UPAYA
MENGUBAH PARADIGMA ORANGTUA MURID TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
(Penelitian Etnografi pada Orang tua
murid PAUD Tunas Bangsa Jakarta Pusat)
PROPOSAL
Diajukan
guna memenuhi tugas perkuliahan mata pelajaran Penelitian Metodolog
Oleh :
NAMA : FAIQOH UMAR. B
NPM : 20158400099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji mutlaq milik Allah semata. Atas segala hidayah, inayah dan
kenikmatan-Nya kita masih diberi kesempatan untuk melakukan sebuah kegiatan
penelitian, guna memperbaiki paradigma orang tua terhadap pembelajaran bagi Anak
Usia Dini (AUD), memahami hakikat belajar bagi AUD. Sehingga AUD mendapatkan
hak yang sebenarnya, dapat menjalankan tahap keemasannya dengan tepat, dan
sangat berpengaruh untuk kelangsungan kedewasaannya.
Kami
ucapkan terima kasih kepada Wali Murid Tunas Bangsa sebagai responden kami,
Guru – Guru PAUD Tunas Bangsa sebagai relasi kami yang mendukung semua kegiatan
PAUD. Dan tidak lupa pula kami ucapkan kepada dosen pengampu Bapak Iswadi. M.
Pd. Yang telah mengajarkan kami tentang penelitian metodologi. Rekan – rekan
seperjuangan PG PAUD PKK Kelas B atas bimbingan, bantuan dan dukungannya dalam
penyusunan proposal penelitian ini. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan penelitian ini, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun
penulis harapkan guna menyempurnakan penelitian.
Demikianlah
penelitian ini disusun guna menyelesaikan tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian, semoga dapat bermanfaat bagi para orang tua khususnya, sehingga
dapat mendidik anak – anaknya dengan tepat dan benar demi mengemban amanah
Allah yang telah diberikan – Nya. Aamiin...
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
1.
KATA PENGANTAR
.................................................................................. 1
2.
DAFTAR ISI
................................................................................................ 2
3.
BAB I : PENDAHULUAN
.......................................................................... 3
A. Latar
Belakang Masalah ............................................................. 3
B. Fokus
Masalah
............................................................................ 7
C. Rumusan
Masalah ....................................................................... 7
D. Kegunaan
Penelitian ................................................................... 8
4.
BAB II : TINJAUAN
PUSTAKA ................................................................ 9
A. Deskripsi
Konseptual Fokus ...................................................... 9
B. Hasil
Penelitian Yang Relevan ................................................. 15
5.
BAB III : METODOLOGI
PENELITIAN ................................................. 16
A. Tujuan
Penelitian
...................................................................... 16
B. Tempat
Dan Waktu Penelitian .................................................. 16
C. Latar
Penelitian ......................................................................... 16
D. Metode
Penelitian
..................................................................... 17
E. Data
dan Sumber Data .............................................................. 18
F. Tehnik
Pengumpulan Data ....................................................... 19
G. Pemeriksaan
Keabsahan Data (Triangulasi) ............................. 19
H. Tehnik
Analisis Data ................................................................ 20
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pemerintah
mencanangkan pendidikan anak usia dini dibentuk disetiap kelurahan, bahkan
setiap rukun warga dari tahun 2005. Sebagai bentuk kesadaran pentingnya
pendidikan anak usia dini sebagai pendidikan yang fundamental. Sebagai upaya
menbentuk sumber daya manusia yang cerdas, jujur, bertanggung jawab dan
berkepribadian. Berdasarkan Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, BAB 1 Ayat 14 menyatakan “Pendidikan anak usia dini
adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
memasuki pendidikan lebih lanjut.” (Danar Santi, 2009 : 7).
Anak
merupakan aset terbesar bagi orang tua, hal itu menjadi pemicu bagi orang tua
untuk selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk dalam hal
pendidikan. Pendidikan pertama yang didapatkan anak berasal dari lingkungan
keluarga. Sebelum mendapatkan pendidikan formal atau non-formal pemberian
pendidikan sejak dini yang baik pada anak akan memberi pengaruh pada proses
perkembangan anak. Pendidikan AUD merupakan pendidikan yang paling rendah
tingkatannya, tetapi memiliki makna yang paling tinggi dari satuan – satuan
pendidikan lainnya. Karena PAUD akan melandasi pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Dapat dikatakan disini bahwa keberhasilan
seseorang dalam menempuh pendidikan dasar, menengah dan tinggi, sangat
ditentukan oleh apa yang diperoleh dan dialaminya di PAUD.
Anak
usia dini adalah sosok yang sangat istimewa. Mereka adalah individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari
orang dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa
yang dilihat dan didengarnya, seolah – olah tak pernah berhenti belajar. Anak
juga bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek,
dan merupakan masa yang potensial untuk belajar.
Seharusnyalah
pembelajaran pada anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang
tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas
perkembangan. Perkembangan disini mencakup seluruh aspek, baik bahasa, fisik,
kognitif, dan sosio emosional. Maka, interaksi yang dibangun seharusnya proses
pendekatan terhadap tercapai tujuan pembelajaran. Karena interaksi mencerminkan
suatu hubungan dimana anak akan memperoleh pengalaman yang ber
makna,
aktifitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan
orang lain. Pembelajaran pada anak usia dini sangat disarankan memperhatikan
hal – hal berikut ini :
-
Berangkat dari apa yang
dibawa anak. Setiap anak terlahir fitrah. Dia membawa segala kebaikan yang
tuhan anugerahkan kepadanya. Dengan melakukan proses pembelajaran sesuai fitrah
yang dibawanya, anak akan mudah untuk diasah segala potensi besarnya.
-
Belajar harus menantang
bagi anak. Tantangan merupakan kenikmatan hidup yang disenangi semua orang yang
“hidup”, maka ini tak juga terlepas dari anak – anak, mereka menyukai tantangan
untuk ditaklukkan, dengan begitu mereka bisa menghargai dirinya, dan menambah
kepercayaan dirinya.
-
Belajar melalui
bermain. Usia dini adalah usianya bermain. Anak akan lebih excited ketika dia merasa sedang bermain padahal saat itu dia
sedang melakukan proses pembelajaran.
-
Penggunaan alam sebagai
sumber belajar. Hal ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang lebih luas,
sehingga terbentuk suatu pandangan hidup untuk mencintai lingkungannya dan
memeliharanya.
-
Belajar membekali
keterampilan hidup.
-
Belajar sambil
melakukan/learning by doing. Ada
pepatah berbunyi : belajar dengan menghafal akan lupa, belajar dengan mendengar
akan hilang dan belajar sambil melalukan akan cepat ingat.
-
Pembelajaran pada anak
usia dini juga perlu memperhatikan bebagai tipe belajar pada anak seperti tipe
pembelajar visual, auditor, global dan taktil. Setiap anak berbeda dan setiap
anak istimewa. Mereka tidak dapat dipaksakan belajar dengan cara – cara yang
tidak dikehendakinya.
Pentingnya
mengerti dan memahami perkembangan anak. Para pendidik atau orang dewasa yang
bersinggungan dengan anak, hendaklah mengerti bahwa pembelajaran paa anak usia
dini merupakan wahana uantuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minat masing – masing anak. Selain itu,
pembelajaran pada masa ini bertujuan memperkenalkan konsep – konsep yang paling
dasar dan bermakna bagi anak hingga mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang bermakna tersebut hanya dapat terjadi apabila kita
memperhatikan tahapan perkembangan anak usia dini berserta karakteristiknya.
Kalau kita lihat, proses pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami
lingkungan sekelilingnya melalui proses interaksi yang melibatkan teman sebaya,
oarang dewasa dan lingkungan. Dengan demikian, proses pembelajaran pada anak
usia dini perlu dikembangkan ke arah pembelajaran yanga sesuai dengan dunia
anak. Anak – anak menyukai kesempatan yang diberikan orang dewasa di dekatnya
untuk aktif dan kreatif dalam mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya.
Akan
tetapi kenyataan di lapangan banyak para orang tua tidak memahami tentang
pendidikan anak usia dini. Mereka menganggap bahwa pendidikan hanya
berorientasi akademik. Yaitu, kemampuan Calistung (Baca, tulis dan hitung)
sehingga mereka kecewa kalau anaknya belum punya kemampuan untuk Calistung.
Padahal perubahan sikap, kematangan aspek perkembangannyalah tujuan utama PAUD.
Calistung hanya mengikuti.
Anggapan
seperti ini yang penulis katakan sebagai paradigma yang harus dirubah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang
upaya merubah paradigma orang tua murid PAUD Tunas Bangsa terhadap pembelajaran
PAUD.
B. Fokus
Penelitian
Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan terdapat dimensi-dimensi menarik di lapangan, sehingga
dari banyaknya dimensi tersebut untuk pembatasan lingkup penelitian maka perlu
ditentukan fokus penelitian yaitu :
1. Mengetahui
upaya merubah paradigma orang tua murid terhadap pembelajaran anak usia dini.
2. Mengetahui
kendala dalam upaya merubah paradigma orang tua murid terhadap pembelajaran
anak usia dini.
3. Untuk
mengetahui upaya mengatasi kendala dalam merubah paradigma orang tua murid
terhadap pembelajaran anak usia dini.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, fokus penelitian adalah tentang upaya merubah. Dari
fokus penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana
upaya merubah paradigma orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini?
2. Apa
kendala dalam upaya merubah paradigma orang tua murid terhadap pembelajaran
anak usia dini?
3. Bagaimana
upaya untuk mengatasi kendala dalam merubah paradigma orang tua murid terhadap
pembelajaran anak usia dini?
D.
Kegunaan Penelitian
Hasil
penelitian diharapkan dapat bermanfaat diberbagai pihak.
1. Secara
Teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengtahuan keilmuan bidang PAUD lebih khususnya
pemahaman orang tua terhadap pembelajaran PAUD Tunas Bangsa.
2. Secara
Praktis
a. Bagi
orang tua murid, semoga dapat dijadikan acuan dalam merubah paradigma yang
salah terhdap pembelajaran anak usia dini
b. Bagi
guru, semoga dapat menjadi bahan acuan sebagai pendekatan kepada wali murid
guna menyamakan persepsi.
c. Bagi
sekolah, semoga dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki pendekatan terhadap
wali murid pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.
d. Bagi
pembaca, penelitian ini semoga berguna untuk memberikan pemahaman tentang
pentingnya mengetahui karakteristik pendidikan anak usia dini.
e. Bagi
peneliti, sebagai bentuk pengalaman sekaligus menambah wawasan dalam ilmu
pengetahuan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi
Konseptual Fokus dan Sub Fokus Penelitian
Istilah paradigma tergolong sangat jarang digunakan dalam percakapan yang
kita lakukan sehari – hari. Meskipun begitu, kita tetap harus mengetahui makna
/ arti kata paradigma yang sebenarnya, sehingga ketika istilah ini digunakan,
kita dapat mengetahui apa makna / artinya.
Istilah paradigma cenderung merujuk kepada dunia pola pikir atau pun teknis
penyelesaian masalah yang dilakukan oleh manusia. Istilah yang satu ini pertama
kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan bernama Thomas Kuhn melalui buku
buatannya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution.
Saat pertama kali diperkenalkan, istilah
Paradigma tidak dijelaskan secara gamblang oleh Thomas Khun. Pada waktu itu,
paragima hanya diutarakan sebagai termonologi kunci yang dipakai dalam model
perkembangan ilmu pengetahuan saja. Beberapa saat kemudian, barulah istilah
Paradigma terdefenisi secara jelas oleh Robert Fridrichs (merupakan orang
pertama yang mengungkapkan apa itu paradigma secara jelas dan gamblang).
Pradigma berkaitan erat dengan prinsip –
prinsi dasar yang menentukan berbagai macam pandangan manusia terhadap dunia
sebagai bagian dari sistem bricoluer. Sebuah paradigma biasanya meliputi tiga
elemen utama yaitu elemen metodologi, elemen epistemologi, dan elemen ontologi.
Dengan menggunakan tiga elemen ini, manusia menggunakan paradigma untuk meraih
berbagai macam pengetahuan mengenai dunia dan berbagai macam fenomena yang
terjadi di dalamnya.
Secara etimologis, istilah paradigma
pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di
sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal,
model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma
diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk
menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif
umum berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia
nyata yang sangat kompleks.
2.
Pengertian Anak Usia
Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru
dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan
dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:
7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).
Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak prasekolah adalah
mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti
program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya
mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain
(play group).
mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti
program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya
mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain
(play group).
Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini,
pengertian anak usia dini adalah anak usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani
maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.27 Hal
ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
pengertian anak usia dini adalah anak usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani
maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.27 Hal
ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia dini adalah
anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan dengan
Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar.
anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan dengan
Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar.
3.
Pengertian Pembelajarn
Anak Usia Dini
Pembelajaran adalah
proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Depdiknas – UU Sisdiknas, 2003: 4). Pembelajaran menurut
behaviorisme adalah upaya pendidik untuk membantu anak didik melakukan kegiatan
belajar sehingga menghasilkan perubahan perilaku pada anak didik (Tulus Tu’u,
2004: 64). Dari definisi tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan usia dini
maka kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi anak
usia dini dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
membantu membimbing anak belajar dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya
sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Pembelajaran di PAUD
pada dasarnya menerapkan esensi bermain karena bermain merupakan dunia kerja
anak usia prasekolah. Menurut Anggani Sudono (2000: 1) bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan
pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak. Melalui bermain, anak dapat memetik berbagai manfaat bagi
semua aspek perkembangan. Akan tetapi, prinsip bermain sambil belajar yang
diterapkan dalam pembelajaran di PAUD seringkali disalah artikan, dengan
menganggap bahwa pembelajaran di PAUD isinya hanya bermain-main saja tanpa
tujuan yang jelas. Sesungguhnya, kegiatan pembelajaran di kelompok bermain
didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak belajar dengan tetap
mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, bebas, merdeka, voluntir, dan
demokratis. Oleh karena itu, kegiatan bermain yang dapat mengembangkan semua
aspek perkembangan pada diri anak (baik fisik motorik, kognitif, bahasa, seni,
sosial emosional) yang didesain dalam pembelajaran di PAUD.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey; Rubin, Fein & Vandenberg (dalam
Johnson et al, 1999), ada beberapa ciri kegiatan bermain yaitu :
· Dilakukan berdasarkan motivasi internal yaitu anak ikut bermain berdasarkan
keinginannya sendiri serta untuk kepentingannya sendiri.
· Kegiatan bermain diwarnai oleh perasaan emosi positif.
· Fleksibilitas yang ditandai dengan mudahnya beralih kegiatan dari satu
aktivitas ke aktivitas yang lain
· Lebih menekankan proses yang berlangsung daripada hasil akhir. Saat
bermain, perhatian anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung daripada
tujuan yang ingin dicapai (tidak memiiki tujuan eksternal yang ditetapkan
sebelumnya). Misalnya anak bermain kartu huruf, ia tidak memiliki tujuan untuk
belajar mengenal huruf atau membuat kata. Jika setelah bermain anak mampu
mengembangkan kosa kata interaksi dengan huruf, itu adalah persoalan lain.
Partisipasi bermain lebih penting daripada tujuan bermain.
· Bebas memilih kegiatan main
· Memiliki kualitas pura-pura karena memungkinkan anak bereksperimen dengan
hal-hal baru.
Pendidik PAUD harus kreatif dan inovatif dalam mendesain lingkungan main
bagi anak agar esensi bermain mewarnai kegiatan belajar anak. Sebagai contoh
untuk mengembangkan kemampuan mengenal warna, guru dapat menata lingkungan main
dengan beberapa pilihan kegiatan seperti mewarnai gambar, finger painting,
mencap, melukis dengan kelereng, membatik dan menjumput, melukis cermin,
ataupun melukis dengan benang. Dengan demikian berarti guru telah memberikan
kebebasan pada anak untuk memilih, adanya fleksibilitas untuk beralih dari satu
jenis kegiatan ke kegiatan lainnya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir,
selama proses bereksperimen dengan warna pada kegiatan yang dipilih anak pun
mampu mengenal warna.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
PAUD
Dalam melaksanakan
pembelajaran di PAUD perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Bermain sambil
belajar
b) Pembelajaran
berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
c) Pembelajaran berorientasi
pada kebutuhan anak
d) Kreatif dan Inovatif
e) Pembelajaran
didukung oleh lingkungan yang kondusif
f) Menggunakan
pembelajaran terpadu
g) Pembelajaran mengembangkan
keterampilan hidup
h) Pembelajaran
berpusat pada anak
i) Demokratis
j) Bermakna
B.
Hasil Penelitian Yang
Relevan
Hasil penelitian
relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh penulis tentang upaya merubah paradigma orang tua murid PAUD
Tunas Bangsa terhadap pembelajaran anak usia dini. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan memakai pendekatan fenomologi.
Fenomologi digunakan agar dapat diketahui persepsi atau paradigma orang tua
murid yang keliru terhadap pembelajaran anak usia dini dan dapat merubah atau
meluruskan paradigma atau persepsi orang tua murid PAUD Tunas Bangsa terhadap
pembelajaran anak usia dini dengan beberapa strategi.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian etnografi ini diharapkan dapat merubah paradigma orang tua murid PAUD
Tunas Bangsa yang salah terhadap pembelajaran bagi anak usia dini agar sinkron antara
guru dan wali murid, sehingga pembelajaran dapat berkesinambungan sampai ke lingkungan
rumah dan anak dapat pembelajaran ynag tepat pada kebutuhan perkembangannya.
B.
Tempat dan Waktu
Penelitian
1.
Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di
PAUD Tunas Bangsa yang beralamat di Jl. Cempaka Putih Timur XVII RT. 11 / RW.
03 Jakarta Pusat.
2.
Waktu : Penelitian ini dilakukan pada
Semester I mulai bulan Juli 2017 sampai Oktober 2017.
C.
Latar Penelitian
Latar penelitian ini
berdasarkan pengamatan terhadap paradigma orang tua murid PAUD Tunas Bangsa
yang salah terhadap pembelajaran anak usia dini. Karena pemahaman yang kurang
hanya berorientasi pada akademik saja, walaupun sudah mengikuti sosialisasi
tentang pembelajaran anak usia dini. Orang tua sering mengabaikan karena
pengaruh dari lingkungan.
D.
Metode Penelitian
Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sukardi (2003 : 19) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian
berdasarkan mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian itu. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang didesain secara umum yaitu penelitian yang
dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak menggunakan metode
ilmiah menjadi patokan.
Sedangkan metode
penelitian menggunakan etnografi biasanya memfokuskan penelitian pada suatu
masyarakat (tidak selalu secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan,
pengangguran, dan masyarakat lainnya). Penelitian etnografi khusus menggunakan
tiga macam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakn tiga jenis data : kutipan, uraian dan kutipan dokumen
menghasilkan dalam suatu produk : uraian naratif.
Pendekatan kualitatif
yang digunakan bertitik balik dari mengetahui latar belakang oarang tua murid
dan hubungan dengan leingkungan sekitarnya dan kendala upaya merubah paradigma
yang salah terhadap pembelajaran anak usia dini.
Adapun langkah –
langkah penelitian penulis melakukan : wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Semua difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.
E.
Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data wawancara dengan orang tua
murid sebelum mengikuti sosialisasi / parenting dan sesudahnya dan faktor –
faktor yang mempengaruhinya.
-
Sumber – sumber data
yaitu : Orang tua murid PAUD Tunas Bangsa, Cempaka Putih Timur.
-
Objek penelitian
adalah : Paradigma orang tua murid yang salah terhadap pembelajaran anak usia
dini.
Sumber data juga
diambil dari faktor yang memengaruhi paradigma orang tua murid yang salah
terhadap pembelajaran anak usia dini.
F.
Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh data
yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Observasi
Observasi dilakukan
untuk mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian dan faktor – faktor yang memengaruhi yang menjadi sebuah
kendala. Pengamatan dan pencatatan dilakukan di PAUD Tunas Bangsa, Cempaka
Putih.
2.
Wawancara
Wawancara sebagai
media mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara
lisan untuk dijawab secara lisan pula. Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif
dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan pada beberapa wali murid PAUD
Tunas Bangsa RW 03 Cempaka Putih, secara personal. Setelah dilakukan
sosialisasi atau parenting tentang pembelajaran anak usia dini.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
cara mengumpulkan data melalui arsip, buku tentang teori, pendapat dalil /
hukum dan lain – lainnya, yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif, yaitu data wawancara.
G.
Pemeriksa Keabsahan
Data (Triangulasi)
Guna meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan, peneliti
menggabungkan atau mengumpulkan data dan sumber data yang telah ada yaitu data
observasi, wawancara dan observasi.
H.
Teknik Analisis Data
1.
Analisis data sebelum
di lapangan sebagai fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini
masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti masuk dan selami di
lapangan.
2.
Analisis data di
lapangan : sebelum menganalisis data di lapangan : Meredaksi data dengan
memilih hal – hal yang pokok, dicari tema dan polanya dengan demikian data yang
direduksi akan terlihat jelas dan mempermudah penelitian untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
Penyajian data berbentuk
uraian yang bersifat naratif dan kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini,
merupakan temuan yang sering terjadi di masyarakat, temuan berupa deskripsi
atau gambar suatu objek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar