuan bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan PAUD pada khususnya.
b.
Penelitian ini dapat menambah wacana
tentang bercerita pada kegiatan ceritabergambar.
c.
Penelitian ini sebagai dasar dalam
kegiatan ceritabergambaruntuk mengembangkan kreativitas anak
dalam cerita.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi anak
Melalui kegiatan melipat diharapkan
anak-anak senang dan tertarik serta tumbuh minatnya untuk melakukan kegiatan
ini sehingga dapat meningkatkan kemampuan cerita.
b.
Bagi guru
Untuk meningkatkan kreativitasnya dalam
memberikan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
dalam meningkatkan cerita.
c.
Bagi orang tua
Agar dapat memberi wawasan kepada orang
tua dalam memfasilitasi anak untuk menumbuhkan minat belajar baik dirumah
maupun disekolah dalam meningkatkan kemampuan ceritaanak melalui kegiatan ceritabergambar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1.
Pengertian
Kreativitas
Pengertian
Kreativitas mengandung beragam definisi didalamnya.
Lawrence dalam Suratno (2003: 24) menyatakankreativitas merupakan ide atau
pikiran manusia yang bersifatinovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti.
Elliot dalam Suratno(1975: 24) menyatakan kreativitas adalah proses
memecahkanmasalah dan membuat ide. Drevdahl dalam Dian Pramesti (2007:25)
menjelaskan kreativitas merupakan kemampuan seseorang menghasilkan
gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiranyang mempunyai maksud dan
tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.
Sementara itu Chaplin (1989) dalam Rahmawati (2005: 15)mengutarakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru
dalam seni, atau dalam persenian, atau dalammemecahkan masalah-masalah dengan
metode-metode baru. Daripaparan tersebut penulis menyimpulkan kreativitas
adalahkemampuan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah
dan ide yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Sedangkan kreatif
merupakan suatu sifat yang dimilikioleh seseorang yang mempunyai kreativitas.
Kreativitas
hanya dimiliki oleh orang yang kreatif. Hal inidikarenakan hanya orang yang
kreatiflah yang mempunyai idegagasan yang kreatif dan original. Orang akan
menjadi kreatifapabila distimulasi sejak dini sehingga menjadi anak yang
kreatif.Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secarakreatif
serta tidak tergantung dengan orang lain.
2. Cerita
a. Pengertian
Cerita
Cerita merupakan salah satu
bentuk karya sastra. Buku untuk anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa
kini. Karena kehidupannya terfokus pada masa kini, masih sukar bagi anak untuk
membayangkan masa lalu dan masa depan. Cerita untuk anak adalah cerita yang menempatkan mata
anak-anak sebagai pengamat utama dan masa anak-anak sebagai fokus utamanya.
(Tarigan, 1995: 5).
b. Pentingnya
Cerita
Suyanto dan Abbas dalam
Musfiroh (2005: 23) menyatakan cerita dapat digunakan sebagai sarana mendidik
dan membentuk kepribadian anak. Nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak
melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Tranmisi budaya terjadi secara
alamiah. Anak memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak
melakukan serangkaian aktivitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita
separti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab
akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya, misalnya
makna kebaikan, kejujuran, dan kerja sama. Proses ini terjadi secara lebih kuat
dari pada nasehat atau paparan.
Musfiroh (2005: 24)
menyatakan bercerita menjadi sesuatu yang penting bagi anak karena beberapa
alasan antara lain :
1) Bercerita
merupakan alat perbandingan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak
disamping teladan yang dilihat anak tiap hari.
2) Bercerita merupakan metode dan
materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar ketrampilan lain, yakni
berbicara, membaca, menulis dan menyimak, tidak terkecuali untuk anak taman
kanak-kanak.
3) Bercerita memberi ruang lingkup yang
bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap
peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak untuk memiliki
kepekaan sosial.
4) Bercerita memberi contoh pada anak
bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan
pembicaraan yang baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaimana cara
mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh masyarakat.
5)
Bercerita memberikan barometer sosial pada anak,
nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti patuh pada
perintah orang tua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur.
6)
Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti
yang memiliki retensi lebih kuat dari pada pelajaran budi pekerti yang
diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.
7)
Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu
nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.
8)
Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi
anak dan guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti
figur lekat orang tua.
9)
Bercerita membangkitkan rasa
tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot, dan menumbuhkan kemampuan
merangkaisebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak
untuk belajar menelaah kejadian-kejadian di sekelilingnya.
10) Bercerita memberikan daya tarik
bersekolah bagi anak. Cerita memberikan efek reaktif dan imajinatif yang
dibutuhkan anak TK, membantu pembentukan serabut syaraf, respon positif yang
dimunculkan memperlancar hubungan antarneuron. Secara tidak langsung, cerita
merangsang otak untuk menganyam jaringan intelektual anak.
11) Bercerita
mendorong anak memberikan makna bagi proses belajar terutama mengenai empati
sehingga anak dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana
seharusnya memandang suatu masalah dari sudut pandang orang lain. Dengan kata
lain, anak belajar memahami sudut pandang orang lain secara lebih jelas
berdasarkan perkembangan psikologis masing-masing.
c. Jenis
Cerita
Banyak jenis cerita yang
dapat ditawarkan pada anak. Jenis cerita yang menarik bagi anak sesuai dengan
tingkatan umur tentu berlainan. Anak yang lebih muda sudah dapat memahami dan
menyukai cerita untuk anak yang lebih besar atau biasa juga sebaliknya.
d. Penyajian
Cerita
Anak TK pada umumnya belum
dapat membaca, kosakatanya juga sangat terbatas. Daya nalarnya pun juga sangat
dangkal sehingga untuk membedakan antara yang nyata dan yang fantasi pun belum
mampu. Oleh sebab itu, penyajian cerita sebaiknya dalam bentuk media visual
sedikit.
Gambar merupakan media yang
menarik perhatian dan disukai anak-anak. Karena dalam gambar terdapat
bentuk-bentuk objek dan warna yang jelas, anak-anak mudah menggambarkan tokoh
yang sebenarnya. Bentuk-bentuk penyajian cerita anak TK yang disarankan adalah
sebagai berikut:
1) Kartu
Cerita
Kartu cerita adalah sebuah cerita yang
berbentuk teks yang berisi catatan singkat dari bagian-bagian cerita secara
beruntun, sebagai bahan bercerita. Adapaun bentuk cerita ini disajikan dalam
bentuk kartu.
2) Gambar Seri
Gambar seri adalah kumpulan beberapa gambar
dimana ringkasan cerita dituliskan pada kertas tersendiri sebagai bahan
bercerita. Cerita ini tidak berbetuk buku akan tetapi hanya berbentuk lembaran
kertas yang saling berkaitan.
3) Buku
Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar adalah sebuah cerita
berbentuk buku dimana terdapat gambar sebagai perwakilan cerita yang saling
berkaitan. Selain ada gambar dalam buku cerita tersebut juga terdapat tulisan
yang mewakili cerita yang ditampilkan oleh gambar diatasnya.
3.
Cerita
Bergambar
a. Pengertian
Cerita Bergambar
Cerita bergambar merupakan
sebuah kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai
penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi
cerita tersebut. Menurut wikipedia the free encylopedia dalam Ardianto (2007:
6) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khayalak
luas. Melalui cerita bergambar diharapkan anak
dapat dengan mudah menerima informasi dan diskripsi cerita yang hendak
disampaikan.
b. Teknik
Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar
Bercerita dengan alat peraga
buku bergambar dikategorikan sebagai reading aloud (membaca nyaring). Bercerita
dengan media buku bergambar dipilih apabila guru memiliki keterbatasan pengalaman (guru belum
berpengalaman bercerita), guru memiliki kekhawatiran kehilangan detail cerita,
dan memiliki keterbatasan sarana cerita, serta takut salah berbahasa.
Musfiroh (2005: 142)
menyatakan teknik-teknik membacakan cerita dengan alat peraga buku cerita
bergambar adalah sebagai berikut :
2) Pencerita
sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan didepan anak. Guru
memiliki keyakinan memahami cerita, menghayati unsur drama, dan melafalkan
setiap kata dalam buku dengan tepat serta tahu pasti makna tiap-tiap kata
tersebut. Dengan demikian konsentrasi anak terhadap cerita menjadi tidak
tertanggu dan rentang perhatian anak terhadap cerita manjadi 5 menit lebih
panjang dari biasanya. Rentang perhatian yang lebih panjang tersebut merupakan
salah satu ciri dari anak yang kreatif
3) Pencerita
tidak terpaku pada buku, sebaiknya guru memperhatikan
reaksi anak saat membacakan buku tersebut. Hal ini bermanfaat bagi guru karena
dengan melihat reaksi anak, guru dapat mendeteksi anak-anak yang kreatif,
karena anak kreatif mempunyai reaksi yang kreatif serta belajar dengan cara-
cara yang kreatif. Contoh dari reaksi kreatif tersebut adalah apabila guru
bercerita anak-anak akan mengajukan pertanyaan, kemudian membuat tebak-tebakan
sendiri yang akhirnya anaktersebut akan menemukan sendiri jawabannya. Hasil
dari temuan tersebut merupakan awal dari ide kreatifnya.
4) Pencerita
membacakan cerita dengan lambat (slowly) dengan kalimat ujaran yang lebih
dramatik daripada urutan biasa. Hal ini bertujuan agar anak dapat meresapi isi
cerita yang disampaikan oleh guru sehingga anak dapat membangun imajinasinya
dari cerita yang mereka dengar. Melalui imajinasi- imajinasinya tersebut anak
membangun pengetahuan sehingga dapat melahirkan ide-ide yang dituangkan lewat
cerita yang mereka bangun dari imajinasinya.
5) Pada
bagian-bagian tertentu, pencerita berhenti sejenak untuk memberikan komentar,
atau meminta anak-anak memberikan komentar mereka. Dengan demikian dapat
memberi kesempatan pada anak untuk berkomentar terhadap cerita yang disampaikan
dan dapat merangsang anak untuk mengajukan pertanyaan seputar cerita yang
disampaikan seperti tokoh, alur cerita dan akhir dari cerita tersebut. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut yang merangsang anak untuk menemukan ide kratifnya.
6) Pencerita
memperhatikan semua anak dan berusaha untuk menjalin kontak mata. Dengan
menjalin kontak mata tersebut, guru dapat melihat anak-anak yang mempunyai
rentang perhatian panjang, dimana rentang perhatian tersebut merupakan salah
satu ciri anak kreatif.
7) Pencerita
sebaiknya sering berhenti untuk menunjukan gambar- gambar dalam buku, dan
pastikan semua anak dapat melihat gambar tersebut. Dengan memberi kesempatan
anak untuk melihat gambar, maka akan memberi kesempatan anak untuk berfantasi
dengan gambar tersebut. Anak yang mempunyai banyak fantasi dapat dikatakan
sebagai anak yang kreatif.
8) Pastikan
bahwa jari selalu siap dalam posisi untuk membuka halaman selanjutnya.
Anak-anak yang kreatif mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, mereka akan selalu
bertanya-tanya khususnya tentang kelanjutan cerita yang dibacakan guru. Oleh
karena itu guru harus selalu siap untuk memposisikan jarinya untuk membuka
halaman selanjutnya.
9) Pencerita
sebaiknya malakukan pembacaan sesuai rentang atensi anak dan tidak bercerita
lebih dari 10 menit (Wright dalam Musfiroh, 2005: 143). Hal ini bertujuan agar
anak tidak bosan terhadap cerita yang disampaikan oleh peneliti. Kebosanan
tersebut akan menghambat proses kreatifnya karena jika anak- anak bosan mereka
tidak akan bisa berekplorasi sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Karena
dengan bereksplorasi anak membangun rasa percaya diri. Rasa percaya diri itulah
yang akan menjadi bekal anak untuk mengorganisasikan kemampuan diri. Dari
keberhasilan anak mengorganisasikan kemampuan diri itu nantinya yang akan
dipergunakan anak untuk menjadi pemimpin baik itu dirinya sendiri maupun
kelompoknya. Karena ciri dari anak kreatif itu sendiri adalah anak mampu
mengorganisasikan kemampuan diri yang menakjubkan.
10) Pecerita
sebaiknya memegang buku disamping kiri bahu bersikap tegak lurus kedepan.
11) Saat
tangan kanan pencerita menunjukan gambar, arah perhatian disesuaikan dengan
urutan cerita.
12) Pencerita
memposisikan tempat duduk ditengah agar anak bisa melihat dari berbagai arah
sehingga anak dapat melihat gambar secara keseluruhan.
13) Pencerita
melibatkan anak dalam cerita supaya terjalin komunikasi multiarah. Komunikasi
yang multiarah tersebut akan merangsang anak untuk terlibat dengan kegiatan
bercerita tersebut. Apabila anak terlibat dalam kegiatan cerita maka anak akan
mendapatkan kosakata baru lebih banyak. Kosakata tersebut akan menjadi bekal
anak untuk menjadi pencerita alami. Hal ini dikarenakan anak yang kreatif
menikmati permainan dengan kata-kata serta sebagai pencerita yang alami.
14) Pencerita
tetap bercerita pada saat tangan membuka halaman buku.
15) Pencerita
sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul buku dan pengarang supaya
anak-anak belajar menghargai karya orang lain (Priyono dalam Musfiroh, 2005:
143). Dengan guru menyebutkan judul dan pengarangnya, kosakata anak menjadi
bertambah. Kosakata tersebut yang akan mendorong anak untuk mengembangakan
imajinasi dalam cerita yang dibuatnya.
B. Kerangka
Berpikir
Masa usia dini disebut
dengan usia emas (golden ages) yang memliki arti bahwa anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada masa tersebut. Oleh sebab itu
diperlukan stimulasi yang tepat agar aspek-aspek perkembangan anak usia dini
berkembang dengan maksimal. Kreativitas merupakan hal yang penting dalam masa
perkembangan anak usia dini. Anak akan memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk
memenuhi kebutuhan berekspresi menurut caranya sendiri yang dituangkan dalam
hasil karya anak.
Perkembangan kreativitas anak
kelompok B KB Sundari Kidsbelum
berkembang dengan optimal. Hurlock (1978: 3) menyatakan bahwa kreativitas
adalah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru berbeda dan orisinil. Kegiatan bercerita bergambar membantu
anak mengembangkan kreativitasnya baik dari aspek kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi. Dari
aspek kelancaran, kegiatan cerita bergambar
memberikan
kebebasan anak untuk membuat bentuk sesuai dengan keinginan. Anak bebas untuk
memilih dan menggunakan bahan yang dapat membantu mengembangkan aspek
kreativitas.anak dapat mengkombinasikan berbagai bahan yang sudah disediakan
oleh guru dengan bervariasi. Anak dapat menggunakan alat untuk membuat cerita bergambar sesuai
dengan kebutuhan serta dapat mengkomunikasikan hasil karyanya kepada guru dan
teman di kelasnya pada saat anak melakukan kegiatan bercerita, baik dari bahan yang
dipilih dengan berbagai macam variasi warna, bentuk dan ukuran serta perasaan
anak selama kegiatanceritabergambar.
Selain itu, dalam kegiatan ceritabergambaranak
diberi kebebasan membuat sesuai dengan imajinasinya yang dapat mengembangkan
aspek keaslian dan kelenturan. Anak juga bebas berkreasi dalam mengkombinasikan
bahan dan warna sesuai dengan keinginan sehingga menghasilkan hasil karya yang
berbeda dengan yang lainnya serta bebas menggunakan alat yang disediakan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
Kreativitas yang merupakan
hasil dari pemikirannya sendiri yang berbeda dengan anak lain dan merupakan
keunikan yang khas dari masing-masing anak. Melalui cerita bergambaranak memperoleh
kebebasan dalam memilih dan menggunakan cerita
sesuai
dengan keinginannya.
Proses pembelajaran melalui
kegiatan cerita bergambar dapat
meningkatkan kreativitas karena pada kegiatan cerita bergambar anak dapat berkreasi sesuai
dengan kreativitas anak masing-masing dan merupakan kegiatan menarik bagi anak.
Melalui kegiatan cerita bergambar membantu
kemampuan berbahasa anak, anak terlatih unuk menjelaskan atau bercerita tentang
hasil karyanya kepada guru. Anak lebih mudah belajar tentang sesuatu bila
melalui kegiatan yang menyenangkan seperti cerita
bergambar. Pada saat kegiatan cerita bergambar sama
halnya anak sedang bermain, sehingga dalam proses pembelajarannya berlangsung
dengan menyenangkan dan dapat meningkatkan kreativitas anak.
Dengan demikian, kegiatan cerita bergambar dapat
membantu meningkatkan kreativitas anak. Melalui kegiatan cerita bergambar,
anak-anak merasa lebih tertarik untuk menciptakan gambar sesuai dengan imajinasinya
sehingga kreativitas anak dapat meningkat dan berkembang sesuai harapan.
C.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah
dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan
kesimpulan yang nilai kebenarannya masih diuji, melihat permasalahan dan teori
yang telah dikemukakan di atas dapat penulis rumuskan hipotesis yaitu cerita
bergambar dapat meningkatkan kreativitas
pada anak didik Kelompok B, KB
Sundari Kids, semester II, tahun Pelajaran
2017/2018.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas
melalui kegiatan ceritabergambarolase yaitu :Diharapkan agar anak mampu membuat gambar dengan berbagai macam unsur
atau bahan ke dalam satu frame dalam komposisi warna dan penataan unsur yang
menarik sehingga tercipta suatu karya seni yang serasi dan indah.
Diharapkan kreativitas ceritabergambardapat meningkatkan
keterampilan anak dan mengembangkan daya imajinasinya agar anak mampu
berfikir kreatif.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KB Sundari Kids yang berlokasi di Jl. H. Naseh No. 8
Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. KB Sundari Kids merupakan tempat yang
digunakan oleh peneliti dalam beraktivitas sehari-hari sebagai tenaga pengajar.
Hal yang berdasarkan pada pertimbangan ini adalah:
1.
Penelitian ini dilakukan di dalam kelas
oleh guru sebagai peneliti.
2.
Penelitian tindakan kelas akan lebih
efektif jika dilakukan di sekolah sendiri.
3. Penelitian bermanfaat untuk peneliti terutama dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di lingkungan sendiri.
4.
Peserta didik lebih mudah terkondisikan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semeter II tahun ajaran 2017-2018, dengan waktu efektif selama tiga bulan, dimulai dari bulan Oktober-Desember 2017.
C.
Metode Penelitian
Penelitian tindakan (Action
research) yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kolaboratif (Collaborative action Research). Penelitibeserta
teman sejawat dan kepala sekolah bersama-sama berdiskusi
untuk dapat memecahkan masalah tentang kreativitas anak di sekolah.
Berawal dari dirasakan adanya masalah, kemudian peneliti bersama kolaborator
mengidentifikasi masalah.
Dosenmembantu peneliti dengan berperan
sebagai pemantul gagasan (sounding board) yaitu dengan cara menggunakan
pertanyaan-pertanyaan pelacakan tanpa bersifat mengarahkan. Tahap selanjutnya
adalah menetapkan fokus penelitian, menganalisis masalah, merumuskan masalah,
kemudian membuat perencanaan awal dan menyusun langkah-langkah
penelitian.
D.
Langkah-langkah
Penelitian
Sesuai dengan
model yang digunakan, penelitian tindakan
ii melaluitahapan-tahapan yang dikenal dengan siklus, yaitu tahap perencanaan (planning),tahap
pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap
refleksi (reflecting).
Siklus 1:
a.
Tahapan perencanaan pada siklus satu
diawali dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatan
berlangsung. Pada siklus satu dilaksanakan dua kali pertemuan dalam satu
minggu.
b. Tahapan pelaksanaan dalam siklus satu dilaksanakan proses belajar mengajar
dengan kegiatan ceritabergambar. Guru memberikan contoh kepada anak.
c.
Tahapan observasi pada siklus satu
dilaksanakan dengam menggunakan lembar observasi.
d.
Tahapan refleksi pada siklus satu
merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah dilakukan. Kegiatan
mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut
dalam perencanaan siklus selanjutnya. Pada siklus satu anak masih belum
menyelesaikan tugas latihan yang dicontohkan guru
Siklus 2 :
a.
Tahapan perencanaan pada siklus dua
diawali dengan langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian dan menyiapkan sarana pendukung.
b. Tahap pelaksanaan pada siklus dua dilaksanakan proses belajar mengajar
dengan aspek kegiatan cerita bergambar. Guru menunjukkan peragaan dan mencontohkan cara bercerita dengan menggunakan gambar-gambar yang
menarik agar anak lebih semangat mengikuti kegiatan
keterampilan cerita bergambar. Dalam pelaksanaan
penelitian dibantu satu orang guru dan satu orang kepala sekolah.
c. Tahap observasi pada siklus dua dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi, Tanya jawab kepada anak tentang keterampilan cerita bergambar..
d.
Tahapan refleksi pada siklus dua merupakan
kegiatan mengevaluasi, anlisis, penjelasan, penyimpulan. Perhatian anak
tercurah pada pekerjaan keterampilan menggambar, anak dapat mengikuti dan bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru.
Siklus 3 :
a.
Perencanaan, pada siklus tiga merupakan
pendalaman materi yang telah diberikan pada tindakan siklus 1 dan 2, pada
siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2, yang
akan diatasi umtuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH)
b. Pelaksanaan, siklus 3 difokuskan pada aspek ekspresi anak pada kesesuaian
kegiatanceritabergambar. Tindakan siklus 3
merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran pada siklus 1 dan 2.
c. Pengamatan, peneliti melakukan pengamatn dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Untuk
mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses belajar mengajar dilakukan tes
praktek. Tes praktek dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan anak
dalam hal menguasai cara melakukan ceritabergambardengan
baik.
d.
Refleksi, peneliti dan pengamat
mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses
pembelajaran penelitian telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka peneliti
dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah
memenuhi target yang diharapkan.
E. Sumber Data
Data penelitian dikumpulkan dari
berbagaisumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber, yaitu anak didik kelompok BermainKB Sundari Kids Lenteng Agung.
2. Tempat dan peristiwa atau kejadian berlangsungnya
pembelajarandengan ceritabergambar
di KB Sundari Kids Lenteng Agung.
3. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa satuan
bidangpengembangan, pedoman observasi, dan hasil penilaian anak.
F.
Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian data pada penelitian ini
sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawancara merupakan rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Agar wawancara terarah pada pokok pembicaraan, maka di
susun pedoman wawancara dengan menulis pokok-pokok pertanyaan yang akan
diajukan secara singkat dan jelas. Serta disediakan juga tempat untuk mencatat
jawaban yang diberikan anak sehingga kalau responden menjawab pertanyaan yang
diajukan dapat langsung ditulis pada tempat yang jawabnnya sudah disediakan.
2.
Observasi
Observasi merupakan tehnik pengumpulan
data dengan cara mengamati kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diteliti dan diamati.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah sejumlah pesan, fakta,
data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi-dokumentasi merupakan pengumpulan
data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan variable yang berupa lembar kerja
anak, hasil karya anak, RPPH, silabus, foto, lembar penilaian. Dokumentasi
digunakan untuk memperkuat data dari hasil observasi dan wawancara sehingga
untuk menambah kevalitan data. Jenis dokumentasi yang diambil data anak, tabel
pengamatan lapangan.
4.
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat
temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti tidak teramati dalam lembar
observasi, bentuk temuan ini berupa aktivitas anak dan permasalahan yang
dihadapi selama pembelajaran.
G.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif melalui pendekatan
kuantitatif yaitu dengan perhitungan distribusi frekuensi. Aktivitas analisis
data ini dilakukkan secara terus menerus sampai tuntas, sehungga datanya jelas.
Aktivitas dalam analisis data dilakukan melalui empat tahap yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data (display data), verifikasi dan
penarikan kesimpulan.
1.
Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara secara teliti dan rinci.
Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data
akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang
tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisi deskriptif kuantitatif. Deskripsi kuantitatif yaitu
memaparkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu hasil dari pengamatan
keterampilan cerita bergambar. Penghitungan data
kuantitatif adalah dengan menghitung hasil akhir peningkatan keterampilan
melipat pada anak pada setiap siklus. Data tersebut diperoleh dari lembar
observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, dapat diketahui
persentase keterampilan melipat pada anak. Data yang akan dianalisis berupa
data dari lembar observasi pada saat kegiatan cerita bergambar berlangsung.
2. Deskripsi data
Setelah data direduksi, maka selanjutnya
adalah mendiskripsikan data, dalam penelitian kuantitatif penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk table atau grafik. Melalui penyajian data tersebut, maka
data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin udah
untuk dipahami.
Data keterampilanceritabergambaryang diperoleh akan
dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Menurut Anas
sudjiono (1986: 43) dapat dianalisa dengan rumusan sebagai berikut :
P = F x 100%
N
Keterangan :
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari
persentase
N = Jumlah responden anak
Hasil yang diperoleh dalam penghitungan
kuantitatif kemudian dideskripsikan secara naratif.
3. Verifikasi data
Langkah ketiga dalam analisis data yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang menduung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
H.
Keabsahan Data
Validasi data menggunakan teknik triangulasi
merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan
validitas data, agar data yang dikumpulkan dan dicatat dapat dijamin pemantapan
dan kebenarannyadengan teknik triangulasi dapat memanfaatkan peneliti untuk
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Adapun yang merupakan teknik
triangulasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
2. Memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh
selama observasi dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru, praktisi, mitra
peneliti, dan anak didik melalui tanya jawab di akhir tindakan.
3. Memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti secara kolabortif
4. Mengecek kebenaran prosedur dan metode yang dipakai peneliti serta
kesimpulan yang diambil oleh peneliti dengan cara mendiskusikannya bersama guru
dan pembimbing.
5. Diskusi dengan guru kelas
I. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Indikator untuk mengukur prestasi dan
keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana kreativitas anak usia dini melalui
kegiatan cerita bergambar. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi
perubahan yaitu, berupa peningkatan kemampuan yang diperoleh anak. Perubahan
anak didik dalam menggambar menjadi sebuah bentuk yang diajarkan oleh guru melalui metodeceritabergambar. Peningkatan kemampuan dapat dilihat dari
peningkatan rata-rata persentase setiap aspek kemampuan yang dikembangkan yaitu
apabila 80 % dari jumlah anak memperlihatkan indikator dalam persentase yang
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif,
S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan (Pengertian Pengembangan
danPemanfaatannya). Jakarta: CV Rajawali
Azhar,
Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Drs.
Mudyaharjo, Redja. 1992. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka, Depdikbud
Munandar,
S.C Utami. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan StrategiMewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Prastiti,
Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Surakarta: PT Macanan Jaya
Cemerlang
Seefedlt,
Carol dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini, Menyiapkan Anak
Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta: Indeks124
Susilana,
Rudi dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks
Suyanto,
Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat
Drs. MS.
Sumantri 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas,Dirjen Dikti.
Slot machines, how to place a bet and where to find them!
BalasHapusTo complete your gambling account, click the “Sign Up” button. This is where all your money comes from. There luckyclub is no registration or