Proposal
Penelitian Etnografi
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PERAN PENDIDIK DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK ANAK USIA DINI DI
PAUD WIJAYA KUSUMA
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
”Metodologi Penelitian”
Dosen
Pengampu:
Iswadi, M.
Pd
Oleh:
NAMA : DAHLIAH
NPM : 20158400081
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
,segala puji hanya milik Alloh.Atas segala hidayah inayah dan kenikmatan –Nya
kita masih diberi keempatan untuk melakukan kegiatan penelitian, penelitian ini
berjudul PERAN PENDIDIK DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK ANAK USIA DINI
(Etnografi di lembaga Paud wijaya kusuma).Memahami semua itu ,semoga peserta
didik terutama anak usia dini menjadi anak yang berkarakter dan berakhlak
mulia.
Kami
juga mengucapkan banyak terima kasih Kepada Wali murid dan pserta didik BKB
Paud Wijaya kusuma sebagai responden kami,Guru-guru Paud Wijaya kusuma sebagai
relasi kami yang mendukung semua kegiatan Paud.Dan tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Iswadi . M. Pd yang telah mengajarkan
kami tentang penelitian metodelogi .Rekan-rekan seperjuangan PG PAUD PKK kelas
B atas Bimbingan bantuan dan dukungan dalam penyusunan proposal penelitian
ini.Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan ini, maka kritik dan
saran yang sifatnya membangun penuis harapkan guna menyempurnakan penelitian
Demikianlah
penelitian ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Metodelogi
penelitian ,semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN.
Dewasa ini, seiring terus bergulirnya arus
globalisasi1 serta semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK)2 akan berpengaruh terhadap berbagai hal. Salah satu pengaruhnya
adalah dalam hal pola pikir dan tindakan masyarakat baik di kota maupun di
desa. Keramahan, tenggang rasa, kesopanan, rendah hati, suka menolong, dan
solidaritas sosial yang merupakan jati diri bangsa pun dewasa ini seolah-olah
hilang. Tidak
berbeda dengan lingkungan sosial di sekitar yang marak terjadinya terorisme,
korupsi, prostitusi, tawuran antar pelajar atau mahasiswa, perilakumenyimpang
pada remaja dan perilaku merusak diri seperti keterlibatan dan ketergantungan
padanarkoba dan minuman keras adalah cerminan bahwa rendahnya moral bangsa Indonesia
saat ini. Nilai-nilai moral bangsa yang tertulis pada Pancasila lambattlaun
akan pudar. Padahal nilai-nilai ini jika dijiwai dan diimplementasikan
dalam kehidupan seluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Penyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia,
eskpansi, dan pertumbuhan sebuah kesadaran global bersama. Globalisasi membawa
isu yang mampu mengubah dunia secara keseluruhan menjadi budaya Barat (Martono,
2014:188-200).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu suatu
sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang
di bidang teknologi.Dapat juga
dikatakan, defenisi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ialah merupakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu penemuan yang
terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun perkembangan dibidang
teknologi itu sendiri
(http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-iptek-atau-ilmu-pengetahuan-
dan teknologi-lengkap.html, diakses tanggal 11 Februari 2017). Hidupan jelas
akan membantu bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang bermoral dan
bermartabat. Menurunnya moral bangsa saat ini akan mengakibatkan runtuhnya pula
sikap sopan santun, gotong-royong dan toleransi beragama dalam kehidupan
bermasyarakat. Terpuruknya bangsa dan negara Indonesia sekarang ini tidak hanya
disebabkan oleh krisis ekonomi maupun politik, tapi lebih dari itu.
Bangsa dan negara Indonesia saat ini sedang
menghadapi krisis karakter atau jati diri yang menjadi landasan fundamental
bagi pembangunan karakter bangsa. Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini juga
dinilai penuh dengan muatan-muatan pengetahuan dan tuntutan arus global yang
mengesampingkan nilai-nilai moral budaya danbudi pekerti dalam membentuk
karakter peserta didik, sehingga menghasilkan siswa yang pintar tetapi tidak
bermoral.Banyak contoh yang menunjukkanburuknya moral bangsa dan negara
Indonesia saat ini.Pertama, dapat dilihat darimerajalelanya kasus korupsi dan
suap dari kalangan politik.Maraknya kasuskorupsi dan suap yang mereka lakukan
merupakan cerminan bahwa moral bangsadan negara Indonesia saat ini sudah jatuh
di bawah titik terendah. Kedua, semakin merajalelanya perzinaan, perbuatan
mesum, seks bebas, perselingkuhan, prostitusi masyarakat dari tingkat bawah
sampai tingkat atas dan berasal dari berbagaitingkatan usia. Hampir setiap hari
dapat diperoleh berita kasus perzinaan, pelakunya mulai dari pelajar,
mahasiswa, artis, atlit, karyawan baik swasta maupun pegawai negeri, bahkan di
antara pelakunya ada yang berstatus sebagai pejabat baik eksekutif maupun
legislatif dan pendidik. Ketiga, meningkatnya angka kriminalitas, mulai dari
pencurian, perampokan, penodongan, pembunuhan, kasus miras dan narkoba, kasus
perjudian serta kasus human trafficking.Pelakunya juga sangat bervariasi, bahkan
ada yang bersatus pelajar dan mahasiswa, bahkan pelakunya ada yang termasuk
oknum petugas seperti polisi, jaksa, dan hakim.Keempat, semakin maraknya kasus
perkelahian yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat, mulai dari
perkelahian antarkampung, perkelahian antar kelompok (suku, ras, agama),
perkelahian antarpelajar dan bahkan perkelahian antar mahasiswa. Dalam berbagai
kasus perkelahian antarpelajar dan antar mahasiswa ditemukan adanya penggunaan
senjata tajam dan beberapa kali menelan korban jiwa.Kelima, berkaitan dengan
kasus pornografi dan rekaman perbuatan mesum. Pornografi sekalipun telah ada
undang undangnya yang mengatur, tetapi praktiknya masih tetap banyak terjadi di
kalangan masyarakat.Bahkan, banyak kasus rekaman perbuatan mesum yang terjadi
khususnya kasus perekaman perbuatan mesum menggunakan handphone dan yang
menjadi pelakunya adalah yang memiliki handphone itu sendiri.
Selain hal di atas, masih banyak contoh kasus
lainnya yang berkaitan dengan fenomena krisis moral bangsa dan negara Indonesia
saat ini, antara lain kasus HIV AIDS yang terus meningkat berbanding lurus
dengan peningkatan kasus prostitusi, seks bebas dan narkoba; meningkatnya
perilaku merusak sarana publik antara lain tercermin dari fenomena corat-coret
tembok di tempat-tempat umum; semakin memudarnya sopan santun (rasa hormat)
dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk sopan santun anak muda pada orang tua
dan guru, sopan santun dalam berlalu-lintas, serta sopan santun dalam
berinteraksi sosial dan masih banyak lagi contoh kasus krisis moral yang
lainnya yang sedang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia saat ini. Fenomena ini
sesungguhnya menjadi tantangan besar bagi bangsa dan negara Indonesia, karena
pendidikan itu seharusnya mampu menjadi
suatu
wadah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia, di samping
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka membentuk kecerdasan
generasi muda bangsanya. Hal ini sejalan dengan tuntutan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan tujuan dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab..” (Fathurrohman dkk, 2013:8). Tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
untuk meningkatkan keimanan serta akhlak mulia dalam rangka untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.Untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional serta untuk mengatasi
permasalahan moralitas bangsa, diperlukan suatu sistem pendidikan yang
menyentuh seluruh jalur dannjenjang yaitu pendidikan berkarakter. Pendidikan
berkarakter dipilih sebagai suatu upaya perwujudan pembentukan karakter peserta
didik ataupun generasi bangsa yang berakhlak mulia.
Namun,
dampak globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi (IPTEK) yang
terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesiamelupakan pendidikan berkarakter.
Padahal, pendidikan berkarakter merupakansuatu pondasi bangsa yang sangat
penting dan perlu ditanamkan sejak usia dinikepada anak-anak. Melalui penekanan
dan pemberdayaan penerapan pendidikanberkarakter di berbagai lembaga
pendidikan, baik formal, informal maupunnonformal diharapkan mampu pula
menjawab berbagai tantangan serta permasalahan kompleks yang dialami bangsa
Indonesia. Pendidikan berkarakter sendiri harus meliputi dan berlangsung pada
setiap jenjang pendidikan. Salah satujenjang pendidikan yang menjadi bagian
dari proses penerapan pendidikan berkarakter adalah pendidikan anak usia dini.
Mengutip
Direktorat PAUD, Mutiah (2010:2) mengatakan bahwa anak usia dini merupakan usia
yang memiliki rentangan waktu sejak anak lahir hinggausia 6 (enam) tahun. Perlu
dilakukan upaya pembinaan yang ditujukan kepadaanak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melaluipemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini
merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis
dalam pengembangan sumber daya manusia. Rentang anak usia dini merupakan
rentangan usia kritis dansekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat
mempengaruhi prosesserta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. Periode ini
merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fisik,
kognitif,bahasa, social emosional, dan spiritual. Dengan demikian, penerapan
pendidikan berkarakter yang digalakkan sejak usia dini dan dimulai dari jenjang
pendidikan usia dini, diharapkan mampu membentuk para generasi penerus bangsa
yang memiliki karakter yang kuat yang mencerminkan karakter dari bangsa
Indonesia itu sendiri. Selain itu, mengingat pentingnya penanaman karakter di
usia dini dan mengingat pada usia pra sekolah merupakan masa persiapan untuk
sekolah pada tingkatan selanjutnya, maka penanaman karakter pada usia
prasekolah merupakan hal yang sangat pentingdilakukan.
Oleh
karena itu, pendidikan prasekolah mau tidak mau menjadi hal yang harus
diperhatikan, sebab pada masa-masa prasekolah otak anak mengalami perkembangan
dengan sangat pesat. Dengan anak mengikuti pendidikan prasekolah maka anak akan
memiliki kematangan sosial yang baik, karena anak menjadi mudah diarahkan untuk
menyerap ilmu pengetahuan secara optimal danmemiliki akhlak yang dapat diterima
di masyarakat. Menurut Khadijah (2012:2), hingga saat ini ada beragam pelayanan pendidikan
prasekolah yang diselenggarakan di Indonesia sebagai bentukperhatian pemerintah
terhadap pendidikan anak usia dini seperti Pendidikan AnakUsia Dini (PAUD),
Kelompok Bermain, dan Taman Kanak-kanak (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan),
Tempat Penitipan Anak (Departemen Sosial), dan Bina Keluarga Balita (Kantor
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dan BadanKoordinasi Keluarga Berencana). Dalam
proses penerapan pendidikan berkarakter pada lingkungan sekolahanak usia dini,
guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Gurumerupakan sosok
yang bisa menjadi teladan bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi peserta didik. Sikap dan perilaku seorang guru sangat
membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadianguru
menjadi cermin bagi peserta didiknya.Dengan demikian, guru
memilikitanggungjawab yang besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya
dan bermoral. Selain itu, penerapan pendidikan berkarakter dilingkungan sekolah
membutuhkan peran serta keluarga (orang tua) peserta didik,dikarenakan dalam
proses penerapan pendidikan berkarakter diperlukankeberlanjutan dari proses
penanaman nilai-nilai karakter tersebut baik dari lingkungan sekolah ke
lingkungan keluarga maupun sebaliknya, sehingga dalamhal ini diperlukan suatu
komunikasi yang baik antara orang tua peserta didikdengan pihak sekolah
(Pendidik).3Uraian di atas menggambarkan bahwa pada jenjang pendidikan anak
usia dini, guru berperan sebagai pendidik dalam mendidik peserta didiknya tidak
hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan saja melainkan juga menanamkan
nilai-nilai dalam diri peserta didik, mendidik agar peserta didik berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, mandiri dan bertanggung jawab sejak usia dini. Jadi guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam membina peserta didik, karena guru merupakan
orangtua kedua bagi peserta didik di3http://www.peranan-guru-dalam-pengembangan-pendidikan
karakter-disekolah-KOMPASIANA.COM//, diakses tanggal 19 Februari 2017.sekolah
yang mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik. Guruharus
menjadi teladan dalam membentuk kepribadian peserta didik sejak usia
dini,karena anak usia dini adalah anak-anak yang suka meniru apa yang
dilakukanorang-orang disekitarnya melalui pembiasaan. Pada diri anak itu
harusditanamkan bukan diajarkan, karena akan berbeda ketika anak hanya
diajarkandengan anak yang ditanamkan moral dan nilai-nilai yang berlandaskan
pada budipekerti.Menurut Ilahi (2014:17-25), pendidikan yang semestinya menjadi
pioneer perbaikan dan pembentukan karakter bangsa terancam gagal total
dalammembentuk karakter bangsa. Meskipun terancam mengalami kegagalan,pendidikan
masih menjadi sarana yang paling efektif untuk membentuk karakter bangsa
Indonesia yang sesungguhnya.Reorientasi pendidikan dengan mendorongperan
pemerintah lebih optimal serta revitalisasi pendidik merupakan salah satulangkah
awal yang harus ditempuh untuk menjadikan pendidikan sebagai katalisator
perbaikan dan pembentukan karakter bangsa. Sudah saatnya bangsa ini mulai
berpikir generasi baru, generasi emas yang berkarakter emas. Generasi yangakan
menjadi pemimpin masa depan. Generasi yang masih menyimpan cintauntuk agama dan
negara.Generasi yang mau membela harga diri dan martabat bangsa.Generasi yang
tidak gila kekuasaan dan jabatan politik praktis. Generasiyang peduli pada
bangsanya sendiri melalui ketekunan dalam belajar dan tidakmenonjolkan
egosentrisme dan emosi yang meledak-ledak, sehingga tidak mudahterjebak dengan
tindakan kekerasan yang dapat merugikan diri sendiri dan oranglain. Dunia
pendidikan masih tetap menjadi tumpuan harapan. Ketika konseppendidikan masih
berpihak pada konsep berpikir positif dengan pendidikankarakter sebagai potensi
dan kesucian anak, akan lahir generasi baru dengansemangat baru untuk membawa
Indonesia lebih maju dan bermartabat. Sebaliknyajika pendidikan tidak berpihak
pada konsep berpikir positif, jauh dari pendidikankarakter, yang terjadi adalah
kehancuran masa depan bangsa. Inilah barangkalisebuah kegagalan perbaikan
bangsa, sekaligus kegagalan pendidikan berkarakteryang dicanangkan
pemerintah.Kondisi ini menuntut pendidikan untuk lebih peka terhadap masalah
yangmenimpa anak didik mereka. Di tengah derasnya arus globalisasi serta
semakinmajunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), pendidikan yang
ditanamkankepada anak sejak usia dini mempunyai harapan dan potensi besar
dalampembentukan karakter. Hal ini karena pembentukan karakter dalam pendidikan
merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan
sejakusia dini kepada anak-anak. Di samping itu, setiap komponen dalam
pendidikan,terutama guru harus lebih serius memantau perkembangan kepribadian
danperilaku anak didiknya di sekolah agar ilmu yang diserap tidak
disalahgunakanuntuk melakukan tindakan amoral.Penggunaan isu peran pendidik
dalam membangun karakter peserta didikanak usia dini tersebut menjadi hal yang
menarik untuk diteliti. Ada beberapa halyang harus dilakukan dalam proses
pembentukan karakter pada lingkup pendidikan anak usia dini. Pertama,
diperlukan suatu bentuk kerjasama antarkomponen sekolah untuk menyukseskan
proses pembentukan karakter itu sendiri.Komponen-komponen sekolah tersebut
antara lain kepala sekolah serta pendidik(guru-guru) yang merupakan teladan
dalam membentuk kepribadian atau karakterpeserta didik. Dalam hal ini, setiap
pendidik harus mengubah pola pengajaran dari sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan menuju penanaman nilai-nilai budi pekerti sebagai way of life bagi
peserta didik.Pendidikan yang memadukan antarapengembangan ilmu pengetahuan dan
penanaman nilai-nilai budi pekerti untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia harus mulai diajarkandi sekolah-sekolah agar pendidikan
lebih bermakna dan menyentuh sanubarisetiap peserta didik. Kedua, budaya dari
sekolah harus memiliki nilai-nilakarakter yang baik dari setting ruangan maupun
benda-benda yang menunjangdalam proses belajar-mengajar. Ketiga, metode
pembentukan karakter padapeserta didik anak usia dini yang dilakukan dalam
proses belajar-mengajar.Dalam hal ini, metode menjadi alat penyampaian
nilai-nilai karakter bagi pesertadidik.Untuk melihat hal tersebut perlu
dilakukan penelitian lapangan. Inilah yangmenjadi hal yang sangat menarik bagi
peneliti untuk melihat peran pendidikdalam membangun karakter peserta didik
anak usia dini di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD WIJAYA KUSUMA.
.B. Fokus Penelitian
Penelitian
ini membahas tentang peran pendidik dalam membangun peserta didik usia dini di
lembaga PAUD Wijaya Kusuma. Berdasarkan hasil penelitian yang menarik
dilapangan maka perlu ditentukan fokus penelitian yaitu :
1. Penerapan
pendidikan berkarakter pada anak usia dini di lembaga pendidikan BKB PAUD
Wijaya kusuma
2. Faktor
pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan berkarakter pada anak usia
dini di BKB PAUD Wijaya Kusuma
3. Faktor
penghambat dalam penerapan pendidikan berkarakter di BKB Paud wijaya Kusuma
C..Rumusan
masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang masalah di atas, penerapan pendidikan berkarakter
pada anak usia dini menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan hal
tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana peran pendidik dalam membangun karakterpeserta didik anak usia dini
di Lembaga PAUD Wijaya Kusuma? Permasalahan ini dijabarkan ke dalam 3 (tiga)
pertanyaan penelitian, yaitu:
1.
Bagaimana penerapan pendidikan berkarakter pada anak usia dini di
LembagaPendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Wijaya kusuma jl.H.gaim rt 05/02
petukangan utara peasanggrahan?
2.
Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan pendidikan
berkarakter pada anak usia dini di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Wijaya
Kusuma jl.H.gaim rt 05/02 petukangan utara pesanggrahan ?
3.
Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat dalam penerapan pendidikan berkarakter
pada anak usia dini di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Wijaya kusuma
petukangan utara pesanggrahan?
a) Kegunaan Teoritis Berdasarkan
permasalahan diatas, peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan
dan mengkaji lebih dalam tentang pendidikan berkarakter dalam hal ini meneliti
peran pendidik dalam membangun karakter peserta didik anak usia dini di Lembaga
PAUD Wijaya kusuma mencakup penerapan pendidikan berkarakter pada anak usia
dini di Lembaga PAUD Wijaya Kusuma dengan menitik beratkan perhatian pada
metode yang dilakukan guru dalam menerapkan pendidikan berkarakter pada anak
usia dini di Lembaga PAUD Wijaya kusuma.
b) Kegunaan Praktis Selain itu, peneliti
juga akan mencari tahu factor penghambat dan faktor pendukung dalam penerapan
pendidikan berkarakter pada anak usia dini di Lembaga PAUD Wijaya Kusuma, serta
mencaritahu cara mengatasi faktor penghambat dalam penerapan pendidikan
berkarakterpada anak usia dini di Lembaga PAUD Wijaya Kusuma.
Suatu penelitian
selain memiliki tujuan sebagai dasar dalam proseskegiatannya juga dapat
memberikan manfaat. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai suatu
usaha penelitian antropologi dalam melihat fenomena pendidikan di Indonesia.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia
pendidikan, serta sebagai bahan informasi bagimasyarakat umum, pemerintah, dan
keluarga (orangtua) dalam melihat pentingnya membangun karakter pada anak sejak
usia dini.
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
1.Peran
pendidik dalam proses belajar dan mengajar
Untuk
tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya
beroreantasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja
,melainkan juga beroreantasi pada bagaimana seorang anak didik bias belajar
dari lingkungan dari pengalaman dan kehebatan orang lain,dari kekayaan luasnya
hamparan alam ,sehingga dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam
dunia pendidikan khusunya dalam kegiatan proses belajar dan mengajar diharapkan
guru dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan
diharapkan terjalinnya hubungan harmonis dengan peserta didiknya sehingga
harapan tercapainya tujuan pendidikan bias dengan mudah terwujudkan.
Peran
guru dalam proses belajar dan mengajar, guru tidak hanya tampil lagi sebagai
pengajar (teacher) ,seperti fungsinya yang menonjol selama ini,melainkan
beralih sebagai pelatih (coach) ,Pembimbing (Counselor) dan manager belajar
(Learning manager) hal ini suda sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan
.Dimana sebagai pelatih ,seorang guru akan mendorong siswanya untuk menguasai
alat belajar ,memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi
setinggi-tingginya.
Kehadiran
guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran ,masih tetap memgang peranan
penting .peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan dengan
mesin,robot,radio,tape recorder ataupun oleh computer yang paling modern
sekalipun.Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap,system
,nilai ,perasaa, motivasi,kebiasaan dan lain –lain yang diharapkan merupakan
hasil dari proses pengajaran yang diharapkan,tidak dapat dicapai dengan
alat-alat itu.Disinilah kelebihan seorang guru dari alat-alat atau teknologi
yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupan.
Beberapa
peran guru dalam pendidikan
1. Peran
guru sebagai demonstrator dalam proses belajar mengajar ,guru hendaknya
seantiasa menguasi bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu
yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa .
2. Dalam
kapasitasnya sebagai pengelola kelas,seorang guru dituntut untuk bias
menjadikan suasana kelas yang kondusif sehingga proses belajar mengajar atau
penyampaian pengetahuan dari guru kemurid atau prose pertukaran ilmu dan
pengetahuan diantara siswa yang satu dengan yang lain bias berjalan dengan
baik.
3. Sebagai
mediator guru hendakny memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan merupkan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar dan mengajar.
4. Setiap
kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiaasa melakukan evaluasi atau
penilaian ,karena dengan penilaian guru dapat mengatahui kebehasilan pencapaian
tujuan ,penguasaan siswa terhadap pelajaran,serta kecepatan atau keefektifan
metode mengajar.
2.
Pengertian pendidikan karakter
Pengertian
pendidikan karakter menurut ahli
Penguatan
pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisi
moral yang sedang melanda Negara ini .Krisi tersebut antara lain berupa
meningkatnya pergaulan bebas ,maraknya kekerasan anak-anak dan remaja
,kejahatan terhadap teman ,pencurian , kebiasaan menyontek,penyalah guanaan
obat-obatan,pornografi,dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah
sosoial yang hingga saat ini belum bias diatasi secara tuntas.oleh karena
betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut
lickona ,Karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowling) ,sikap moral (
moral felling ) dan prilaku moral (moral behaviour).Berdasarkan ketiga komponen
itu dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik di dukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan ,keinginan untuk berbuat baik dan melakukan .
Penguatan
pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat
dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa .Tetapi untuk mengetahui pengertian
yang tepat ,dapat didefinisakan sebagai segala usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami memperhatikan,nilai-nilai etika
yang inti.
Pendidikan
karakter menurut suyanto adalah sebagai cara berpikir dan berprilaku dan yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama ,baik dalam
lingkup keluarga .masyarakat,bangsa maupun Negara,
.Ciri
khas pendidikan karakter adalah asli dan mengakar pada keprbadian benda atau
individu tersebut.yang mendorong bagaimana seseorang bertindak dan ,bersikap
,berucap dan merespon sesuatu.
Nilai-nilai
pada pendidikan karakter
Ada
18 butir nilai-nilai pendidikan yaitu
berkarakter,Religius,jujur,toleransi,disiplin,kerja keras,kreatif
,mandiri,demokratis,ras ingin tahu,semangat kebangsaan ,Cinta tanah air,
menghargai ,prestasi ,Bersahabat/komunikatif,Cinta damai,gemar membaca,peduli
lingkungan,peduli social,Tanggung jawab.
Nilai
pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai Negara dalam rangka
mempersiapkan generasi yang berkualitas ,bukan hanya untuk kepentingan
individu,warga negra,tetapi juga untuk warga masyarakat secara
keseluruhan.Pendidikan jarakter dapat diartikan sebagai sekolah madrsah untuk
pembentukan karakter secara optimal.
Pentingnya
pendidkan karakter untuk anak usia dini dimana anak usia dini meruapakan
generasi awal sebagai pondasi pertama .anak usia dini adalah anak emas yang
akan menjdi generasi penerus bangsa .apabila pendidikan karakter dapat
diberikan dengan baik maka akan baik pula akhlak mereka.dan itu akan menjadi
warisan yang sangat luar biasa bagi bangsa ini.karna merkalh yang akan
menggantikan pemimpim bangsa dan Negara ini.
Penelitian
membahas tentang peran pendidik dalam membangun karaker peserta didik anak usia
dini di lembaga paud wijaya kusuma yang menrapakan pendidikan berkarakter pada
peserta didik anal usia dini. Metode penelitian menggunakan metode etnografi
dengan pendekatan kualitatif serta menggunakan teknik observasi wawancara serta
analisis data . Observasi yang digunakan adalah partisipasi ,dimana peneliti
ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan menjadi seorang
pendidik. Dalam penelitian peniliti melakukan wawancara mendalam kepada 5
informan. Setelah melakukan penelitian ,maka seluruh data dianalisa dengan
metode analisis interpretative kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan denganpendidikan berkarakter kedalam kurikulum ,kemudian dalam
kegiatan harian,kegiatan prtengahan semester dan kegiatan akhir semester
melalui kegiatan pembiasaan serta metode sentra dalam kegiatan pembaelajaran.
Adanya motivasi yang dimiliki pihak lembaga paudwijaya kusuma dan faktor yang
menghambatnya dapat dilihat melalui karakter peserta didk yang kurang baik
karena pola asuh keluarga yang salah dalamdan lingkungan tempat tinggal peserta
didik yang keras.Selain itu ,pendanaan dan monitoring pusat kurikulum yang
minim juga sebagai faktor penghambatnya.Untuk mengatasi faktor
penghambattersebut dilakukan melauikegiatan sharing atau dialog antara
pendidik,orang tua dan lembaga pendidikan.Berdasarka penelitian mengungkapkan
bahwa pendidikan mempunyai peran terpenting dalam penerapan pendidikan
berkarakter pada peserta didik anak usia dini.Pendidiksebagai pembimbing
,motivator,dan teladan bagi peserta didik.sehingga pendidik merupakan cermin
peserta didik untuk bertindak ataupun berprilakudalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Tujuan
penelitian etnografi diharapkan mampu membentuk generasi bangsa yang memiliki
karakter yang kuat mencerminkan karakter bangsa Indonesia. Anak mempunyai
kematangan social yang baik ,mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan
secara optimal berakhlak mulia dapat diterima di masyarakat.
B.Tempat dan waktu penelitian
1.
Tempat : Penelitian dilakukan di PAUD
Wijaya kusuma yang beralamt jl.
. h. gaim
rt 05/02 petukangan utara pecanggrahan Jakarta-selatan.
2.
Waktu : Penelitian dilakukan pada
semester 1 mulai bulan juli.
C.Latar penelitian
Berdasarkan perkembangan yang ada dimana pada saat ini Bangsa dan
Negara sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Anak usia dini
adalah pondasi awal yang kuat pada pendidikan karakter akan mencetak generasi
penerus yang berkarakter dan berakhlak mulia.
D. Metode penelitian
Metode
penelitian menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif, serta
menggunakan teknik observasi dan wawancara serta analisis data. Observasi yang
digunakan adalah observasi dan wawancara serta analisis data. Observasi yang
digunakan adalah observasi partisivasi ,dimana peneliti ikut berpartisipasi
dalam kegiatan belajar mengajar dan menjadi seorang pendidik. Setelah melakukan
penelitian ,maka seluruh data dianalisis dengan dengan metode analisis
interpretatif kualitatif.
Pendekatan
kualitatif ,sukardi (2003):menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian berdasarkan mutu atau kualitas dari tujuan dari sebuah penelitian itu.
Penelitian kualitatif adalah penlitian yang di desain secara umum yaitu
penelitian yang dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak
menggunakan metode ilmiah jadi patokan.
Sedangkan
metode penelitian menggunakan etnografi biasanya memfokuskan penelitian pada
suatu masyarakat (tidak selalu secara geografis )juga memperhatikan pekerjaan,pengangguran,dan
masyarakat lainnya.)penelitian etnografi khusus menggunakan tiga macam
pengumpulan data yaitu wawancara,observasi dan dokumentasi.penelitian
menggunakan tiga jenis data : kutipan,uraian dan kutipan dokumen menghasilkan
dalam suatu prodak :uraian naratif.
Adapun
langkah –langkah penelitian penulis melakukan :Wawancara ,observasi dan studi
dokumentasi.semua difokuskan untuk mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.
E.Data dan sumber data
Dalam
penelitian penulis mengumpulkan data wawancara dengan orang tua murid, peserta
didik dan lembaga terkait sebelum mengikuti sosialisasi dan sesudahnya dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
-
Sumber-sumber data
yaitu : Orang tua murid dan peserta didik dan pendidik Paud wijaya
kusuma.pesanggrahan Jakarta selatan.
-
Objek penelitian adalah
: peran pendidik dalam membangun karakter peserta didik.
Sumber data juga diambil dari faktor yang
mempengaruhi dan menghambat peran pendidik dalam membangun karakter peserta
didik.
F.Teknik pengumpulan data
Penelitian
ini merupakan penelitian etnografi bersifat kualitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk melihat sejauh mana perananpendidik
dalam membangun karakter peserta didik anak usia dini di Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) Wijaya kusuma.
1). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipasi (pengamatan terlibat). Dalam teknik observasi partisipasi disini,
peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar-mengajar dengan kata lain
peneliti akan menjadi seorang pendidik (guru) agar peneliti dapat melihat,
mengamati, mendengarkan, dan mencatat gejala yang tampak secara langsung
mengenai peran pendidik dalam membangun karakter peserta didik anak usia dini.
2).
Teknik Wawancara Mendalam (Dept Interview)
Menjelaskan siapa yang diwawacarai...?
Misal : dengan kepala sekolah, guru pendidik
Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik wawancara.Wawancara adalah
suatu kegiatan percakapan yang telah terstruktur, dimana pewawancara akan
memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orangyang akan diwawancarai
sesuai dengan aspek yang akan diteliti. Seperti dalam karakter peserta didik
anak usia dini‟. Selain itu hal yang juga penting sebelum melakukan penelitian
ialah memilih informan. Menurut Webster’s New Collagiate Dictionary, seorang informan
adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan menggunakankata-kata,
frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialek sebagai sumber informasi. Peneliti
akan memberikan informasi yang sesuai dengan apa yang diketahui dan menjadi
sumber informasi yang sesuai dengan pemahaman si informan atas pertanyaan
ataupun masalah yang diberikan. Pemilihan dan penetapan informan sangatlah
penting dalam penelitian.
Meskipun
hampir setiap orang dapat menjadi informan, namun tidak setiap orang dapat menjadi informan yang baik. Informan yang baik yaitu
informan yang dapat memberikan jawaban ataupun informasi yang ditanyakan dan
dapat membantu menyelesaikan permasalahan dengan informasi yang diberikan.
Pemilihan dan penetapan informan yang tepat dapat membantu dan mempermudah
proses. Seluruh komponen yang terlibat dalam Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Wijaya kusuma petukangan utara pesanggrahan Dalam penelitian ini peneliti membagi
seluruh komponen lembaga PAUD kedalam:
a)
Pendiri Lembaga PAUD Wijaya kusuma petukangan utara pesanggrahan Jakarta
selatan.
b)
Kepala Sekolah Lembaga PAUD Wijaya kusuma petukangan utara pesanggrahan
c)
Tenaga pendidik (guru-guru) yang mengajar di Lembaga PAUD Wijaya kusuma
petukangan utara pesangrahan.
Berdasarkan hasil dari wawancara dari
.................................
Para
orang tua peserta didik Lembaga PAUD Wijaya kusuma petukangan utara pesangrahan
Jakarta selatan Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
(dept interview). Wawancara mendalam (dept interview) dilakukan untuk
mendapatkan data-data dengan mengajukan pertanyaan mendalam berkaitan dengan
peran pendidik dalam membangun karakter peserta didik anak usia dini diLembaga
PAUD Wijaya kusuma petukangan utara
pesanggrahan.
Dalam
penelitian ini peneliti juga menggunakan alat bantu seperti alat tulis untuk
mencatat hasil wawancara dan alat perekam (tape recorder) serta kamera dengan tujuan
untuk memudahkan proses wawancara. Hal tersebut digunakan karena daya ingat
manusia yang terbatas dan akan sulit mengingat semua yang diucapkan informan
jika hanya mendengar saja. Selain itu, dengan alat ini akan mempermudah
peneliti dalam melakukan wawancara serta menuangkan kembali hasil rekaman ke
dalam catatan lapangan setelah wawancara berakhir. Sehingga akan menghindari
kelupaan peneliti dalam menulis laporan nantinya.
3). Dokumen
Mencari, menelusuri
kutipan yang menjelaskan tentang pendidikan berkarakter (buku, catatan kecil, dll)
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Guna
meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan peneliti
menggabungkan atau mengumpulkan data dan sumber data yang telah ada yaitu data
observasi ,wawancara dan dokumen.
H.Teknik Analisis Data
Analisis
data merupakan proses untuk mengatur dan mengkatagorikan data-data yang didapat
dilapangan (field note). Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang
berisi hasil wawancara dan observasi secara mendalam. Setelah proses tersebut,
langkah selanjutnya adalah membuat catatan lapangan yang berisikan inti atau
rangkuman dari hasil penelitian. Data yang telah dirangkum kemudian dibuat
suatu pengkategorian berdasarkan tema. Penelitian ini juga menggunakan data kepustakaan
guna melengkapi informasi yang berkaitan dengan penelitian. Data-data
kepustakaan berupa sumber-sumber tertulis seperti buku-buku, artikel, jurnal
dan sumber elektronik seperti internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar