UPAYA
MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI
PAUD ANGGREK PEJATEN TIMUR PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Mata kuliah “Meteologi Penelitian”
Dosen : Iswadi, M.Pd
DOSEN
PENGAMPU :
DISUSUN
OLEH :
Nama
: Ika Wardani (20158400080)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN KUSUMA NEGARA JAKARTA
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji
bagi Allah SWT pencipta dan pemelihara alam semesta, shalawat dan salam semoga
terlimpah curahan atas Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Atas rahmat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian “Upaya
Peningkatan Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka di
PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan.”
Dalam penyusunan
proposal penelitian, penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan, bantuan dan
saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Iswadi, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian
2. Teman-teman
seperjuangan PG PAUD Kelas B
3. Ibu
Kepala Sekolah dan para dewan guru PAUD Anggrek yang telah memberi kemudahan
dan motivasi kepada penulis dalam upaya penyelesaian penelitian ini.
Dengan segala
kerendahan hati maka penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan
pada penulisan ini.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca sehingga dijadikan perbaikan pada masa
mendatang.
Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih semoga penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap
kreatifitas anak usia dini di Indonesia. Semoga Allah selalu meridhoinya. Amin
Jakarta , Desember 2017
Penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar belakang Masalah.............................................................................1-2
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................2
C.Pembatasan Masalah.....................................................................................2
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar belakang Masalah.............................................................................1-2
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................2
C.Pembatasan Masalah.....................................................................................2
D.
Perumusan
Masalah……………………………………………………….2
E.
Manfaat Penelitian………………………..………………………………2-3
Bab II KAJIAN
PUSAKA, KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN…………..……………………………………………………...4
A. Hakikat Pustaka …......................................................................................4
A. Hakikat Pustaka …......................................................................................4
1.
Hakikat Berhitung
Pemulaan…………………………………………….4-5
2.
Hakikat Matematika
Usia Dini…………………………………………..5-8
A.
Kerangka Berpikir
Tindakan……………………………………………9-15
B.
Hipotesis Tindakan………………………………………………………..15
Bab III METODOLOGI
PEMILIHAN…..……. .............................................16
A.
Tujuan
Penelitian…......................................................................................16
B.
Setting Penelitian………............................................................................
16
1.
Tempat Penelitian………………………………………………………….16
2.
Waktu Penelitian…………………………………………………………..16
C.
Metode Penelitian…………………………………………………….....16-17
D.
Langkah Penelitian………………………………………………………17-18
E.
Sumber Data………………………………………….……………………18
F.
Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….....18-19
G.
Teknik Analisa
Data……………………………………………………….19
H.
Keabsahan
Data…………………………………………………………..19-20
I.
Kriteria Keberhasilan
Penelitian……………………………………………20
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program
pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaan program ini sangat
penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan,
penilaian dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi
oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu TK ( Taman Kanak Kanak ) juga ikut
serta menyukseskan program pendidikan anak usia dini.
Kenyataan
menunjukan bahwa pembelajaran di Paud Anggrek Pejaten Timur seringkali kurang
menarik bagi anak.Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya
adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan
alat peraga yang sangat minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar ( KBM )
guru dan anak didik kurang begitu semangat, anak cenderung bosan dengan tugas
yang diberikan dan akhirnya menyepelekan pelajaran akibatnya proses KBM (
Kegiatan Belajar Mengajar ) terhambat dan kurang maksimal. Karena minimnya alat
peraga di PAUD Anggrek Pejaten Timur kegiatan belajar berhitung hanya
menggunakan media papan tulis dan pohon hitung saja.Hal ini sangat mempengaruhi
tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam pembelajaran berhitung.Ini
dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak pada tiap tengah semester.Dari 21 anak
hanya 10 anak yang sudah mampu berhitung sebagian lainnya masih perlu bimbingan
guru.Ternyata anak yang belum mampu berhitung belum dapat menggunakan media
yaitu dengan menggunakan jari-jari tangan.
Sebagai
guru PAUD menyadari bahwa pendidikan di tingkat PAUD, media ( alat peraga )
sangat diperlukan. Karena pembelajaran di PAUD disampaikan dengan cara bermain
maka dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan dapat
memperbaiki kemampuan berhitung anak PAUD Anggrek Pejaten Timur.
Dari
Maria Montessori berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui tangannya.Karena
itulah, bila guru menjelaskan sebuah materi diharapkan anak-anak mengenal yang
kongkret, semi abstrak dan abstrak. Montessori berprinsip pendidikan harus
berpegang pada keseimbangan ( cosmic plan ). Karena itu dia menciptakan alat
peraga yang berupa duplikat.Untuk menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus
menebang pohon melainkan dengan alat peraga.
Berdasarkan
uraian tersebut diatas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain
Stick Angka di PAUD Anggrek Pejaten Timur “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan
belajar mengajar sebagai berikut :
1. Mengapa
anak didik kurang menyukai pelajaran berhitung ?
2. Bagaimanakah
minat anak didik terhadap pelajaran berhitung ?
3. ?
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas, pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Guru
belum menggunakan alat peraga atau media dengan sesuai
2. Kondisi
awal anak didik untuk mengikuti pelajaran berhitung belum memadai
D. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah yang
akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran yaitu : “ apakah menggunakan
strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan
pada anak usia dini di PAUD Anggrek Pejaten Timur ?”
E. Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah :
1. Manfaat
Teoritis
a. Sebagai
pendorong untuk melaksanakan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang
tua dan guru
b. Sebagai
informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak
2. Manfaat
praktis
a. Bagi
anak didik
·
Membantu anak menemukan dan memehami
konsep-konsep yang sulit
·
Mendorong semangat belajar anak didik
terhadap pelajaran berhitung
·
Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan
dasar berhitung
·
Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir
logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari
baik sekarang maupun masa mendatang.
b. Bagi
guru
·
Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan
kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung
·
Guru menerapkan pelajaran berhitung dengan
menggunakan strategi bermain stick angka
·
Membangkitkan kreatifitas guru dalam
menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
c. Bagi
sekolah
·
Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih
efektif dan efisien
·
Sekolah akan mampu mengembangkan model-model
pembelajaran
·
Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya
yang berkualitas
·
Mengembangkan kemampuan dan sikap nasional,
ekonomis dan menghargai waktu
`
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
C. Kajian
Pustaka
1. Hakikat
Berhitung Permulaan
Pengertian Berhitung Permulaan
Berhitung
adalah usaha melakukan , mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi
serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang –lambang matematika, sedangkan
untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode
tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental.
Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain:
·
Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat
tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dcengan menggunakan pedoman observasi
·
Metode survey, suatu metode yang digunakan
untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode
pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara
·
Metode klinis, suatu metode yang digunakan
untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga
dapat diketahui perilaku-perilaku dan pertanyaan-pertanyaannya yang spontan
dengan tujuan paedagogis atau medis
·
Metode angket, suatu cara dengan menggunakan
daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang
harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum
·
Metode wawancara, suatu cara untuk menggali
pendapat, perasaan,sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan
berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap
langsung oleh atau melalui metode observasi
·
Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang
digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar
belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu
subjek
·
Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu
cara yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan
metode-metode lain, seperti IQ,kepribadian, arah minat, kecemasan dengan
menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat
penelitian ilmiah tantang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley
Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa
anak bukan orang dewasa kecil.Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang
tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
Beberapa teori yang mendasari perlunya
permainan berhitung di PAUD sebagai berikut :
·
Tingkat perkembangan mental
Jean
Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan
anak. Artinya belajar sebagai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun
psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan.
Anak
usia PAUD berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif
dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda
didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri)
·
Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan
dipengaruhi oleh factor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan
masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap,
untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat
terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan
Anak
usia PAUD adalah masa yang sangat
strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia
PAUD sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin
tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/ rangsangan/
motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
·
Perkembangan awal menentukan perkembangan
anak selanjutnya.
Hurlock
(1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan
peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak mengalami masa bahagia
berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal
perkembangannya akan sangat membantu
melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam
studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson ( dalam
Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana
kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat
tetapi pasti “
Selanjutnya
Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana
orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali
iabelajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan
suasana sepanjang hidupnya
Crumley.F.E.
dkk, Gagne R.M. dan Smith,dkk ( dalam Elizabet B Hurlock, 1978 :26 ) menunjukkan
bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun
prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa
banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga
tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai
tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah serta
enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”.
Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabet B Hurlock, 1978 :
26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat
diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya
A. Hakikat
Matematika Usia Dini
Dalam
perkembangan matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak
didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak PAUD, keterampilan matematika yang
dapat diajarkan pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas
usianya.
Adapun
keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak PAUD antara lain :
a) Mencacah
Mencacah
merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal
yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu:
·
Anak-anak perlu belajar mengetahui nama
bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
·
Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah
satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau tercacah
lebih dari sekali
·
Jawaban terhadap pertanyaan “ada berapa?”
atau “ berapa banyaknya?” adalah satu bilangan: misalnya tiga,bukan satu,dua,
tiga
·
Banyaknya bilangan tetap sama, tidak berubah,
darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda itu tersusun.memegang
dan memindahkann ya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat
diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupi dengan sesuatu,
untuk menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali (Yulvia Sari,2006).
b) Membuat
pola
Pola
merupakan urutan warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang
dilakukan berulang kali.
Adapun
beberapa macam pola diantaranya :
·
Pola Visual
Pola
visual merupakan pola tampak atau jelas dilihat oleh mata.Pola visual biasanya
terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
·
Pola Auditori
Pola
auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi music, tepuk tangan
dan pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan
suara binatang seperti kucing, kambing dan yang lainnya.
·
Pola Physic
Pola
physic atau gerak terdapat dalam tarian dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan
keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis
(paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal
yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang
sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa
dilanjutkan ke pola yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB.Selain itu suatu
pola juga dapat diperoleh melalui identifikasi (tanda kenal atau penentu
identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
c) Menyortir
dan Mengelompokkan
Menyortir
atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan
oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan
adalah berbagai bentuk dengan berbagai warna dan ukuran.
d)
Membandingkan
Kegiatan
membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran,
tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau
banyaknya sesuatu.
e) Konsep
Angka
Pembelajaran
konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu
benda.Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung.Satu per satu dan yang
paling penting adalah memahami angka yang dipelajari.Belajar memahami angka
merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan
yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran
berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk
menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara
tentang konsep angka.Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan.Angka
diartikan sebagai simbol (5).Sedangkan bilangan merupakan arti yang
sesungguhnya dari angka atau simbol 5.
f) Pemecahan
Masalah
Problem
solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat
dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu
berkumpul dalam lingkaran (circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman
bermain dan lain-lain.
Manfaat
pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau
pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan pemecahan suatu
masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut
g) Ukuran
dan Perkiraan
Dalam
mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah
menggunakan benda kongkret.Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur
dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal
yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu,
thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala
mengukur luas dan lain-lain.
h) Waktu
Hal
ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak.Konsep waktu yang
dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok.
Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak
setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara
yang dapat digunakan dalam mengenal
konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga
mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.
B.
Kerangka Berpikir Tindakan
a. Pengertian
dan Kriteria Pemilihan strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar.Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk
menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana
aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar.
Terdapat
beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk
pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah
pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif,
sosial emosi, bahasa dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik
baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk
kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik
tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak ; dan (5) karakteristik
pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi
kreatif atau kreatif.
Semua
kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran
yang paling tepat digunakan di PAUD
b. Karakteristik
Cara Belajar Anak .
Anak
belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik
cara belajar anak itu antara lain: (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak
belajar dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah,
dan (4) anak belajar paling baik jika dipelajarinya menyeluruh, bermakna,
menarik dan fungsional.
Bermain
sebagai salah satu cara belajar anak memiliki cirri-ciri simboloik, bermakna,
aktif, menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan danepisodik.
Para
ahli teori kontruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu
bahwa anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan
mengeksplorasi objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui
interaksi sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan
yang diciptakan secara konduktif akan mengundang anak untuk belajar untuk belajar
secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari
lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan
bersifat menyeluruh.
c. Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran di PAUDlam proses belajar.
Ada
beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di PAUD.Strategi
pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam
belajar.Namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai
fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam
proses belajar.
Jenis-jenis
strategi pembelajaran umum itu tersebut adalah : (1) meningkatkan keterlibatan
indra; (2) mempersiapkan isyarat lingkungan; (3) analisis tugas; (4)
scaffolding; (5) praktek terbimbing; (6) undangan / ajakan; (7) refleksi
tingkah laku/ tindakan; (8) refleksi kata-kata; (9) contoh atau modeling; (10)
penghargaan efektif; (11) menceritakan/ menjelaskan/ menginformasikan; (12)
do-it-signal; (13) tantangan; (14) pertanyaan dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi
pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
d. Strategi
Pembelajaran Khusus di PAUD
Terdapat
beberapa jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di PAUD.
Penerapan strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan
strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan,
karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan
digunakan dan pola kegiatan.
Jenis-jenis
strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eksploratori, (2)
penemuan terbimbing, (3) pemecahan masalah, (4) diskusi, (5) belajar kooperatif,
(6) demonstrasi dan (7) pengajaran langsung.
Di samping
strategi pembelajaran di atas, guru PAUD dituntut untuk dapat menggunakan
strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
e. Penerapan
Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak
Anak
pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang.Pembelajaran yang
berpusat pada anak banyak diwarnai paham kontruktivis yang dimotori Piaget dan
Vigotsky.
Anak
adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri.Mereka membangun pengetahuannya
ketika berinteraksi dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
Yang
melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan
dan pendekatan belajar aktif.
Belajar
aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui
mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka, menyentuh, mencium,
meraba dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran
yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) prakarsa
kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, (2) anak-anak memilih bahan dan
memutuskan apa yang ingin ia kerjakan, (3) anak mengekspresikan bahan-bahan
secara aktif dengan seluruh indranya, (4) anak menemukan sebab akibat melalui
pengalaman langsung, (5) anak
mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, (6) anak menggunakan otot
kasarnya, (7) anak menceritakan pengalamannya. Prosedur pembelajaran berpusat
pada anak.
Pembelajaran
yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang.Upaya
yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/ peralatan yang
dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif.Untuk itu
perlu disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai
pilihannya.
Area-area
tersebut meliputi :
1. Area
pasir dan air
2. Area
balok
3. Area
rumah dan bermain drama
4. Area
seni
5. Area
agama
6. Area
bahasa dan baca tulis
7. Area
pertukangan atau kerja kayu
8. Area
music dan gerak
9. Area
masak
10. Area
bermain di luar ruangan
Pelaksanaan
pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahapan perencanaan, tahap
bekerja dan tahap melaporkan kembali.
Contoh
penerapan pembelajaran yang berpusat pada anak :
Plan
Do Review merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak.
Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat
dan keinginannya, mulai dari membuat perencanaan (Plan ), mengerjakan (Do) dan
melaporkan kembali ( Review).
Prosedur
pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1) Tahap
Perencanaan (Planning Time)
Pada
tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan
mereka lakukan selanjutnya.
2) Tahap
Bekerja (Work Time)
Tahap
ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah.Anak mentransformasikan
rencana ke dalam tindakan.
3) Tahap
Review (Recall)
Tahap
ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap
bekerja.
Bermain Stick Angka
1. Pengertian
bermain
Bermain
adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil
akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus
diperhatikan orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas menyenangkan bagi
anak. Tidak boleh ada anak untuk perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan
tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu.
Parten,
dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain sebagai
sarana sosialisasi. Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada seorang anak, siswa dan peserta didik dalam eksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu
kegiatan bermain dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia
hidup, serta lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan
Nailur Rahmawati : 2011), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan
lain, kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realitas luar.
Menurut
N.Murrdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan
inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan
bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya.Menurut dari beberapa
ahli, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan
yang sudah ada (inheren) dalam diri anak.Dengan demikian anak dapat mempelajari
berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa
untuk mempelajarinya.Bermain mempunyai manfaat dalam mengembangkan keterampilan
anak sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap
untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Beberapa
Ciri Bermain
a. Menyenangkan
b. Tidak
memiliki tujuan, tidak boleh ada interfensi tujuan dari luar si anak yang
memotifasi dilakukannya kegiatan bermain
c. Bersifat
spontan
d. Bermain
berarti anak aktif melakukan kegiatan
e. Memiliki
hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas,
pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan
kognitif.
3. Jenis
Bermain
Jenis
bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai
berikut :
a. Bermain
aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh
anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
b. Bermain
pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik
dan sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang
lain.
4. Manfaat
Bermain
a. Perkembangan
fisik motorik
b. Perkembangan
kognitif dan bahasa
c. Perkembangan
sosial emosional
5. Tahap
Perkembangan Bermain
Pada
umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkategorikan kegiatan bermain tanpa
secara jelas mengemukakan bahwasuatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi
tingkat perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a. Jean
Piaget
Adapun
tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut :
1). Permainan sensori molorik ( ¾ bulan
– ½ bulan). Bermain diambil pada periode
perkembangan koguitif
sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai
kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutan kenikmatan yang
diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu.Jadi merupakan
pengulangan dari hal-hal sebelumnya.Ini disebut reproductive assimilation.
2). Permainan Simbolik (2-7 tahun)
Merupakan ciri
periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan
bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya
dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka
ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak
terlalu memperdulikanjawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak
akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi
benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan
lain-lain.Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan pengalaman
emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam
kegiatan bermainnya.
3). Permainan Sosial yang Memiliki
Aturan (8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun
anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with ruler dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh
peraturan permainan.
4). Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga
(11 tahun ke atas)
Kegiatan bermain yang
memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan
dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara
kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau
kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya.
Jika dilihat tahapan
perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya
dilahirkan untuk kesenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertentu
seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik.
b. Hurlock
Adapun
tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1).
Tahapan Penjelajahan (exploratory stage)
Benda
kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda
disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah
dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang
diraihnya.
2).
Tahapan Mainan ( Toy Stage)
Tahapan
ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3tahun anak biasanya hanya
mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak
di PAUD biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain
seperti layaknya teman bermainnya.
3). Tahapan
Bermain (Play stage)
Biasanya
terjadi bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan
semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama
kelamaanberkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang
dilakukan oleh orang dewasa.
4).
Tahap Melamun ( Daydream stage)
Tahap
ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang
berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai
perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang
lain.
Dari
penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira tidak memiliki tujuan
ekstrinsi melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan
hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan
interaksi antara anak dengan lingkungannya serta memungkinkan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki
tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif maupun
psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
5) Stick
Angka
Dalam
kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti
tongkat, batang atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan
dengan simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9
3. Hipotesis
Tindakan
Menggunakan
strategi bermain stick angka dapat meningkatkan
kemampuan berhitung permulaan anak didik di PAUD Anggrek Pejaten Timur
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan
penelitian
Untuk
memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat dan
juga meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak didik di PAUD Anggrek
Pejaten Timur
B.
Setting
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan penulis mengambil lokasi di PAUD Anggrek kelurahan Pejaten Timur
Kecamatan Pasar Minggu
2. Waktu
penelitian
Adapun
penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018
C. Metode
Penelitian
Fokus
penelitian adalah pembelajaran meningkatkan berhitung permulaan menggunakan
strategi bermain stick angka.
Dalam
kegiatan bidang pengembangan kognitif terutama dalam hal berhitung anak mereka
masih mengalami kesulitan dan kurang paham dengan pembelajaran tersebut.
Kegiatan
–kegiatan tersebut adalah:
a) Membilang
bilangan 1-10 dengan benar
b) Menyanyikan
bilangan 1-10 dengan konsep berbeda
c) Mengurutkan
angka untuk bilangan 1-10
d) Penambahan
dan pengurangan dengan permainan stick
Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan deskritif.Penelitian deskritif adalah
penelitian yang beerusaha mendeskritifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi saat sekarang dimana penulis berusaha memotret peristiwa dan
kejadian yang menjadi perhatiannya untuk kemdian digambarkan sebagai mestinya.
Pendekatan
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertitik tolak dari melihat
implementasi penerapan bermain stick angka
terhadap kemampuan berhitung permulaan di PAUD yang menghasilkan data
deskriptif yaitu berapa kata-kata dan perilaku orang yang dapat di observasi
secara actual, menganalisa data yang ada.
Adapun
metode yang digunakan dalam studi kasus yang diarahkan untuk menghimpun data,
mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali
tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari
populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut saja.Dalam
studi kasus digunakan beberapa tehnik pengumpulan data secara wawancara,
observasi dan studi documenter, tetapi semuanya difokuskan kearah mendapatkan
kesatuan data dan kesimpulan.
D. Langkah-Langkah
Penelitian
Langkah-langkah
penelitian terdiri dari 3 siklus.Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Siklus
1`
a. Perencanaan
Perencanaan
tindakan adalah suatu bentuk susunan kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan
yang akan dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan ini penulis akan menyelidiki cara
atau upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam penerapan bermain stick
angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan usia 4-5
b. Pelaksanaan
Sebelum
melakukan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, terlebih dahulu melakukan
assessment awal kepada anak untuk mengetahui kemampuan anak membilang. Tahap
pelaksanaan tindakan merupakan proses tindak lanjut yang berkesinambungan dari
proses perencanaan
c. Pengamatan
Setelah
mengadakan penelitian dan data-data terkumpul maka peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan bermain stick angka terhadap kemampuan berhitung permulaan sangat
efektif untuk anak-anak, karena tanpa mereka sadari dengan bermain stick angka
sudah belajar mengenal penjumlahan, pengurangan dengan senang hati dan
anak-anak menjadi senang bila belajar matematika.
2. Siklus
II
a.
Tahapan perencanaan pada siklus 2 diawali
dengan langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) yang dipersiapkan sebelum kegiatanpembelajaran
berlangsung. Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran harian dan menyiapkan sarana pendukung.
b. Tahap
pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan proses belajar mengajar dengan aspek kegiatan
bermain stick angka. Guru memberikan contoh berhitung menggunakan stick
c. Tahap
observasi pada siklus 2 dilaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi, Tanya jawab kepada anak tentang berhitung
menggunakan media stick
d. Tahapan
refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan,
penyimpulan.
3. Siklus
III
a. Perencanaan
pada siklus 3 merupakan pemahaman materi yang diberikan pada siklus 1 dan 2.
Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2
yang akan diatasi untuk dituang dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH)
b. Pelaksanaan
siklus 3 difokuskan pada aspek ekspresi anak pada penerapan bermain stick angka
sebagai media berhitung
c. Pengamatan
peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
d. Untuk
mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses belajar mengajar tes praktek,
tes praktek dilakukan untuk mengetahui anak dalam hal berhitung yang baik.
e. Refleksi,
peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah
dilakukan selama proses pembelajaran penelitian telah sesuai yang diharapkan.
Maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena
sudah memenuhi target yang diharapkan.
E. Sumber
Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Siswa
PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan
2. Guru
inti PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan
3. Guru
pendamping PAUD Anggrek Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan
F. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan
cara, yaitu:
1. Observasi
Teknik
observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan yaitu data tentang
aspek bermain stick angka terhadap kemampuan berhitung permulaan.
2. Wawancara
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dengan dua pihak yaitu
wawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan wawancara
tewrsebut. Wawancara yang dilakukan kepada kepala PAUD, guru dan responden
3. Dokumen
Dokumentasi
yang dikumpulkan dapat berupa portofolio, gambar atau foto hasil karya anak
didik saat kegiatan pembelajaran.
G. Teknik
Analisa Data
1. Reduksi
Data
Mengubah
rekaman data ke fokus permasalahan.Data yang terkumpul rekaman catatan-catatan
lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini data dari
observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi data-data mana
yang perlu dibuang atau dipilih.
2. Deskripsi
Data
Deskripsi
data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Setelah data diseleksi pada tahap reduksi selanjutnya data akan disajikan
secara deskriptif dan dalam diagram
3. Verifikasi
Verifikasi
merupakan hasil dari proses pembelajaran penerapan bermain stick angka. Setelah
data dipilih pada tahap reduksi data dan telah disajikan dalam bentuk
deskriptif. Pada tahap penyajian data, peneliti menarik kesimpulan verifikasi
pada tahap ini, dengan kata lain penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan
dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
H. Keabsahan
Data
Untuk
menguji keterpercayaan dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai
berikut:
1. Kredibilitas
merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dalam data
2. Keterbukaan.
Penyajian data disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk
diketahui kepala sekolah, guru kelas untukperbaikan selanjutnya
3. Keakuratan.
Data harus akurat informasi harus akurat dan jelas.
4. Kelayakan
I. Kriteria
Keberhasilan Penelitian
Keabsahan
data peneliti dalam pelaksanaan siklus I pada penelitian ini belum menunjukkan
tindakan penelitian hasil yang optimal, maka akan dilakukan dengan pelaksanaan
siklus 2, jika belum meningkatkan hasil yang optimal dilanjutkan tindakan
penelitian siklus 3. Pengembangan perencanaan tindakan difokuskan pada
pelaksanaan penerapan bermain stick angka untuk meningkatkan kemampuan
berhitung permula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar