Welcome to my bloq... ^-^ Samika ^-^ STKIP KUSUMA NEGARA^_^

Sabtu, 06 Januari 2018

PERANAN PENDIDK DALAMPEMBENTUKAN MORAL ANAK USIA DINI (Etnologi)



PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN
PERANAN PENDIDK DALAMPEMBENTUKAN MORAL ANAK USIA DINI
DI PAUD MELATI PUTIH
DURI - GAMBIR
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah:
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN AUD
Dosen pengampu: Iswadi, M.pd
Disusun oleh:
Yani Purnama Sari              20158400071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA
2017
KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan pertolonganya. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw., yang telah menuntun kita ke jalan yang diridhoi Allah.
Penyusunan proposal ini dilakukan penulis untuk meneliti peranan pendidik dalam membentuk moral Anak Usia Dini di PAUD MELATI PUTIH di Jl. Setia Kawan Ujung, Rt. 13 / 12 No. 26, Kelurahan Duri, kecamatan Gambir, Jakarta pusat.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penelitian ini. Tidak lupa pula terimakasih kepada dosen pengampu matakuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu Bapak Iswadi, M.Pd yang telah mengajarkan kami tentang pembuatan proposal penelitian. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya.
Demikianlah proposal penelitian ini penulis susun guna memenuhi tugas matakuliah metodologi penelitian.  Semoga proposal ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.
Jakarta,   Nopember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
Bab I :             PENDAHULUAN........................................................................ 4
A.   Latar Belakang..................................................................... 4
B.   Fokus Penelitian.................................................................. 7
C.   Rumusan Masalah.............................................................. 8
D.   Kegunaan Penelitian.......................................................... 8
Bab II :            TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 9
A.   Deskripsi Konseptual Fokus.............................................. 9
B.   Hasil Penelitian Yang Relevan......................................... 22
Bab III :           METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 25
A.   Tujuan Penelitian................................................................ 25
B.   Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 25
C.   Latar Penelitian.................................................................... 26
D.   Metode Penelitian................................................................ 26
E.   Data dan Sumber Data....................................................... 27
F.    Teknik Pengumpulan Data................................................ 28
G.   Pemeriksaan Keabsahan Data (Triangulasi).................. 29
H.   Teknik Analisis Data............................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini haruslah memperhatikan tugas-tugas perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya, sehingga mereka mampu mencapai tugas-tugas perkembangan selanjutnya secara optimal. Masa sekolah ini disebut juga "The Golden Age atau masa emas". Oleh karena itu anak harus mendapatkan perhatian yang serius dalam kehidupannya yang akan datang. Tetapi sayangnya sering kali orang dewasa tidak lagi memikirkan dan memperlakukan mereka sebagai anak kecil dengan "dunia kecil"-nya. Mereka memperlakukan anak sebagai orang dewasa mini yang dituntut untuk senantiasa berpikir, merasakan, bersikap, melakukan sesuatu, dan berdaya tahan seperti orang dewasa.
Pendidikan harus dimaknakan sebagai proses pembelajaran untuk menyiapkan anak-anak dalam menghadapi kehidupan di masanya nanti. Dalam proses belajar mengajar, banyak ditemukan fakta bahwa pendidikan hanya menstransfer ilmu dan berpedoman pada pencapaian target mata pelajaran yang harus dikuasai siswa tanpa memperhatikan kondisi siswa. Sehinggatidak salah apabila pendidikan formal (sekolah) hanya dijadikan panggung pentas untuk memperoleh rangking di sekolah.  Jadi, berkembangnya teknologi serta arus globalisasi yang begitu pesat pada saat sekarang ini harus selalu diiringi dengan berkembangnya ilmu agama dalam diri seseorang. Sehingga banyak hal yang harus diperhatikan terutama hal-hal yang sifatnya dapat mempengaruhi moral anak bangsa. Misalnya, filterisasi terhadap budaya-budaya barat yang masuk ke Indonesia. Tujuan utama dari pendidikan agama adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti  yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, memiliki jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dengan baik, menghindari suatu perbuatan yang tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
Moral yang hanya dipahami secara kognitif tidak akan menjadikan manusia itu bermoral,tetapi sesungguhnya moral harus disikapi dengan hati dan perilaku. Pendidikan tanpa moral akan menjadikan anak sebagai seorang yang munafik, yaitu apa yang ada dalam pikirannya tidak sejalan dengan tindakannya. Ketika pendidikan itu bisa menghasilkan orang-orang besar tapi mereka tidak tahu bagaimana moral orang-orang besar itu. Dapat dikatakan bahwa pikiran orang-orang besar itu pada dasarnya hanya demi karier mereka sendiri dan mereka tidak menempatkan sebagai pelayan masyarakat. Sehingga tidak jarang kita jumpai banyak anggota DPR yang seharusnya sebagai wakil dan penyalur aspirasi dari seluruh rakyat, tetapi justru tega menyelewengkan kewenangan serta kekuasaan demi kepentingan pribadi tanpa memperhatikan rakyat dibawahnya.
Maju mundurnya atau baik buruknya peradaban masyarakat suatu bangsa akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani atau yang ditempuh oleh masyarakat bangsa tersebut. Karena sesungguhnya runtuhnya pendidikan mengakibatkan rendahnya moralitas bangsa yang secara tidak langsung berakibat meningkatnya kriminalitas diberbagai tempat.
Upaya membangun pendidikan sebenarnya juga merupakan upaya membangun moral bangsa yang nantinya dapat memperbaiki watak bangsa yang dijadikan sebagai identitas bangsa Indonesia. Dapat dikatakan bahwa dalam suatu masyarakat banyak orang yang rusak moralnya maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. PAUD telah diprogramkan oleh pemerintah melalui tiga jalur yaitu jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Jalur formal terdiri atas Taman Kanak-kanak (TK), Roudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Jalur pendidikan nonformal mencakup Kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan jalur pendidikan informal mencakup pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Dengan adanya jalur-jalur  pendidikan tersebut diharapkan upaya pembentukan moral anak, bisa terlaksana lebih baik sehingga nantinya dapat mencetak generasi-generasi penerus yang bermoralitas tinggi. Pendidikan anak usia dini sangat berperan dalam upaya memberikan stimulasi, bimbingan, asuhan, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak. PAUD juga diselenggarakan dengan menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio-emosional, serta bahasa dan komunikasi. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini (AUD).

B.   Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memfokuskan penelitian pada:
1.    Peran pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dinidi PAUD MELATI PUTIH.
2.    Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dinidi PAUDMELATI PUTIH.
3.    Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dinidi PAUD MELATI PUTIH.





C.   Rumusan Masalah
1.    Apa saja peran pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dini di PAUD MELATI PUTIH?
2.    Materi apa saja yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dinidi PAUD MELATI PUTIH?
3.    Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dini di PAUD MELATI PUTIH?

D.   Kegunaan Penelitian
Secara teoritis akademis, sebagai partisipasi penyusun dalam:
1.    Memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang pendidikan Anak Usia Dini.
2.    Secara teoritis akademis, dapat memberikan sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan dan disiplin ilmu lainnya, bagi Sekolah Tinggi Keguruandan Ilmu Pendidikan Kusuma Negara.
3.    Secara praktis-empiris, dapat memberikan masukan dan informasi deskriptif bagi para pendidik khususnya pendidik PAUD MELATI PUTIHmengenai peran pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dinisehingga kualitas pendidikan anak usia dini dapat terus ditingkatkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Deskripsi Konseptual Fokus
1.    Peran Pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dini
a)    Anak Usia Dini
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Berdasarkan UU Peradilan Anak.  Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah .
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat Anak Usia Dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik.

b)    Pembentukan moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusi apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Pembentukan berasal dari kata "bentuk" yang mendapat imbuhan pe-an yang berarti proses atau cara.
Moral berasal dari bahasa Latin "moris" yang berarti adat istiadat, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Elizabeth B. Hurlock dalam salah satu karya tulisnya yang berjudul "Perkembangan Anak" mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat dimana dalam perilaku dikendalikan oleh konsep-konsep moral yang memuat peraturan yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan dalam perilaku yang diharapkan oleh seluruh anggota kelompok.
Jadi, pembentukan moral merupakan proses yang dilakukan
seseorang dalam upaya menanamkan suatu nilai-nilai yang menimbulkan suatu perilaku yang dikendalikan oleh konsep-konsep moral yang menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan menentukan dalam perilaku yang diharapkan.
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.

c)    Peran pendidik
McLeod, (1989) berasumsi Pendidik adalah seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain.
Kata mengajar dapat kita tapsirkan misalnya :
1)    Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif).
2)     Melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik).
3)    Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif)
Pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Para pendidik seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang pendidik.
Peran Pendidik:
1)    Menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, Pendidik harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran Pendidik sebagai (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas pendidik dapat disebut pemeliharaan anak. Pendidik sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2)    Pendidik Sebagai Pengajar
Peranan pendidik sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan pendidik, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan pendidik dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Pendidik harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
3)    Pendidik Sebagai Pembimbing
Pendidik dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Dapat disimpulkan Peran pendidik didalam pembentukan moral Anak Usia Dini adalah Pendidik diharapkan dapat membimbing Anak Usia Dini agar menjadi pribadi yang baik, cakap, kreatif, dan bertanggung jawab sebagai manusia yang memiliki rasa keimanan kepada tuhannya.

2.    Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral pada anak.
Materi adalah setiap objek atau bahan yang membutuhkan ruang, yang jumlahnya diukur oleh suatu sifat yang disebut massa.
Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembanagan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak memulai bermain make believe, anak menjadi mampu berfikir tentang makna-makna obyek yang mereka representasikan secara independen.
Pada kegiatan pendidikan Anak Usia Dini, ada materi-materi yang harus diberikan kepada Anak Usia Dini. Materi program kegiatan pendidikan Anak Usia Dini dibagi dalam dua kelompok usia:
a)    Materi usia lahir sampai 3 tahun
·         Pengenalan diri sendiri
Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan konsep diri. Bermain mendukung anak untuk tumbuh serta mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru, dan mempraktekan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun ketrampilan menolong dirinya sendiri, ketrampilan ini membuat anak merasa kompeten.
·         Pengenalan perasaan
Pengenalan perasaan termasuk perkembangan emosi. Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
·         Pengenalan tentang orang lain
Pengenalan tentang orang lain termasuk dalam perkembangan sosial. Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Barmain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan berbagi.
·         Pengenalan berbagai gerak
Pengenalan berbagai gerak bertujuan untuk membantu memaksimalkan perkembangan fisik. Bermain dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area, yaitu : (1) koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang, (2) kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat, berguling-guling, merayap dan merangkak, (3) kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang, (4) manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk.

·         Mengembangkan komunikasi
Mengembangkan komunikasi dapat dilakukan dengan membantu anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasanya. Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarakan kemampuan berbahasa anak. Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan. Seperti ketika anak bermain boneka dengan temannya, mereka secara spontan akan berbicara atau berkomunikasi dengan temannya. Boneka sebagai anaknya, kemudian ada yang dijadikan ibu dan sebagai bapak.
Secara spesifik, bermain dapat memajukan perkembangan dari segi komunikasi berikut ini :(1) bahasa reseptif (penerimaan), yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan memahami konsep dasar, (2) bahasa eksresif, yaitu kebutuhan mengekspresikan keinginan, perasaan, penggunaan kata-kata, frase-frase, kalimat, berbicara secara jelas dan terang, (3) komunikasi non verbal, yaitu penggunaan komunikasi kongruen, ekspresi muka, isyarat tubuh, isyarat tangan, (4) memori pendengaran, yaitu memahami bahasa berbicara dan membedakan bunyi.
·         Ketrampilan berfikir
Materi ketrampilan berfikir merupakan materi yang diberikan sebagai tujuan untuk mengembangkan aspek kognitif anak. Pengembangan kognitif dapat dilakukakan dengan kegiatan bermain. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalah awalan dari fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.

b)    Materi anak usia 3 sampai 6 tahun
·         Keaksaraan, mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran fonologi,wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan lainnya.
·         Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
·         Pengetahuan alam, lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi dan lingkungan.
·         Pengetahuan sosial, mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lainnya, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah dan ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar, di luar rumah ada taman, garasi dan sebagainya. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
·         Seni, mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik adalah mengombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenangkan. Drama adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog atau keduanya. Seni juga mencangkup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel dan lain-lain.
·         Teknologi, mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran teknologi ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak dirumah, sekolah dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
·         Ketrampilan proses, mencakup pengamatan dan eksplorasi, eksperimen, pemecahan masalah, dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang mewakili.
Dalam menyusun rencana kegiatan pendidikan diarahkan pada tiga peran pendidikan bagi Anak Usia Dini yaitu:
a)    Pendidikan sebagai proses pembelajaran dalam diri anak.
Anak harus diberikan kesempatan untuk belajar secara optimal, kapan, dan dimana saja. Implementasinya tewujud dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melihat, mengamati dan menyentuh benda-benda disekitarnya.
b)    Pendidikan sebagai proses sosialisasi. Pendidikan tidak hanya untuk mencerdaskan dan membuat anak terampil tetapi juga membuat anak menjadi manusia yang bertanggung jawab, bermoral, dan beretika. Pendidikan yang mempersiapkan anak untuk mampu hidup sesuai dengan tuntutan zaman dimasa depan.
c)    Pendidikan sebagai proses pembentukan kerja sama peran. Dengan demikian anak dapat mengetahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling melengkapi. Manusia membutuhkan orang lain karena secara individual mempunyai kekurangan dan disisi lain memiliki kelebihan yang dapat memberikan nilai tambah bagi orang lain.

3.    Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dini.
1)    Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pendidik dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
2)    Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, pendidik harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.


B.   Hasil Penelitian yang relevan
1.    Skripsi dengan judul Kecerdasan Moral Pada Anak Dalam Perspektif Islam (Telaah terhadap buku: "Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak" Karya: Robert Coles) yang ditulis oleh Yuyun Yuningsih, 2004 menjelaskan mengenai cara-cara yang dipakai atau konsep menumbuhkan kecerdasan moral anak dengan mengacu pada buku "Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak". Penyusun Proposal ini menghubungkan konsep kecerdasan moral dengan kaitannya dengan perspektif agama.
2.    Skripsi dengan judul Usaha-Usaha Lembaga Rumah Dongeng Indonesia Dalam Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak yang ditulis oleh M. Syaifuddin Zuhri, 200319 yang membahas mengenai penerapan metode cerita yang digunakan sebagai suatu cara dalam upaya menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Proposal ini menitik beratkan pada peran dari Lembaga Rumah Dongeng Indonesia dalam mengaplikasikan metode cerita.
3.    Skripsi dengan judul Mengembangkan Nilai-Nilai Moral Pada Anak Studi Terhadap Buku:16Moral Dasar Bagi Anak Karya PAM Schiller dan Tamera Bryant (Analisis Perspektif Pendidikan Islam) yang ditulis oleh Muflihah Setiyaningrum, 200320 yang menekankan kepada pengembangan nilai-nilai moral pada anak yang ditawarkan oleh PAM Schiller dan Tamera Bryant dalam buku: 16 Moral Dasar Bagi Anak.
4.    Skripsi dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Buku "Sang Nabi" Karya Kahlil Gibran dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam yang ditulis oleh Ishak, 200621 yang menekankan pembahasannya pada nilai-nilai pendidikan moral pada buku "Sang Nabi" karya Kahlil Gibran. Di dalamnya dijelaskan mengenai berbagai aspek nilai moral, baik dari segi perseorangan, keluarga, social, Negara, dan agama.










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.   Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui materi yang diajarkan pendidik dalam
pembentukan moal Anak Usia Dini di PAUD MELATI PUTIH.
2.    Untuk mengetahui peran pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dini di PAUD MELATI PUTIH.
3.    Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral Anak Usia Dini di PAUD MELATI PUTIH.

B.   Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Waktu
Lembaga pendidikan PAUD MELATI PUTIH merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal berada dibawah naungan HIMPAUDIyang terletak di Jl. Setia kawan Ujung, Rt.13 / 12, No. 26, Kelurahan Duri Pulo, Kecamatan Gambir.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada 9 November 2017.

C.   Latar Penelitian
Berdasarkan pengamatan Penulis di PAUD MELATI PUTIH, melihat ada anak yang berperilaku kurang baik. Sehingga penulis ingin mengetahui peran pendidik PAUD MELATI PUTIH dalam membentuk moral Anak Usia Dini.

D.   Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisirdengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau perilaku yang diamati.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi. Pendekatan ini memfokuskan pada penyelidikan segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendiskripsikan kebutuhan peserta didik, baik perilaku atau suasana belajar, dengan memahami makna dan gejala pendidikan yang terjadi dalam sebuah komunitas terutama unsur-unsur internal dalam pembelajaran yang merupakan ciri khas teori belajar. Selanjutnya pendekatan ini dipandang sebagai jalan yang akan dilalui dalam memecahkan problem penelitian yaitu peran pendidik dalam pembentukan moral anak di PAUD MELATI PUTIH.
.
E.   Data dan sumber data
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek dan sumber data utama adalah pendidik PAUD MELATI PUTIHyang berjumlah empatorang. Sedangkan sumber data lainnya adalah semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu peserta didikPAUD MELATI PUTIH beserta orang tua siswa yang pada waktu-waktu tertentu mendampingi anaknya dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PENDIDIK BKB PAUD MELATI PUTIH
NO
NAMA
L/P
PENDIDIKAN
KETERANGAN
1
Evi Sulastri
P
SLTA
Ketua
2
Damai Yanti
p
SLTA
Sekretaris
3
Adde Sukaesih
p
SLTA
Bendahara
4
Rani Tri Yulianti
p
SLTA
Pendidik
               
DATA USIA ANAK BKBPAUD MELATI PUTIH
NO
USIA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
< 2 Tahun
0
0
0
2
2 - 3 Tahun
3
2
5
3
3 - 4 Tahun
3
3
6
4
4 - 5 Tahun
5
3
8
5
5 - 6 Tahun
2
2
4
JUMLAH
13
10
23
F.    Teknik pengumpulan Data
Untuk menghimpun keseluruhan data yang diperlukan peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a.    Observasi
Metode ini digunakan hampir pada proses pengumpulan data penelitian termasuk ketika melakukan penjajagan pertama (pra penelitian) yaitu sebelum disusunnya rencana dan judul penelitian. Dengan metode ini diharapkan dapat diketahui gambaran utuh mengenai keadaan dari PAUD MELATI PUTIHbaik yang berkaitan dengan pendidik, peserta didik maupun subyek-subyek lain yang terlibat dalam proses pembelajaran.
b.    Wawancara
Metode ini dipergunakan untuk mempertajam data yang diperoleh dari observasi serta untuk memperoleh data yang akurat mengenai peran yang dilakukan pendidik dalam membentuk moral anak.
c.    Dokumentasi
Dalam hal ini penyusun menggunakan metode dokumentasi untuk menghimpun data berupa keadaan sekolah, baik pendidik,      peserta didik, ataupun sarana dan prasarana sekolah.
G.   Pemeriksaan Keabsahan Data (Triangulasi)
Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang apa yang ditemukan, Penulis mengumpulkan data dan sumber data melalui data observasi, wawancara,  dan dokumentasi.

H.   Teknik Analisis data
1)    Analisis data sebelum di lapangan sebagai fokus penelitian.
Akan tetapi fokus penelitian ditahap ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti malakukan penilitian lebih lanjut di lapangan.
2)    Analisis data di lapangan.
Sebelum menganalisis data dilapangan, peneliti harus memilih hal-hal pokok dengan mencari pola dan temanya agar peneliti dapat mendeteksi data. Dengan demikian akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Peneliti menulis dan menyimpulkan hasil penelitian kualitatif dalam bentuk narasi. Temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sering terjadi di masyarakat ini sebelumnya masih samar-samar sampai akhirnya penulis meneliti hingga menjadi jelas. Dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar