Welcome to my bloq... ^-^ Samika ^-^ STKIP KUSUMA NEGARA^_^

Sabtu, 06 Januari 2018

UPAYA MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA



UPAYA MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI PAUD ANGGREK PEJATEN TIMUR PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Mata kuliah “Meteologi Penelitian
Dosen : Iswadi, M.Pd

DOSEN PENGAMPU :

 






DISUSUN OLEH :
Nama : Ika Wardani (20158400080)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KUSUMA NEGARA JAKARTA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT pencipta dan pemelihara alam semesta, shalawat dan salam semoga terlimpah curahan atas Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian “Upaya Peningkatan Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka di PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan.”
Dalam penyusunan proposal penelitian, penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Bapak Iswadi, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian
2.      Teman-teman seperjuangan PG PAUD Kelas B
3.      Ibu Kepala Sekolah dan para dewan guru PAUD Anggrek yang telah memberi kemudahan dan motivasi kepada penulis dalam upaya penyelesaian penelitian ini.
Dengan segala kerendahan hati maka penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan pada penulisan ini.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sehingga dijadikan perbaikan pada masa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap kreatifitas anak usia dini di Indonesia. Semoga Allah selalu meridhoinya. Amin

Jakarta ,           Desember 2017


Penulis



Daftar isi

KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar belakang Masalah.............................................................................1-2
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................2
C.Pembatasan Masalah.....................................................................................2
D.   Perumusan Masalah……………………………………………………….2
E.    Manfaat Penelitian………………………..………………………………2-3

Bab II KAJIAN PUSAKA, KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN…………..……………………………………………………...4
A. Hakikat Pustaka …......................................................................................4
1.     Hakikat Berhitung Pemulaan…………………………………………….4-5
2.     Hakikat Matematika Usia Dini…………………………………………..5-8
A.   Kerangka Berpikir Tindakan……………………………………………9-15
B.   Hipotesis Tindakan………………………………………………………..15

Bab III METODOLOGI PEMILIHAN…..……. .............................................16
A.   Tujuan Penelitian…......................................................................................16
B.    Setting Penelitian………............................................................................ 16
1.     Tempat Penelitian………………………………………………………….16
2.     Waktu Penelitian…………………………………………………………..16
C.   Metode Penelitian…………………………………………………….....16-17
D.   Langkah Penelitian………………………………………………………17-18
E.    Sumber Data………………………………………….……………………18
F.    Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….....18-19
G.   Teknik Analisa Data……………………………………………………….19
H.   Keabsahan Data…………………………………………………………..19-20
I.       Kriteria Keberhasilan Penelitian……………………………………………20








BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaan program ini sangat penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu TK ( Taman Kanak Kanak ) juga ikut serta menyukseskan program pendidikan anak usia dini.
Kenyataan menunjukan bahwa pembelajaran di Paud Anggrek Pejaten Timur seringkali kurang menarik bagi anak.Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang sangat minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar ( KBM ) guru dan anak didik kurang begitu semangat, anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekan pelajaran akibatnya proses KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar ) terhambat dan kurang maksimal. Karena minimnya alat peraga di PAUD Anggrek Pejaten Timur kegiatan belajar berhitung hanya menggunakan media papan tulis dan pohon hitung saja.Hal ini sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam pembelajaran berhitung.Ini dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak pada tiap tengah semester.Dari 21 anak hanya 10 anak yang sudah mampu berhitung sebagian lainnya masih perlu bimbingan guru.Ternyata anak yang belum mampu berhitung belum dapat menggunakan media yaitu dengan menggunakan jari-jari tangan.
Sebagai guru PAUD menyadari bahwa pendidikan di tingkat PAUD, media ( alat peraga ) sangat diperlukan. Karena pembelajaran di PAUD disampaikan dengan cara bermain maka dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan dapat memperbaiki kemampuan berhitung anak PAUD Anggrek Pejaten Timur.
Dari Maria Montessori berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui tangannya.Karena itulah, bila guru menjelaskan sebuah materi diharapkan anak-anak mengenal yang kongkret, semi abstrak dan abstrak. Montessori berprinsip pendidikan harus berpegang pada keseimbangan ( cosmic plan ). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa duplikat.Untuk menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus menebang pohon melainkan dengan alat peraga.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka di PAUD Anggrek Pejaten Timur “

B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
1.    Mengapa anak didik kurang menyukai pelajaran berhitung ?
2.    Bagaimanakah minat anak didik terhadap pelajaran berhitung ?
3.    ?

C.   Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, pembatasan masalah sebagai berikut :
1.    Guru belum menggunakan alat peraga atau media dengan sesuai
2.    Kondisi awal anak didik untuk mengikuti pelajaran berhitung belum memadai

D.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran yaitu : “ apakah menggunakan strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini di PAUD Anggrek Pejaten Timur ?”
E.   Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah :
1.    Manfaat Teoritis
a.    Sebagai pendorong untuk melaksanakan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru
b.    Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak
2.    Manfaat praktis
a.    Bagi anak didik
·         Membantu anak menemukan dan memehami konsep-konsep yang sulit
·         Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung
·         Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung
·         Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang maupun masa mendatang.

b.    Bagi guru
·         Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung
·         Guru menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka
·         Membangkitkan kreatifitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

c.    Bagi sekolah
·         Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien
·         Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran
·         Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas
·         Mengembangkan kemampuan dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai waktu


`

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

C.   Kajian Pustaka

1.    Hakikat Berhitung Permulaan
Pengertian Berhitung Permulaan
Berhitung adalah usaha melakukan , mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang –lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain:
·         Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dcengan menggunakan pedoman observasi
·         Metode survey, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara
·         Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pertanyaan-pertanyaannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis
·         Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum
·         Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan,sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi
·         Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu subjek
·         Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu cara yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ,kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.

Minat penelitian ilmiah tantang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil.Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.

Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di PAUD sebagai berikut :
·         Tingkat perkembangan mental
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebagai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia PAUD berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri)
·         Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh factor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan
Anak usia PAUD adalah masa yang sangat  strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia PAUD sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/ rangsangan/ motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
·         Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya  akan sangat membantu melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson ( dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti “
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali iabelajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidupnya
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith,dkk ( dalam Elizabet B Hurlock, 1978 :26 ) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”.  Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabet B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya

A.   Hakikat Matematika Usia Dini
Dalam perkembangan matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak PAUD, keterampilan matematika yang dapat diajarkan pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya.
Adapun keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak PAUD antara lain  :
a)    Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu:
·         Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
·         Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali
·         Jawaban terhadap pertanyaan “ada berapa?” atau “ berapa banyaknya?” adalah satu bilangan: misalnya tiga,bukan satu,dua, tiga
·         Banyaknya bilangan tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda itu tersusun.memegang dan memindahkann ya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupi dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali (Yulvia Sari,2006).

b)    Membuat pola
Pola merupakan urutan warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang dilakukan berulang kali.
Adapun beberapa macam pola diantaranya :
·         Pola Visual
Pola visual merupakan pola tampak atau jelas dilihat oleh mata.Pola visual biasanya terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
·         Pola Auditori
Pola auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi music, tepuk tangan dan pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti kucing, kambing dan yang lainnya.
·         Pola Physic
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian dan gerakan-gerakan yang berurutan. Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB.Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
c)    Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan berbagai warna dan ukuran.
d)    Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu.
e)    Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu benda.Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung.Satu per satu dan yang paling penting adalah memahami angka yang dipelajari.Belajar memahami angka merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka.Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan.Angka diartikan sebagai simbol (5).Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari angka atau simbol 5.
f)     Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran (circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan pemecahan suatu masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut
g)    Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda kongkret.Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
h)   Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak.Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal  konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.

B. Kerangka Berpikir Tindakan
a.    Pengertian dan Kriteria Pemilihan strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar.Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan.Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar.
Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak ; dan (5) karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau kreatif.
Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran yang paling tepat digunakan di PAUD
b.    Karakteristik Cara Belajar Anak .
Anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak itu antara lain: (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling baik jika dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik dan fungsional.
Bermain sebagai salah satu cara belajar anak memiliki cirri-ciri simboloik, bermakna, aktif, menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan danepisodik.
Para ahli teori kontruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang diciptakan secara konduktif akan mengundang anak untuk belajar untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.

c.    Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran di PAUDlam proses belajar.
Ada beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di PAUD.Strategi pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar.Namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar.
Jenis-jenis strategi pembelajaran umum itu tersebut adalah : (1) meningkatkan keterlibatan indra; (2) mempersiapkan isyarat lingkungan; (3) analisis tugas; (4) scaffolding; (5) praktek terbimbing; (6) undangan / ajakan; (7) refleksi tingkah laku/ tindakan; (8) refleksi kata-kata; (9) contoh atau modeling; (10) penghargaan efektif; (11) menceritakan/ menjelaskan/ menginformasikan; (12) do-it-signal; (13) tantangan; (14) pertanyaan dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
d.    Strategi Pembelajaran Khusus di PAUD
Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di PAUD. Penerapan strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan, karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan dan pola kegiatan.
Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eksploratori, (2) penemuan terbimbing, (3) pemecahan masalah, (4) diskusi, (5) belajar kooperatif, (6) demonstrasi dan (7) pengajaran langsung.
Di samping strategi pembelajaran di atas, guru PAUD dituntut untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
e.    Penerapan Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak
Anak pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang.Pembelajaran yang berpusat pada anak banyak diwarnai paham kontruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky.
Anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri.Mereka membangun pengetahuannya ketika berinteraksi dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan dan pendekatan belajar aktif.
Belajar aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka, menyentuh, mencium, meraba dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) prakarsa kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, (2) anak-anak memilih bahan dan memutuskan apa yang ingin ia kerjakan, (3) anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh indranya, (4) anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung, (5)  anak mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, (6) anak menggunakan otot kasarnya, (7) anak menceritakan pengalamannya. Prosedur pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang.Upaya yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/ peralatan yang dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif.Untuk itu perlu disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Area-area tersebut meliputi :
1.    Area pasir dan air
2.    Area balok
3.    Area rumah dan bermain drama
4.    Area seni
5.    Area agama
6.    Area bahasa dan baca tulis
7.    Area pertukangan atau kerja kayu
8.    Area music dan gerak
9.    Area masak
10. Area bermain di luar ruangan
Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahapan perencanaan, tahap bekerja dan tahap melaporkan kembali.
Contoh penerapan pembelajaran yang berpusat pada anak :
Plan Do Review merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan keinginannya, mulai dari membuat perencanaan (Plan ), mengerjakan (Do) dan melaporkan kembali ( Review).
Prosedur pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1)    Tahap Perencanaan (Planning Time)
Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya.

2)    Tahap Bekerja (Work Time)
Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah.Anak mentransformasikan rencana ke dalam tindakan.
3)    Tahap Review (Recall)
Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja.
Bermain Stick Angka
1.    Pengertian bermain
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus diperhatikan orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada anak untuk perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu.
Parten, dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak, siswa dan peserta didik dalam eksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati : 2011), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain, kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
Menurut N.Murrdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya.Menurut dari beberapa ahli, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak.Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa untuk mempelajarinya.Bermain mempunyai manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2.    Beberapa Ciri  Bermain
a.    Menyenangkan
b.    Tidak memiliki tujuan, tidak boleh ada interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi dilakukannya kegiatan bermain
c.    Bersifat spontan
d.    Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan
e.    Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif.

3.    Jenis Bermain
Jenis bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut :
a.    Bermain aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
b.    Bermain pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.

4.    Manfaat Bermain

a.    Perkembangan fisik motorik
b.    Perkembangan kognitif dan bahasa
c.    Perkembangan sosial emosional
5.    Tahap Perkembangan Bermain
Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkategorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwasuatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkat perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a.    Jean Piaget
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut :
1). Permainan sensori molorik ( ¾ bulan – ½ bulan). Bermain diambil pada periode

perkembangan koguitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu.Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya.Ini disebut reproductive assimilation.






2). Permainan Simbolik (2-7 tahun)

Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikanjawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain.Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.

3). Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with ruler dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.

4). Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun ke atas)
Kegiatan bermain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.

Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya dilahirkan untuk kesenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertentu seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik.

b.    Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1). Tahapan Penjelajahan (exploratory stage)
Benda kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.
2). Tahapan Mainan ( Toy Stage)
Tahapan ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di PAUD biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.


3). Tahapan Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaanberkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4). Tahap Melamun ( Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira tidak memiliki tujuan ekstrinsi melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
5)    Stick Angka
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti tongkat, batang atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9

3.    Hipotesis Tindakan
Menggunakan strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik di PAUD Anggrek Pejaten Timur











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.   Tujuan penelitian
Untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat dan juga meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak didik di PAUD Anggrek Pejaten Timur
B.   Setting Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di PAUD Anggrek kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu
2.    Waktu penelitian
Adapun penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018
C.   Metode Penelitian
Fokus penelitian adalah pembelajaran meningkatkan berhitung permulaan menggunakan strategi bermain stick angka.
Dalam kegiatan bidang pengembangan kognitif terutama dalam hal berhitung anak mereka masih mengalami kesulitan dan kurang paham dengan pembelajaran tersebut.

Kegiatan –kegiatan tersebut adalah:
a)    Membilang bilangan 1-10 dengan benar
b)    Menyanyikan bilangan 1-10 dengan konsep berbeda
c)    Mengurutkan angka untuk bilangan 1-10
d)    Penambahan dan pengurangan dengan permainan stick
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskritif.Penelitian deskritif adalah penelitian yang beerusaha mendeskritifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana penulis berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi perhatiannya untuk kemdian digambarkan sebagai mestinya.
Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertitik tolak dari melihat implementasi penerapan bermain stick angka  terhadap kemampuan berhitung permulaan di PAUD yang menghasilkan data deskriptif yaitu berapa kata-kata dan perilaku orang yang dapat di observasi secara actual, menganalisa data yang ada.
Adapun metode yang digunakan dalam studi kasus yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut saja.Dalam studi kasus digunakan beberapa tehnik pengumpulan data secara wawancara, observasi dan studi documenter, tetapi semuanya difokuskan kearah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.

D.   Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian terdiri dari 3 siklus.Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1.    Siklus 1`
a.    Perencanaan
Perencanaan tindakan adalah suatu bentuk susunan kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan yang akan dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan ini penulis akan menyelidiki cara atau upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam penerapan bermain stick angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan usia 4-5
b.    Pelaksanaan
Sebelum melakukan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, terlebih dahulu melakukan assessment awal kepada anak untuk mengetahui kemampuan anak membilang. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan proses tindak lanjut yang berkesinambungan dari proses perencanaan
c.    Pengamatan
Setelah mengadakan penelitian dan data-data terkumpul maka peneliti menyimpulkan bahwa penerapan bermain stick angka terhadap kemampuan berhitung permulaan sangat efektif untuk anak-anak, karena tanpa mereka sadari dengan bermain stick angka sudah belajar mengenal penjumlahan, pengurangan dengan senang hati dan anak-anak menjadi senang bila belajar matematika.

2.    Siklus II
a.    Tahapan perencanaan pada siklus 2 diawali dengan langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatanpembelajaran berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harian dan menyiapkan sarana pendukung.
b.    Tahap pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan proses belajar mengajar dengan aspek kegiatan bermain stick angka. Guru memberikan contoh berhitung menggunakan stick
c.    Tahap observasi pada siklus 2 dilaksanakan dengan  menggunakan lembar observasi, Tanya jawab kepada anak tentang berhitung menggunakan media stick
d.    Tahapan refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan.
3.    Siklus III
a.    Perencanaan pada siklus 3 merupakan pemahaman materi yang diberikan pada siklus 1 dan 2. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2 yang akan diatasi untuk dituang dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
b.    Pelaksanaan siklus 3 difokuskan pada aspek ekspresi anak pada penerapan bermain stick angka sebagai media berhitung
c.    Pengamatan peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
d.    Untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses belajar mengajar tes praktek, tes praktek dilakukan untuk mengetahui anak dalam hal berhitung yang baik.
e.    Refleksi, peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan selama proses pembelajaran penelitian telah sesuai yang diharapkan. Maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang diharapkan.

E.   Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1.    Siswa PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan
2.    Guru inti PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan
3.    Guru pendamping PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan

F.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan cara, yaitu:
1.    Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan yaitu data tentang aspek bermain stick angka terhadap kemampuan berhitung permulaan.


2.    Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dengan dua pihak yaitu wawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan wawancara tewrsebut. Wawancara yang dilakukan kepada kepala PAUD, guru dan responden
3.    Dokumen
Dokumentasi yang dikumpulkan dapat berupa portofolio, gambar atau foto hasil karya anak didik saat kegiatan pembelajaran.

G.   Teknik Analisa Data
1.    Reduksi Data
Mengubah rekaman data ke fokus permasalahan.Data yang terkumpul rekaman catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini data dari observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi data-data mana yang perlu dibuang atau dipilih.
2.    Deskripsi Data
Deskripsi data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data diseleksi pada tahap reduksi selanjutnya data akan disajikan secara deskriptif dan dalam diagram
3.    Verifikasi
Verifikasi merupakan hasil dari proses pembelajaran penerapan bermain stick angka. Setelah data dipilih pada tahap reduksi data dan telah disajikan dalam bentuk deskriptif. Pada tahap penyajian data, peneliti menarik kesimpulan verifikasi pada tahap ini, dengan kata lain penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.

H.   Keabsahan Data
Untuk menguji keterpercayaan dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
1.    Kredibilitas merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dalam data
2.    Keterbukaan. Penyajian data disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk diketahui kepala sekolah, guru kelas untukperbaikan selanjutnya
3.    Keakuratan. Data harus akurat informasi harus akurat dan jelas.
4.    Kelayakan



I.      Kriteria Keberhasilan Penelitian
Keabsahan data peneliti dalam pelaksanaan siklus I pada penelitian ini belum menunjukkan tindakan penelitian hasil yang optimal, maka akan dilakukan dengan pelaksanaan siklus 2, jika belum meningkatkan hasil yang optimal dilanjutkan tindakan penelitian siklus 3. Pengembangan perencanaan tindakan difokuskan pada pelaksanaan penerapan bermain stick angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung permula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar